300 Desa di Sumatera Selatan Rawan Karhutla

Konten Media Partner
19 Juni 2019 17:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebakaran lahan yang terjadi di wilayah lahan gambut, Kabupaten Banyuasin, Sumsel (Dok. Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran lahan yang terjadi di wilayah lahan gambut, Kabupaten Banyuasin, Sumsel (Dok. Urban Id)
ADVERTISEMENT
Sedikitnya ada 300 desa yang berada di Provinsi Sumatera Selatan rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Hal itu, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Provinsi Sumatera Selatan, Ansori mengatakan, sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim panas akan berlangsung pada akhir Juni 2019.
"Karena itu, kami telah melakukan pemetaan daerah mana saja yang rawan terjadinya Karhutla. Hasilnya di Sumsel terdapat 300 desa," katanya, Rabu (19/6).
Desa tersebut, kata Ansori, tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Sumsel. Diantaranya yakni Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir, Musi Banyuasin (Muba), Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU).
“Dari total desa yang rawan tersebut, 100 desa diantaranya menjadi fokus pemantauan,” katanya.
Ansori bilang, desa ini masuk dalam daerah rawan dikarenakan memang kondisi lahan di wilayah tersebut banyak gambut yang mudah terbakar. Apalagi, saat dimusim kemarau. Karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan, sebanyak 6 ribu petugas telah disiagakan.
ADVERTISEMENT
"Jumlah itu sudah termasuk tambahan 1.500 personil TNI dan Polri. Petugas ini nantinya ditempatkan diwilayah yang telah dipetakan rawan karhutla,” katanya.
Menurutnya, petugas akan mulai bekerja sejak Juli hingga Oktober mendatang. Mengingat, pada bulan-bulan tersebut merupakan puncak musim kemarau di Sumsel. Apalagi, musim kemarau tahun ini diprediksi cukup ekstrim dan terbilang lama. Sehingga, memang harus diwaspadai.
“Kami imbau juga masyarakat tidak membuka lahan dengan cara membakar. Karena, dapat meluas dan memicu terjadinya kabut asap,” katanya. (bwo/jrs)