Konten Media Partner

Kasus DBD di Sumsel Meningkat, 34 Orang Meninggal Dunia

21 Mei 2024 16:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) melakukan pengasapan insektisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Sabtu (27/4/2024). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) melakukan pengasapan insektisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Sabtu (27/4/2024). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dinkes Sumsel mencatat angka orang meninggal kasus demam berdarah dengue (DBD) terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data sepanjang Januari-Mei (hingga 20 Mei), angka kematiannya mencapai 34 orang. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan 2021-2023.
"Pada 2021 kasus kematian DBD di Sumsel hanya 3 orang. Kemudian 2022 naik menjadi 31 orang dan 2023 turun menjadi 22 orang, " kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinas Kesehatan Sumsel, Ira Primadesa, Selasa 21 Mei 2024.
Ira menyebutkan kasus kematian akibat DBD terbanyak terjadi di Kota Palembang 9 orang, Ogan Komering Ulu (OKU) 8 orang, Ogan Ilir (OI) 5 orang, Musi Banyuasin (Muba) 4 orang, Banyuasin 3 orang dan OKU Selatan 2 orang. Kemudian di Lahat, Pagar Alam dan OKU Timur masing-masing 1 orang.
"Total ada 34 orang meninggal akibat DBD di Sumsel," kata dia.
ADVERTISEMENT
Namun Ira menuturkan Palembang menjadi daerah terbanyak kasus kematian, jumlahnya menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2022 lalu, angka kematian akibat DBD sebanyak 15 orang dan tahun berikutnya 11 orang. Wilayah OKU, dari nol kasus pada 2022 dan 2023, tahun ini naik drastis menjadi 8 kasus kematian.
Sementara untuk angka sebaran kasus DBD di Sumsel mencapai 3.814 orang. Jumlah itu melonjak signifikan atau 1.000 kasus dibandingkan 3 tahun terakhir. Pada 2021, distribusi kasus di Sumsel hanya 1.135 orang, 2022 naik 2.854 orang dan 2023 ada 2.804 orang
"Kenaikan kasus DBD tertinggi terjadi pada Januari yang mencapai 1.578 kasus, kemudian Februari 1.194 kasus, Maret 729 kasus dan April 293 kasus. Untuk Mei ini baru ada 20 kasus (sampai 20 Mei), tapi masih di-update terus," katanya.
ADVERTISEMENT
Jumlah kasus DBD terbanyak ada di Palembang yang mencapai 219 orang. Angka itu turun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 908 kasus (2022) dan 727 kasus (2023). Terbanyak berikutnya di Muba dengan 192 kasus, Banyuasin 163 kasus, OKU 146 kasus, Prabumulih 145 kasus, OI 139 kasus, OKI 119 kasus dan Muara Enim 106 kasus. Sementara 9 daerah lainnya di bawah 100 kasus DBD.
Dinkes Sumsel pada Januari lalu telah mengantisipasi kian mewabahnya DBD dengan mengeluarkan surat edaran pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan Februari mengeluarkan SE antisipasi kejadian luar biasa (KLB). Upaya itu membuat tren kasusnya menurun pada Maret hingga Mei ini.
"Dinkes Sumsel juga telah mendistribusikan insektisida, larvasida dan RDT ke seluruh daerah di Sumsel sebagai upaya antisipasi. Pelaksanaan PSN dan pengendalian vektor juga telah dilakukan serentak di kabupaten/kota untuk mengantisipasi meluasnya DBD di Sumsel," kata dia.
ADVERTISEMENT