Cerita Saksi di TPS: 22 Jam Kawal Suara, Diupah Rp 300 Ribu

Konten Media Partner
18 April 2019 19:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi proses pemungutan suara di Palembang (foto: abp/Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi proses pemungutan suara di Palembang (foto: abp/Urban Id)
ADVERTISEMENT
Seorang saksi partai maupun calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu memiliki peran yang penting dalam mengawal perolehan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Meski begitu, seorang saksi harus memahami proses pemungutan dan penghitungan, serta memiliki stamina yang bagus, sehingga tugas yang diamanatkan partai terlaksana dengan baik.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dikatakan salah satu saksi TPS 53, Kelurahan Talang Kelapa, Kecamatan Alang Alang Lebar, Palembang, dari salah satu caleg Partai Demokrat, Kemas Irwansyah (36). Dirinya diberi mandat untuk mengawal perolehan suara pada Pemilu 2019 di TPS dekat tempat tinggalnya.
Iwan, sapaan akrab Irwansyah, mengaku dari tugasnya itu ia mendapat honor Rp 300 ribu. Jumlah tersebut sudah termasuk makan, minum, dan transportasi. Bapak dua anak itu mengatakan dia mulai bertugas dari pukul 06.30 WIB hingga pukul 04.00 WIB.
"Kalau dibilang capek dan melelahkan, iya dong. Soalnya di TPS dari pagi hingga pagi lagi kita harus fokus," kata Iwan, Kamis (18/4).
Iwan bilang, ia harus mengecek setiap pemilih yang hendak menggunakan hak suaranya di TPS sesuai Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ada dan mencatat hasil penghitungan dengan benar. "Semua harus dilakukan dengan teliti dan benar, jika salah kita bisa kena marah," katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sejumlah permasalahan yang ada di TPS membuat proses pemungutan suara dan penghitungan menjadi terlambat. Khususnya mengenai surat suara yang kurang, sehingga proses pemungutan suara harus tertunda beberapa jam sampai menunggu distribusi tambahan surat suara.
"Banyak masalah sehingga proses penghitungan suara baru selesai subuh," katanya.
Hal senada juga dialami Madon (28), dipercaya sebagai saksi TPS dari salah satu caleg dari Partai Golkar, ia mengaku mendapat honor Rp 200 ribu serta ditambah untuk makan siang.
"Iya, disuruh ngawasi dan mencatat hasil perolehan suara caleg untuk tingkat kota. Memang saya hanya di luar TPS karena tidak ada mandat dari partai," katanya.
Madon mengungkapkan dia harus memantau TPS hingga selesai karena penghitungan suara untuk tingkat kota dilakukan paling akhir. "Sangat melelahkan, karena berlangsung sampai malam dan harus laporan," katanya. (jrs)
ADVERTISEMENT