Berkat Pertamina, Warga Bantaran Sungai Musi Masih Produktif di Tengah Pandemi

Konten Media Partner
15 Oktober 2020 10:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemukiman warga di Sungai Pedado, Kelurahan Keramasan, Kertapati Palembang. (Foto. Reno /Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Pemukiman warga di Sungai Pedado, Kelurahan Keramasan, Kertapati Palembang. (Foto. Reno /Urban Id)
ADVERTISEMENT
Melewati jalan amblas dan berlubang tidak rata, akhirnya sampai juga di Jalan Sungai Pedado RT 20-21 RW 05, Kelurahan Keramasan, Kecamatan Kertapati, Palembang.
ADVERTISEMENT
Hidup di bantaran Sungai Musi, aktivitas warga sekilas hampir tidak terlihat, apalagi pandemi COVID-19 membuat warga setempat terkadang takut untuk beraktivas di luar.
Meski hidup dibantaran sungai, cukup mengejutkan terlihat banyak kelompok masyarakat yang aktif berkebun hidroponik di belakang pekarangan rumah, hingga membuat olahan jamur dengan kemasan menarik.
Salah satu mitra binaan Pertamina di RT 20, Mulyadi (43 tahun) mengakui, saat ini aktivitas masyarakat berkurang dari biasanya. Tidak ada aktivitas berkumpul sejak pandemi COVID-19 melanda.
Rumah Belajar Ceria (RBC) program CSR dari Pertamina tidak beroperasional sementera waktu. COVID-19 telah membuat pembatasan jarak anak-anak untuk menuntun ilmu, meski begitu anak-anak masih bisa belajar secara online.
"Bertani dan mencari ikan masih dilakukan masyarakat di sini. Meski COVID-19 melanda, warga masih banyak yang aktif berkebun hydroponik, salah satunya sayur pakcoy, tanaman herbal dan lainnya," kata Mulyadi, Kamis (15/10).
ADVERTISEMENT
Mulyadi mengungkapkan, sebelum dibina Pertamina, dirinya tidak mengatahui apa itu hidroponik dan teknik berkebun jenis ini. Namun berkat program Pertamina sejak 2018 yang lalu, saat ini jenis tanaman hidroponik sudah mulai banyak jenisnya termasuk buah semangka.
Mulyadi, warga Sungai Pedado saat melihat kebun hidroponik semangka. Foto. (Reno/Urban Id)

Tiap rumah produksi sayur pakcoy mencapai 20 kg per satu kali panen

Mulyadi menyebutkan, ada sekitar 35 rumah warga yang aktif berkebun di sini. Paling banyak diproduksi adalah sayur pakcoy. Tiap kali panen, satu warga bisa menjual 20 kg sayur pakcoy.
"Masa tanam sayur pakcoy ini bisa mencapai 37 hari atau sekitar 5 pekan sejak pembibitan. Sayuran dijual secara berkelompok agar mudah dipasarkan," kata Mulyadi.
Mulyadi mengakui, tingkat pemesanan sayur pakcoy memang sempat berkurang sejak pandemi, namun saat ini permintaan mulai kembali bergairah, bahkan cenderung tinggi.
ADVERTISEMENT
"Allhamdulillah meski COVID-19 melanda, warga di sini ada aktivitas produktif yang dapat dilakukan. Kami berharap agar pandemi ini bisa segara berakhir dan situasi kembali normal," katanya.
Menanam secara hidroponik sayur pakcoy juga dilakukan ibu-ibu rumah tangga seperti Marisa (41). Menurutnya, saat ini hanya ini pekerjaan yang bisa dijalani, sembari mengurus anak. Namun dirinya bersyukur, masih tetap bisa produktif di tengah pandemi.
“Meski tidak banyak, hal inilah yang bisa dilakukan saat ini. Apalagi, dampak virus corona ini hampir semua sektor terdampak. Sebagai ibu rumah tangga, masih bersyukur bisa berkebun hidroponik ini,” katanya.
Marisa, ibu rumah tangga di Sungai Pedado, Keramasa, Kertapati, Palembang, saat melihat kebun hidroponik sayur pakcoy. (Foto. Reno/Urban Id)

Ibu rumah tangga aktif mengolah jamur crispy

Ibu-ibu rumah tangga di sini mengaku sangat bersyukur ada program Pertamina yang membuat aktivitas masyarakat lebih produktif. Namun tidak dapat dipungkiri COVID-19 juga menurunkan minat pasar, seperti jamru crispy.
ADVERTISEMENT
Ida (45 tahun), salah satu kelompok pengelola jamur mengatakan, saat ini pesanan masih ada dan dibantu oleh para pembimbing dari Pertamina. Namun memang jumlah tidak sebanyak sebelum pandemi.
"Ibu-ibu di sini masih aktif memproduksi dan mengemas jamur crispy, jika ada yang pesan pihaknya masih bisa memproduksi bahkan jika diminta dalam jumlah banyak," kata Ida.
Kelompok ibu rumah tangga ini bahkan pernah menerima pesanan hingga 1.000 bungkus jamur crispy dalam waktu produksi tiga hari. Jika pun saat ini ada yang memesan, mereka bahkan bisa mengerjakan dalam waktu cepat.
Kelompok ibu rumah tangga di Sungai Pedado, memperlihatkan hasil olahan jamur yakni jamur crispi. Foto.(Reno/Urban Id)
Ida mengatakan, saat ini anggota kelompok rumah tangga ada 6 orang.Jamur crispi ini dijual dengan harga Rp 10.000 dan menggunakan kemasan yang tahan untuk jangka waktu hingga 4 bulan. Pemasaran yang dilakukan mulai dari lokal hingga ke Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pihaknya berharap agar pandemi ini dapat berlalu dan permintaan kembali normal. Sehingga kehidupan masyarakat sekitar dapat lebih produktif lagi. “Kami berharap agar pandemi ini segara berakhir, dan permintaan jamur crispy semakin meningkat,” kata Ida.
Seperti diketahui, di Sungai Pedado ini, Pertamina melakukan program kemitraan dan CSR. Program yang dilakukan diantaranya rumah jamur, kebun hidroponik, pengolahan jamur crispy bagi ibu-ibu rumah tangga dan program kemitraan lainnya.
Pertamina juga menyediakan sarana untuk kegiatan belajar mengajar dan kegiatan kreativitas anak-anak. Ada kendaraan kapal tongkang yang dapat digunakan untuk menjemput anak sekolah di sekitar bantaran Sungai Musi.
Pada kawasan perkampungan di Sungai Pedado ini pun saat ini sudah mulai banyak warga yang mengembangkan perkebunan hidroponik. Namun tidak dapat dipungkiri COVID-19 memberi dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas marsyarakat. (eno)
ADVERTISEMENT