Hilirisasi Karet, Sumsel Cari Investor Bangun Pabrik Kondom

Konten Media Partner
15 Maret 2019 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Sumsel Herman Deru saat lounching ekspor pertanian di Pelabuhan Boom Baru Palembang (Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Sumsel Herman Deru saat lounching ekspor pertanian di Pelabuhan Boom Baru Palembang (Urban Id)
ADVERTISEMENT
Untuk meningkatkan harga karet di tingkat petani, Pemerintah Provinsi Sumsel tengah berupaya memacu hirilisasi komoditas unggulan tersebut. Untuk itu, dibutuhkan investor untuk membangun pabrik pengolahan karet di Bumi Sriwijaya.
ADVERTISEMENT
Gubernur Sumsel, Herman Deru mengatakan, pembangunan pabrik pengolahan karet bertujuan untuk meningkatkan harga karet petani dan mengurangi ekspor bahan baku karet. Pabrik yang dibutuhkan juga tidak perlu yang muluk-muluk, cukup olahan karet yang biasa digunakan masyarakat sehari-hari.
“Kita ajak investor untuk membangun pabrik pengolahan karet. Buat sarung tangan dulu, kondom dulu, atau ban dalam kendaraan, dan lainnya,” katanya usai Launching Ekspor Pertanian di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Jumat (15/3).
Menurutnya, untuk merealisasikan hal itu Pemerintah Provinsi Sumsel siap memberikan jaminan keamanan, baik dari lahan maupun tenaga kerjanya. Hal itu bergantung pada rasa kepemilikan masyarakat Sumsel untuk memajukan daerahnya.
"Perlu juga dukungan semua pihak agar dapat memancing minat investor datang ke Sumsel," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan, luasan areal karet di Sumsel mencapai 1.319.738 hektar dengan produksi mencapai 1.053.272 ton karet kering. Namun, yang terekspor di Sumsel hanya 249 ribu ton dengan nilai Rp 3,9 triliun. Sementara sisanya diekspor melalui Jambi, Riau dan Medan.
Hal itu dikarenakan sistem lelang dalam penjualan karet di tingkat petani yang belum baik. Seperti contoh, sistem lelang yang dilakukan secara bergantian sehingga pengusaha di Jambi, Riau dan Medan mengambilnya secara bergantian.
"Seharusnya lelang dilakukan secara besar-besaran dalam satu hari, dengan harga yang sama sehingga para pembeli pun turun langsung untuk ikut lelang. Kalau tidak turun maka tidak akan mendapatkan karet," katanya.
ADVERTISEMENT
Ia berharap kedepan ekspor Sumsel dapat meningkat. Untuk tahun 2019 ini, ekspor yang dilakukan yakni sebesar 1.108 ton dengan nilai Rp 21,6 miliar. Negara tujuan ekspor sendiri yaitu di Jepang dan Finlandia.
Selain itu, petani harus lebih memperhatikan kualitas karetnya. Seperti, jika umur angkat satu minggu harus benar-benar satu minggu tidak boleh lebih atau kurang dari waktu tersebut dan lain sebagainya. "Kami harap kedepan ekspor karet ini mampu ditingkatkan sehingga bisa meningkatkan harga karet khususnya di Sumsel," katanya. (jrs)