Keluh Kesah Warga Palembang Tinggal di Bantaran Sungai yang Tercemar

Konten Media Partner
19 Januari 2020 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi aliran Sungai Tawar di Kelurahan 29 Ilir Palembang. (foto: Ary Priyanto/Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi aliran Sungai Tawar di Kelurahan 29 Ilir Palembang. (foto: Ary Priyanto/Urban Id)
ADVERTISEMENT
Duduk bersantai di tepian sungai sudah menjadi keseharian Sulastri (42 tahun), beserta sejumlah warga lain yang tinggal di Jalan Ki Gede Ing Suro, Lorong Sei Tawar, Kelurahan 29 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang.
ADVERTISEMENT
Kegiatan itu biasa dilakukannya saat sore hari, meskipun tepat di depan rumahnya terdapat aliran sungai dengan kondisi air yang hitam dan berbau busuk.
Pemandangan itu, ternyata sudah jadi hal biasa bagi mereka yang tinggal di wilayah tersebut. Meskipun bau menyengat dari sampah yang tergenang di aliran sungai, warga pun seakan tidak menghiraukannya.
Menurut Sulastri, alasanya cukup sederhana, kondisi seperti itu tidak berubah dari hari ke hari. Meski terkadang ada petugas kebersihan yang mengambil sampai di pangkal sungai, tapi sampah itu akhirnya masih ditumpuk di bawah jembatan Sungai Tawar 1.
"Sering ribut dengan petugas kebersihan, gara-gara sampah yang dikumpulkan bukanya diangkut ke mobil, tapi justru ditumpuk lagi. Kan percuma," katanya, Minggu (19/1).
ADVERTISEMENT
Meski bilang sudah biasa dengan kondisi itu, Sulastri tetap merasa tidak nyaman, apalagi tak kala ada kerabat maupun keluarga yang berkunjung ke rumahnya. Berjarak tak lebih dari 10 meter dari bibir sungai, bau tidak sedap dari sungai itu terkadang sampai ke rumahnya.
"Ya mau bagaimana lagi, kondisinya memang seperti ini," katanya.
Senada disampaikan Rohimah (54 tahun), yang rumahnya masih berada di kawasan itu. Menurutnya, yang menjadi kekhawatiran adalah kondisi sungai seperti itu dapat membuat cucunya terserang penyakit.
"Kan kalau sore anak-anak sering main di pinggiran sungai, meski tahu kondisinya kotor tapi kita tidak bisa mencegah mereka," katanya.
Kondisi diperparah dengan tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara di sekitar pemukiman itu, sehingga kebanyakan warga membuang sampah mereka ke sungai.
Ketika kondisi air surut maka air sungai akan berwarna hitam dan mengeluarkan bau busuk. (foto: Ary Priyanto/Urban Id)
“Kalau musim kemarau memang banyak sampahnya. Tapi kalau musim hujan, banyak sampahnya mengalir ke arah Sungai Musi dan airnya tidak terlalu keruh, dan anak-anak sering berenang di sini,” katanya.
ADVERTISEMENT
Kondisi serupa rupanya juga terjadi di Lorong Masjid Jami, Kecamatan Plaju Palembang. Ketika menjelang senja, lokasi ini diramaikan anak-anak hingga orang dewasa yang melakukan berbagai aktivitas di pinggir sungai. Padahal, tak jauh dari tempat tinggal warga, sejumlah tumpukan sampah berbau busuk memenuhi salah satu sudut sungai.
Abdul Rohim (46 tahun), mengatakan aktivitas mandi maupun berkumpul di pinggiran sungai sudah menjadi keseharian masyarakat tersebut. Kondisi seperti ini bahkan sudah terjadi puluhan tahun.
"Warga di sini sudah biasa dengan sungai yang kotor. Ya mau bagaimana lagi kondisinya memang demikian," katanya.
Sementara itu, dua lokasi di Palembang itu ternyata masuk dalam sampling Nilai Status Mutu Air Pemantauan Sungai Skala Nasional Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Selatan. Hasilnya, air sungai di dua lokasi warga tersebut masuk dalam kategori air sungai yang tercemar berat.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan BLH Sumsel, Rezawahya, mengatakan ada 21 sungai di Sumsel yang menjadi sampel nilai status mutu air yang mereka teliti tahun 2018. Dari puluhan sungai yang diteliti, 13 sungai masuk kategori tercemar berat, lima sungai tercemar sedang, dan tiga sungai tercemar ringan.
"Dari 13 sungai tercemar berat, sungai terbanyak yang tercemar berasal dari Kota Palembang," katanya.
Menurutnya, penelitian di Palembang dilakukan pada enam sungai, yaitu Sungai Musi di kawasan Gandus, Sungai Keramasan dan Sungai Ogan Kertapati, Sungai Musi di kawasan Jembatan Ampera, Sungai Komering di Plaju dan Sungai Musi di kawasan Borang Palembang. Ternyata semuanya masuk dalam kategori tercemar berat.
“Pencemaran didominasi dari E Coli manusia, yaitu dari pembuangan tinja, air pembuangan, kotoran hewan peliharaan dan lainnya,” katanya. (jrs)
ADVERTISEMENT