Cita-cita Wiko, Korban Penganiayaan di SMA Taruna Indonesia: Jadi TNI

Konten Media Partner
20 Juli 2019 20:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wiko Jerianda saat menjalani perawatan intensi di RS RK Charitas Palembang (Dok. istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Wiko Jerianda saat menjalani perawatan intensi di RS RK Charitas Palembang (Dok. istimewa)
ADVERTISEMENT
Duka mendalam masih menyelimuti keluarga Wiko Jerianda (14), siswa SMA Taruna Indonesia, Palembang, yang menjadi korban penganiayaan saat pelaksanaan Masa orientasi Siswa (MOS) di sekolah tersebut. Ia wafat pada sekitar pukul 20.00 WIB, Jumat (19/7), setelah selama satu pekan dirawat intensif di Rumah Sakit RK Charitas.
ADVERTISEMENT
Atas peristiwa tersebut, pupus sudah harapan orang tua Wiko untuk dapat melihat putranya meraih cita-cita menjadi bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hal itu dikatakan, Weldi (13), adik bungsu Wiko.
Menurutnya, sang kakak sudah lama memiliki impian ingin menjadi anggota TNI seperti tetangga rumahnya.
"Almarhum selalu cerita ingin jadi tentara seperti tetangga kami. Maka dari itu ia selalu olahraga melatih fisik. Khususnya nge-gym," kata Weldi, Sabtu (20/7).
Hal serupa disampaikan Kepala Sekolah SMP PGRI 1 Palembang, Marta Candra Lela. Menurutnya, Wiko yang merupakan mantan anak didiknya itu merupakan sosok yang tegas dan gagah, makanya selalu terpilih menjadi ketua kelas saat duduk di bangku SMP.
"Iya memang memiliki cita-cita menjadi anggota TNI, ingin jadi komandan katanya. Anaknya juga memiliki jiwa kepemimpinan," ujar Marta.
Wiko Jerianda memiliki impian menjadi anggota TNI (Dok. itimewa)
Kuasa hukum keluarga korban, Firli Darta, menyebut korban memang dikenal gigih dalam mewujudkan keinginan untuk menjadi anggota TNI. Cita-cita tersebut sudah dipendamnya dari sekolah dasar.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan cerita dari keluarga, demi mewujudkan cita-citanya jadi TNI, Wiko bahkan bersemangat mencari informasi tentang sekolah semimiliter SMA Taruna Indonesia.
"Memang anaknya besar keinginannya menjadi anggota TNI. Menurut korban dengan masuk SMA semimiliter setelah lulus dapat lebih mudah mewujudkan cita-citanya," katanya.
Firli menambahkan, pihak sekolah sendiri sampai kini tidak ada yang datang untuk mewakili maupun mengucapkan belasungkawa ke pihak keluarga. Hanya pihak yayasan yang datang saat korban masih koma di rumah sakit.
"Sekolah kalau kami lihat masih tertutup. Kalau yayasan mengaku siap jika harus diinvestigasi," katanya. (jrs)