Harga Karet Murah, Petani di Sumsel Beralih Tanam Pinang

Konten Media Partner
16 Juli 2019 12:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani di Sumsel saat ini mulai memilih untuk menanam pinang menggantikan karet (Dok. istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Petani di Sumsel saat ini mulai memilih untuk menanam pinang menggantikan karet (Dok. istimewa)
ADVERTISEMENT
Harga komoditas karet yang tak kunjung membaik membuat petani di Sumatera Selatan mulai beralih menanam pinang. Hal tersebut dianggap lebih menguntungkan, terlebih perawatannya juga tidak terlalu sulit.
ADVERTISEMENT
Ketua Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) Bina Kertayu, Sahri (35 tahun) mengatakan, sejumlah petani di Desa Kertayu, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mulai menanam pinang sekitar tahun 2015 lalu.
"Buah pinang saat ini dihargai Rp 13 ribu per kilogramnya. Harga itu jauh lebih baik dari karet yang hanya Rp 7-8 ribu per kilonya," katanya, Selasa (16/7).
Sahri bilang, informasi mengenai pasar buah pinang ini sebenarnya sudah diketahui petani sejak beberapa tahun lalu. Hanya saja, saat itu tidak begitu dihiraukan karena harga jual karet masih tinggi. Namun kini, pinang menjadi alternatif utama petani menggantikan karet.
"Sebelum dijual buah pinang harus dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya," katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, di Desa Kertayu sudah ada sekitar 25 hektare kebun pinang yang ditanam oleh petani secara berkelompok. Lahan yang digunakan pun berasal dari kebun karet yang sudah tua dan tidak produktif, kemudian dialifungsikan menjadi kebun pinang.
Sebelum dijual buah pinang dikeringkan terlebih dahulu (Dok. istimewa)
"Dalam satu hektar lahan dapat ditanami 900 pohon pinang, rata-rata pohon dengan usia 4-5 tahun bisa menghasilkan dua kilogram buah pinang. Apalagi jika menanam bibit unggul, maka massa berbuah akan lebih cepat hanya 3,5 tahun," katanya.
Untuk pasar sendiri, pihaknya menjual langsung ke pabrik di Provinsi Jambi. Buah pinang tersebut digunakan untuk campuran dalam pewarna tekstil dan cat. Menurut Sahri, penjualan dilakukan setiap satu atau dua minggu sekali.
"Petani secara berkelompok biasanya akan menyewa mobil dan membawa hasil panen langsung ke pabrik di Jambi. Rata-rata sekali angkut itu 4-5 ton," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran dan Pengolahan Hasil Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan, petani yang hendak menanam pinang sebenarnya tidak harus menebang kebun karet mereka. Sebab pohon pinang menjadi salah satu tanaman sela (intercropping) yang bersifat tanaman semusim atau tahunan.
"Sebenarnya tidak perlu menebang pohon karet untuk menanam pinang. Kami menganjurkan agar pinang dijadikan tanaman sela saja. Apalagi harga pinang pun naik turun," katanya.
Bedasarkan data Dinas Perkebunan Sumsel di tahun 2017, terdapat 1.522 hektare lahan perkebunan pinang milik petani. Rincinnya 317 hektare kategori belum menghasilkan, 1.119 hektare menghasilkan, dan 87 hektare tanaman tua menghasilkan maupun rusak.
"Dari lahan tersebut jumlah produksinya total mencapai 792 ton per tahun," katanya.
ADVERTISEMENT
Rudi menyarankan, hal yang penting bagi petani karet saat ini adalah memperbaiki mutu bokar dan intensifikasi karet dengan melakukan pembersihan lahan dan pemupukan brokasih atau membuat lobang biopori, sehingga daun-daun karet yang kering bisa ditimbun di tempat itu.
"Dengan upaya itu maka diharapkan produksi dan kualitas karet dapat lebih meningkat yang tentunya akan berdampak terhadap harga. Kemudan, kami juga menganjurkan agar petani bergabung maupun membentuk baru UPPB karet," katanya. (jrs)