Adis Karim, Desainer yang Ingin Bawa Kain Songket Palembang Mendunia

Konten Media Partner
6 Juli 2019 13:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu karya dari Adis yang akan dipamerkan di Amerika Serikat (foto: Rumah Songket Adis)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu karya dari Adis yang akan dipamerkan di Amerika Serikat (foto: Rumah Songket Adis)
ADVERTISEMENT
Belasan tahun menjadi perajin sekaligus desainer kain songket Palembang, Adis Karim, kini sudah menghasilkan sejumlah karya seni yang diminati konsumen hingga mancanegara dari wastra nusantara tersebut. Meski begitu, wanita kelahiran 29 Juli 1984 ini memiliki impian agar songket Palembang dapat diakui UNESCO.
ADVERTISEMENT
Sekitar 13 tahun lalu, Adis mulai belajar mengolah bahan sendiri, mendesain, hingga menenun songket menjadi sebuah pakaian. Berbekal kerja keras itu, kini ia memiliki ratusan perajin songket di Rumah Songket Adis (RSA) miliknya. Satu hal yang selalu diutamakannya, yakni menjaga kualitas. Hal itu membuat setiap songket yang diproduksinya kini tak kalah dengan tenunan songket terdahulu.
"Kita berupaya agar kain songket yang diproduksi tidak terkesan tua. Tetap elegan tapi tidak kaku, serta lebih ringan dan indah dengan sentuhan benang emas ciri khas songket Palembang," katanya, Sabtu (6/7).
Adis juga menjadi wakil Indoensia pada festival di Uzbekistan. (Dok. istiimewa)
Upaya itu pun berbuah manis, meski tanpa difasilitasi Pemerintah Daerah (Pemda), dirinya diundang Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Houston, Texas, Amerika Serikat untuk memperkenalkan hasil karyanya pada Indonesia Fashion Show 2019 di The Galleria serta di Ramarkable Indonesia Fair 2019 di Navy Pier, Chicago, pada 13-20 Juli 2019.
ADVERTISEMENT
"Kegiatan itu akan dihadiri oleh berbagai kalangan, baik pemerintah, non-pemerintah, diplomatic crop, dan masyarakat setempat," katanya.
Adis bilang, bukan suatu yang mudah hingga akhirnya terpilih untuk tampil di Amerika. Sebelumnya ia harus melalui berbagai proses yang diawali dengan pencarian Usaha Kecil Menengah (UKM) di beberapa tempat Indonesia. Songket yang diproduksinya kemudian terpilih secara lisan, dan satu bulan dari proses pemilihan itu barulah mendapat undangan resmi.
"Mungkin siapa saja apalagi yang yang banyak uang bisa tampil hingga ke Eropa mempromosikan karyanya. Namun saya bersyukur dipilih karena kualitas buatan saya sendiri dan bukan karena hal lain apalagi sampai dipolitisasi," katanya
Dia menjelaskan, akan membawa sekitar 20 koleksi busana kain songket baik counture hingga yang ready to wear. Proses persiapan yang dilakukan Adis pun cukup sebentar, yakni 1,5 bulan dengan warna songket yang didominasi merah marun dan kuning keemasan yang merupakan ciri khas Palembang.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di Amerika, berkat penghargaan Inacraft Award 2019 yang diraihnya, pada September nanti, Adis juga akan mempromosikan songket pada kegiatan Internasional Handcrafters Festival di Uzbekistan yang semua fasilitas dan pembiayaan dari panitia Uzbekistan.
Adis juga menjadi perwakilan indonesia pada festival yang akan di gelar di Uzbekistan (foto: Rumah Songket Adis)
Pada kegiatan itu, Adis mewakili Indonesia bersama dengan penghasil produk kerajinan terbaik dunia lainnya. Seperti dari Turki, Iran, Eropa, China dan lainnya.
"Di sana juga saya akan mendemokan cara menenun songket dengan alat tenun yang dibawa dari Palembang," katanya.
Meski telah meraih segudang prestasi, akan tetapi ada satu impian yang belum mampu diraihnya. Yakni membawa songket agar diakui UNESCO sebagai warisan budaya (heritage). Sebab, kata Adis, saat ini baru batik yang mendapat pengakuan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami akan bertemu duta besar Indonesia di Amerika untuk mengajukan surat khusus usulan itu, agar nantinya dapat difasilitasi. Meskipun nantinya masih harus melewati berbagai kajian lebih mendalam," katanya. (eno/jrs)