Pengantin Berisiko Stunting di Sumsel Diminta Tunda Kehamilan

Konten Media Partner
2 November 2022 16:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel, Medi Heryanto, Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel, Medi Heryanto, Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumsel, mencatat angka stunting di Sumsel mencapai 24,8 persen. Berbagai upaya pun terus dilakukan untuk menekan.
ADVERTISEMENT
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel, Medi Heryanto, mengatakan angka stunting di Sumsel tergolong tinggi dibandingkan sejumlah daerah lain.
"Berbagai upaya dilakukan untuk menekan angka stunting di Sumsel," katanya, Rabu (2/11).
Seperti pencegahan, pemutakhiran data untuk mencari apa faktor penyebab stunting, dan lain-lain. Bahkan dalam rangka penurunan stunting juga diedukasi tentang stunting. Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan serta Kementerian Agama.
"Jadi calon pengantin registrasi mengisi data di aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Nantinya petugas akan menganalisa kondisi mereka," katanya.
Medi bilang, jika nantinya pasangan itu memiliki risiko stunting, maka akan dicari tahu apa permasalahannya. Hal ini merupakan skrining awal. Lalu, setelah dapat kartu, mereka diminta melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan.
ADVERTISEMENT
"Kalau yang berisiko stunting nikahnya tetap boleh dilaksanakan. Tapi tunda dulu kehamilan. Bukan nikahnya yang dilarang, hanya hamil yang ditunda sampai permasalahan stunting bisa diatasi," katanya.
Menurutnya, stunting merupakan permasalahan yang harus ditangani dengan serius. Sebab, masalah stunting menjadi faktor penghambat dalam mewujudkan SDM yang berkualitas.
"Kami harapkan semua dapat semua berpartisipasi dalam percepatan penurunan stunting," katanya.
Hal itu memang tidak mudah, maka dari itu upaya dengan menyiapkan data keluarga yang berisiko stunting. Bukan yang menangani stunting tapi lebih ke keluarga berisiko stunting mulai dari calon pengantin, ibu hamil, dan anak-anak.
"Contohnya seperti di Lubuklinggau, Dinkes setempat menyiapkan anggaran untuk asupan gizi. Naik ibu hamil, calon pengantin maupun anak balita," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, harus diketahui juga faktor penyebab risiko stunting. Faktor-faktor ini cukup bervariasi. Misal di Muara Enim dan Lahat, itu kawasan terdekat dengan tambang batu bara sehingga mengakibatkan penyakit bawaan, seperti ISPA dan paru-paru.
"Faktor itu juga baru ditemukan, maka perlu peran serta Pemda setempat. Angka stunting ini targetnya di 2024 bisa turun jadi 16 persen atau kalau bisa 14 persen," katanya.
Sedangkan Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, Sumsel ini lumbung pangan. Namun angka stunting tergolong tinggi. Maka dari itu butuh penanganan khusus untuk menanganinya.
Menurutnya, perlu ada sosialisasi atau bimbingan mulai dari kehamilan yang terencana, terjaga, dan asupan makanan.
"Bisa dimulai dari calon ibu, maka saya minta untuk penyuluh menjelaskan tentang stunting ini. Agar para ibu atau calon ibu sadar akan risiko yang akan dihadapi," katanya.
ADVERTISEMENT