Hutan Suaka Diserobot Warga, Habitat Gajah Sumatera Terancam

Konten Media Partner
8 April 2019 17:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pawang gajah di sekolah gajah Bukit Serelo saat memandikan gajah yang belum dievakuasi (Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pawang gajah di sekolah gajah Bukit Serelo saat memandikan gajah yang belum dievakuasi (Urban Id)
ADVERTISEMENT
Hutan suaka alam yang berada di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, kini tak ramah lagi bagi kawanan gajah Sumatera yang selama ini bermukim di area tersebut. Adanya konflik lahan antara warga Desa Padang Baru dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) membuat keberadaan gajah di Pusat Pelatihan Gajah Bukit Serelo jadi terancam hingga harus dievakuasi ke Padang Sugihan, Banyuasin.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Konservasi BKSDA Wilayah II Lahat, Martrialis Puspito, mengatakan, konflik lahan itu bermula lantaran warga Desa Padang Baru, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, menganggap sebagian area hutan suaka alam dengan luas total 210 hektare tersebut merupakan lahan milik adat masyarakat setempat.
Konflik dimulai sekitar Agustus 2018, ketika masyarakat desa sudah mulai menggarap lahan yang ada di area konservasi tersebut. Selain menanam karet, mereka juga melakukan penebangan terhadap sejumlah pohon yang ada di area tersebut. Diperkirakan total lahan yang sudah digarap masyarakat seluas 25-30 hektare.
"Seiring berjalannya waktu, eskalasi pencaplokan lahan terus meluas. Puncaknya terjadi pada 4 Maret 2019 lalu, di mana ada sekitar 60 massa mendatangi kantor pusat pelatihan gajah. Mereka merusak kantor, dan ada empat orang pawang gajah yang dianiaya," katanya, Senin (8/4).
ADVERTISEMENT
Menanggapi insiden tersebut, menurut Martrialis, petugas akan memindahkan 10 gajah yang ada di kawasan tersebut ke area yang tidak diklaim oleh masyarakat. Kemudian, setelah beberapa hari, empat ekor gajah di antaranya diduga mengalami keracunan. Hal itu diketahui setelah melihat tingkah gajah yang aneh, hanya terbaring lemas dan kotorannya berdarah.
"Petugas medis langsung mengambil tindakan cepat agar kondisi gajah kembali pulih. Setelahnya diputuskan untuk mengevakuasi delapan gajah ke jalur 21 Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Banyuasin. Sementara dua gajah lagi masih berada pusat pelatihan gajah Bukit Serelo dan diawasi petugas," katanya.
Menurutnya, sejak 8 Maret, petugas menjaga kedua gajah yang belum dievakuasi tersebut di bawah tempat pelatihan gajah beratapkan terpal tanpa alat penerangan yang memadai. Selain itu, pihaknya masih menunggu kepastian dari pemerintah kabupaten untuk memastikan petugas di lapangan dapat beraktivitas dengan tenang tanpa intimidasi.
ADVERTISEMENT
"Perlu ada pernyataan tertulis yang ditaati masyarakat setempat," katanya.
Sementara itu, Bupati Lahat, Cik Ujang mengatakan, pihaknya berupaya agar delapan gajah yang dievakuasi ke Padang Sugihan dapat dikembalikan ke Lahat supaya dapat menjadi tempat wisata seperti dahulu.
"Sekolah gajah menjadi salah satu wisata yang kami tawarkan selain Bukit Serelo, Megalit, dan air terjun," ujar Cik Ujang.
Karena itu, permasalahan antara masyarakat dan BKSDA harus segera diselesaikan. Pemerintah siap memfasilitasi masalah tersebut. Menurut Ujang, permasalahan bermula dari kesalahpahaman masyarakat terkait batas wilayah, terutama kawasan Pusat Pelatihan Gajah Bukit Serelo.
Menurutnya, berdasarkan dokumen, Desa Ulak Pandang telah menghibahkan wilayahnya untuk pelatihan gajah. Sementara masyarakat Padang Baru menganggap di dalam kawasan konservasi tersebut masih ada lahan milik Desa Padang Baru.
ADVERTISEMENT
"Perlu pengukuran ulang untuk memperjelas lahan konservasi yang dikelola BKSDA," katanya. (jrs)