Serikat Pekerja Pertamina Protes Pernyataan Jokowi

Konten Media Partner
15 Februari 2019 20:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serikat pekerja Pertamina saat menyatakan sikap dihadapan awak media, Jumat (15/2) (foto: Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Serikat pekerja Pertamina saat menyatakan sikap dihadapan awak media, Jumat (15/2) (foto: Urban Id)
ADVERTISEMENT
Serikat pekerja Pertamina menyayangkan pernyataan Presiden Jokowi terkait penyebab tingginya harga tiket pesawat domestik di Indonesia, dikarenakan harga avtur yang dijual Pertamina lebih mahal dan dimonopoli.
ADVERTISEMENT
Ketua Serikat Pekerja Pertamina (SPP) Refinery Unit (RU) Plaju, Muhammad Yunus mengatakan, Pertamina saat ini telah memberikan harga yang kompetitif berdasarkan perhitungan biaya pasokan, dollar dan komponen biaya lainnya. "Perhitungan harga sudah cukup kompetitif bukan terlalu mahal seperti yang disebutkan, apalagi sampai dibilang Pertamina melakukan monopoli penjualan avtur, itu tidak benar," kata Yunus di HSE Pertamina Sungai Gerong, Palembang, Jumat (15/2).
Dia mengatakan, formula perhitungan harga jual avtur tidak hanya tentang naik turunnya dollar, namun juga komponen lain. Seperti biaya pasokan ke kawasan bandar udara yang harganya bervariasi tiap wilayah. "Harga tiket pesawat naik bahkan di Desember sedang mahal-mahalnya, sementara harga avtur turun sejak Oktober 2018. Bahkan diharga terendah berada di Desember, jadi kalau avtur dibilang komponen besar kenaikan harga tiket pesawat harus dikoreksi," katanya.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Serikat Pekerja Pertamina, M Syafirin menambahkan, penjualan dan penyediaan avtur di bandara sebenarnya sudah terbuka dan itu tertuang dalam aturan yang sudah ada. "Jadi ini bukan dimonopoli, Pertamina siap bersaing secara sehat dan sesuai aturan-aturan dan regulasi yang ada," katanya.
Untuk itu, serikat pekerja Pertamina berharap Presiden Jokowi seharusnya tidak membandingkan dengan harga di Singapura. Sebab infrastruktur dan kilang ada di sana berbeda dengan yang ada di Indonesia. "Justru dibanding negara terdekat lainnya Pertamina masih rendah, sehingga sangat disayangkan jika hal ini menyebabkan harga tiket pesawat naik. Kami tentu keberatan," katanya.
Sementara itu, Ketua Penasehat Serikat Pekerja Pertamina RU III Sumbagsel, Solihin mengatakan, avtur ini bukan produk subsidi, harganya fluktuatif, jika ingin sangat murah harusnya regulasinya disubsidi. "Sebagai pekerja kami cukup kecewa, apalagi Pertamina ini Badan Usaha Milik Negara, 100 persen saham dikuasi negara. Jadi kami merasa keberatan dituding memonopoli avtur dan dikambing hitamkan penyebab harga tiket pesawat melambung tinggi," kata dia. (enno/jrs)
ADVERTISEMENT