Potensi Zakat di Sumsel Mencapai Rp 2,6 Triliun

Konten Media Partner
24 Januari 2021 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi layanan BRI Syariah. Foto: Dok. BRI Syariah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi layanan BRI Syariah. Foto: Dok. BRI Syariah
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumsel menilai potensi ekonomi syariah paling menonjol dari sektor zakat. Potensi zakat di Sumsel tahun ini mencapai Rp2,6 triliun. Potensi yang tinggi ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat muslim di Sumsel yang mencapai 94,18% dari total penduduk.
ADVERTISEMENT
Kepala Perwakilan BI Sumsel Hari Widodo mengatakan Bank sentral menghitung potensi zakat berasal dari jumlah penduduk muslim di Sumsel dengan asumsi alokasi zakat 2,5% yang dikeluarkan penduduk dengan upah minimum regional (UMR) Sumsel 2021 senilai Rp3,2 juta per bulan.
“Pengembangan ekonomi syariah tidak hanya bertumpu pada penguatan industri halal semata. Namun harus lebih holistik, melalui penguatan rantai nilai halal dalam pengembangan ekosistem syariah,” katanya, saat menjadi nara sumber di acara Jurnalis Ekonomi Syariah baru-baru ini.
Hari menjelaskan dalam rantai nilai halal itu mencakup dari hulu, proses produksi, distribusi, pemasaran hingga ke pembeli. Dari rantai nilai halal itulah pemberdayaan ekonomi syariah bisa bergulir, dampak akhirnya adalah aset syariah di Sumsel bisa tumbuh,” katanya.
ADVERTISEMENT
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional 7 Sumatra Bagian Selatan Untung Nugroho megatakan, adopsi teknologi di industri keuangan syariah belum memadai. Penerapan teknologi itu memang jadi 1 dari 5 tantangan dalam pengembangan keuangan syariah di Sumsel.
Dia melanjutkan indeks literasi keuangan syariah juga masih rendah. Secara nasional angkanya baru sebesar 8,93% sementara indeks literasi keuangan umum mencapai 38,03%.
Hal serupa terjadi pada indeks inklusi keuangan syariah yang hanya 9,1% jauh lebih rendah dibanding indeks inklusi keuangan umum sebesar 76,19%.
Rendahnya indikator keuangan syariah, kata Untung, juga tercermin dari pangsa pasar di industri jasa keuangan. Untuk perbankan syariah di Sumsel, misalnya masih berkisar di angka 9%-11%.
Ketua Masyarakat Ekonomi Sumsel (MES) Achmad Syamsudin mengatakan ekonomi syariah juga harus menyasar usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Sumsel. Literasi keuangan syariah yang masih rendah harus ditingkatkan, seperti pengetahuan, keterampilan dan keyakinan tentang industri keuangan syariah di pesantren dan perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang, Heri Junaedi, mengatakan penerapan ekonomi syariah masih terbatas pada sektor bisnis keuangan. Pada sektor riil masih minim karena belum meluas ke rantai industri halal.
Perlu ada gerakan bersama dari pelaku industri jasa keuangan dan industri riil untuk meningkatkan ekonomi syariah di Sumsel. Sinergitas itu bisa dimulai dengan membuat masterplan ekonomi syariah Sumsel, sehingga program kerjanya tidak sendiri-sendiri. (eno)