news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

1 Korban Kekerasan di SMA Taruna Masih Kritis, Ususnya Sempat Terlilit

Konten Media Partner
16 Juli 2019 15:13 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang tua korban saat membuat laporan di Polresta Palembang. (Dok. istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua korban saat membuat laporan di Polresta Palembang. (Dok. istimewa)
ADVERTISEMENT
Seorang siswa SMA Taruna Indonesia di Palembang, Wiko Jerianda (14 tahun), kondisinya kini masih kritis. Ia menjadi korban dugaan tindak penganiayaan saat pelaksanaan Masa Orientasi Siswa (MOS) berlangsung di sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Kuasa hukum korban, Firli Data, mengatakan saat korban mendaftar ke SMA Taruna Indonesia, kondisinya masih sehat. Buktinya, ada surat keterangan kesehatan dari dokter yang diberikan kepada pihak sekolah.
Namun, keluarga tiba-tiba mendapat kabar dari pihak sekolah bahwa korban dirawat di rumah sakit akibat kelelahan saat mengikuti kegiatan MOS. Namun, keluarga curiga, anaknya itu bukan kelelahan, melainkan diduga menjadi korban kekerasan.
Sebab, di rumah sakit, keluarga mendengar korban berteriak layaknya orang ketakutan. Ditambah lagi, pihak dokter menyebutkan, korban mengalami luka dalam hingga harus mengalami operasi usus.
Firli mengatakan bagian usus korban terlilit, diduga akibat mengalami kekerasan saat kegiatan MOS tersebut, sehingga harus menjalani operasi di Rumah Sakit (RS) Karya Asih. Usai menjalani operasi, kondisi korban jadi terus menurun, sehingga harus dipindahkan ke RS Charitas untuk menjalani perawatan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
"Semalam dipindahkannya, saat ini kondisinya masih kritis," kata Firli, Selasa (16/7).
Firli menjelaskan bahwa keluarga sudah melapor ke kepolisian terkait kasus ini. "Kemarin kami sudah melapor ke Polresta Palembang, kita belum tahu penyebab pastinya seperti apa. Karena korban masih belum sadar," katanya.
Diketahui, Wiko Jerianda merupakan korban kedua yang melaporkan dugaan penganiayaan oleh pembina saat pelaksanaan MOS di SMA Taruna Indonesia. Sebelumnya, korban bernama Delwyn Berli Juliando (14 tahun) meninggal dunia atas kasus serupa.
Selain itu, Polresta palembang juga telah menetapkan satu orang tersangka, yakni Obby Frisman Arkataku (24 tahun), yang merupakan salah seorang pembina siswa di sekolah tersebut.
Tersangka penganiayaan saat diamankan di Polresta Palembang (Dok. istimewa)
Ditemui terpisah, Kepala Sekolah SMA Taruna Indonesia, Tarmizi Endrianto, mengatakan pihaknya melakukan penjaringan terhadap beberapa pelamar untuk posisi pembina dan pengawas MOS. Hasilnya, tersangka adalah salah satu yang diterima bekerja.
ADVERTISEMENT
“Tersangka baru kerja satu minggu, sejak awal Juli. Kita mulai MOS itu tanggal 7 Juli,” katanya.
Menurutnya, kegiatan MOS dilakukan sebagai penerapan sistem pembentukan karakter semimiliter di SMA Taruna Indonesia. Pengawas MOS yang dipekerjakan terdiri dari anggota TNI yang bekerja sama dengan Kodam II/Sriwijaya, sementara taruna senior turut membantu sebagai pembina.
Tarmizi menyebut, kejadian yang menimpa sejumlah korban itu merupakan musibah yang tidak diharapkan oleh semua pihak. Dirinya menyerahkan seluruh proses hukum kepada kepolisian.
“Makanya kalau terjadi hal-hal seperti itu, kita serahkan kepada polisi saja untuk mengungkapnya,” katanya. (jrs)