Caleg Anyar di Palembang: Sasar Emak-emak dan Kampanye "Door to Door"

Konten Media Partner
30 Maret 2019 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Caleg Liza Sako saat turun menemui emak-emak (istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Caleg Liza Sako saat turun menemui emak-emak (istimewa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada pemilihan legislatif (Pileg) 2019 ini, sekitar 800 calon legislatif (caleg) akan memperebutkan jatah 50 kursi wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palembang. Momen konsestasi politik di 'Kota Pempek' semakin menarik karena turut diramaikan sejumlah caleg anyar yang namanya sudah cukup tenar di kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Liza Sako misalnya, politisi perempuan dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini turut meramaikan panggung politik Kota Palembang di tahun 2019. Meski merupakan sosok caleg baru, perempuan kelahiran Palembang, 21 Juni 1976 ini merupakan salah satu tokoh sentral dalam pemenangan kepala daerah pada Pilkada tahun 2018 lalu.
"Masih banyaknya permasalahan di masyarakat yang selama ini dirasa belum terfasilitasi dengan baik oleh pemerintah menjadi salah satu alasan saya untuk maju sebagai caleg. Sehingga dapat menampung dan memperjuangkan aspirasi masyarakat," katanya, Sabtu (30/3).
Selain itu, kata Liza, sudah saatnya perempuan harus turut andil dalam membangun daerah, sehingga tidak hanya menjadi sekedar pelengkap dalam kuota perempuan dari partai politik saja. Menurutnya, jika pun nantinya dipercaya untuk duduk di kursi legislatif, dirinya enggan hanya menjadi 'kembang meja'.
ADVERTISEMENT
"Perempuan juga harus memiliki sedikit 'tangan besi' namun dalam artian yang positif. Seperti ketegasan dalam memperjuangkan suara rakyat," katanya.
Liza yang juga menjabat sebagai Ketua DPC Hanura Palembang ini memiliki prinsip jika segala sesuatu tidak ada yang kebetulan. Oleh karena itu, agar dapat menjaring suara, dirinya rutin terjun ke daerah pemilihan (dapil) guna dapat melihat langsung kondisi di masyarakat, khususnya dari emak-emak di kalangan menengah ke bawah.
"Emak-emak memiliki suara yang cukup berpengaruh di masyarakat. Istilahnya, the power of emak-emak," kata Liza.
Tak hanya itu, karena aktif pada sejumlah komunitas di Palembang, ia mengaku juga mendapatkan dorongan dari kaum milenial untuk maju sebagai caleg guna dapat menyuarakan aspirasi mereka. Seperti contohnya di bidang olahraga, selama ini banyak sarana olahraga yang belum dapat digunakan oleh pecinta olahraga bukan atlet. Jika pun bisa menggunakan fasilitas yang ada dari pemerintah, maka mereka akan dikenakan biaya, padahal hanya untuk berolahraga. Begitu juga dengan masalah yang ditemui dari komunitas lainnya.
ADVERTISEMENT
"Banyaknya komunitas di suatu kota juga menjadi penanda dari perkembangan kota itu sendiri. Oleh karena itu mereka (komunitas) harus diberikan wadah atau tempat untuk dapat berkreasi dan melakukan kegiatannya. Apalagi kegiatan yang besifat sosial, tentunya hal itu harus difasilitasi tanpa mereka harus mengeluarkan biaya," katanya.
Meski demikian, sebagai ketua partai dirinya tidak hanya mementingkan pribadi sendiri, baginya suara partai merupakan suatu hal yang lebih penting. Maka itu, dalam setiap kesempatan dirinya juga selalu melibatkan caleg Hanura lainnya untuk bersosialisasi ke masyarakat secara bersama-sama.
"Bagi saya yang terpenting itu lebih kepada bagaimana cara agar dapat memenangkan suara partai," jelasnya.
Kata Liza, apa yang dilakukan pemerintah daerah selama ini sebenarnya sudah baik, hanya saja butuh tambahan ide agar setiap pembangunan yang dilakukan dapat termanfaatkan lebih baik lagi untuk masyarakat. Maka dari itu, salah satu untuk mendukung pembangunan tersebut yakni melalui suara di legislatif.
ADVERTISEMENT
"Legislatif tidak hanya bertugas untuk mengkritik kerja pemerintah saja, tapi juga harus dapat mendukung program yang dicanangkan pemerintah, caranya dengan memberikan ide atau gagasan agar program yang sudah dicanangkan dapat berjalan lebih baik," katanya.
Senada, caleg DPRD Kota Palembang dari Partai Amanat Nasional (PAN), Patriot Muslim mengaku untuk menjaring suara pada Pileg, dirinya lebih mengedepankan cara berkampanye door to door menyasar masyarakat pinggiran.
Pola kampaye Patriot Muslim yang meilih mendatangi rumah ke rumah (istimewa)
"Masyarakat di pinggiran selama ini kurang mendapatkan perhatian, baik dari pemerintah maupun legislatif. Oleh karena itu hal ini penting untuk diperjuangkan," katanya.
Ketua DPD Barisan Muda PAN Kota Palembang ini menyebut, jika nantinya dipercaya menjadi wakil rakyat dirinya akan memprioritaskan dan mendorong pemerintah untuk mempercepat program pengetasan kemiskinan, dan melakukan pemerataan bantuan pemerintah bagi warga miskin. Kemudian tak kalah pentingnya yakni mendorong penuntasan pembangunan di wilayah kumuh.
ADVERTISEMENT
"Sebagai salah satu kota besar di Indoensia, sudah saatnya Palembang dapat menjadi contoh sebagai kota yang mampu memperbaiki masalah perkotaan pada umumnya. Khususnya mengenai pemukiman kumuh, pembangunan harus merata sehingga juga dapat dirasakan oleh masyarakat miskin," katanya.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Sriwijaya, Andries Leonardo beranggapan, meski seorang caleg memiliki popularitas yang tinggi namun belum tentu memiliki elektabilitas yang baik. Sementara salah satu yang menyebabkan elektabilitas tinggi yakni bisa menyentuh masyarakat, program, dan jejaring yang dimiliki.
"Semua hal yang dibutuhkan itu tentunya sudah dimiliki oleh caleg petahana," katanya.
Menurutnya, caleg anyar harus bisa mendekati masyarakat dengan menawarkan sejumlah visi dan misi yang sifatnya pembaharuan. Apalagi masyarakat perkotaan sudah lebih cerdas dengan pendidikan politik yang lebih baik. (jrs)
ADVERTISEMENT