Bubur Asyura, Tradisi Warga di Palembang Sambut 10 Muharam

Konten Media Partner
10 September 2019 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembagian bubur Asyura oleh Majelis Taklim Raudhatul Ilmi di Palembang. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Pembagian bubur Asyura oleh Majelis Taklim Raudhatul Ilmi di Palembang. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Menyambut 10 Muharam di awal tahun 1441 Hijriah, ada tradisi unik yang dilakukan warga Palembang. Salah satunya membagikan bubur Asyura kepada warga, seperti yang dilakukan oleh Majelis Taklim Raudhatul Ilmi.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tersebut berlangsung di kediaman Ustaz Ahmad Taufik Hasnuri yang berada di Jalan Ki Kemas H Abdullah Azhary, Kelurahan 12 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (10/9).
"Ada 3.000 porsi bubur Asyura yang kita bagikan kepada warga sekitar. Alhamdulillah habis," kata Ustaz Ahmad Taufik Hasnuri, Selasa (10/9).
Menurutnya tradisi pembagian bubur Asyura telah berlangsung selama kurang lebih 30 tahun. Awalnya, sang ayah yang selalu membagikan bubur Asyura setiap menyambut 10 Muharam. Kemudian, tradisi itu pun terus dilanjutkan sampai sekarang.
"Bubur ini dibagikan ke kaum duafa dan dimakan sama-sama. Siapa pun boleh memakan bubur ini," tambahnya.
Proses pembuatan bubur Asyura menyambut 10 Muharam di Palembang. (Foto: istimewa)
Dia menjelaskan, dalam pembuatan bubur Asyura kali ini, dibutuhkan bahan 60 kilogram daging sapi, 100 kilogram bawang putih, 100 kilogram bawang merah, 100 kilogram kentang, dan 160 kilogram beras. Lalu, seluruh bahan itu dimasak dan dijadikan satu dalam dandang ukuran besar.
ADVERTISEMENT
"Ada 10 dandang yang disiapkan untuk memasak bubur asyura," katanya.
Kemudian, kata dia, bubur dimasak sekitar tujuh jam. Setelah itu bubur siap dibagikan kepada warga yang telah menunggu. Hanya sekitar 30 menit, bubur tersebut habis diserbu warga.
Proses pembuatan bubur Asyura dibantu oleh warga sekitar. Dananya berasal dari donasi yang terkumpul lewat Majelis Taklim Raudhatul Ilmi. Setelah dana terkumpul, bahan pembuatan bubur pun dibeli dan dimasak untuk dibagikan.
"Membagikan bubur Asyura menjadi ciri khas majelis taklim kita di sini," katanya.
Taufik mengatakan 10 Muharam merupakan peringatan kepada Allah untuk melepaskan bala bencana yang menimpa Nabi Musa yang berhasil lolos dari kejaran Firaun. Lalu, Nabi Yunus yang keluar dari perut ikan paus, sembuhnya penyakit yang menimpa Nabi Ayub, dan Nabi Yusuf yang berhasil keluar dari sumur.
ADVERTISEMENT
"Pada 10 Muharam, Allah juga pertama kali menurunkan hujan ke bumi. Sehingga umat Islam dilanjutkan untuk melakukan serangkaian ibadah, salah satunya adalah sedekah," ungkap Taufik.
Dia melanjutkan, bubur Asyura pertama kali dibuat pada zaman Nabi Nuh. Ketika itu, kapal yang ditumpanginya sampai di Bukit Judi. Sesampainya di sana, umat yang ada di dalam kapal merasa kelaparan. Kemudian dikumpulkanlah kacang-kacangan yang dibawa oleh para umat yang selanjutnya dibuat bubur.
"Kini tradisi tersebut dikenal sebagai bubur Asyura pada 10 Muharam," kisahnya. (jrs)