Upaya Polisi Meminimalisir Kebiasaan Warga Sumsel Membawa Sajam

Konten Media Partner
6 Februari 2020 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakapolda Sumsel, Brigjen Pol Rudi Setiawan. (foto: Dok. Polda Sumsel)
zoom-in-whitePerbesar
Wakapolda Sumsel, Brigjen Pol Rudi Setiawan. (foto: Dok. Polda Sumsel)
ADVERTISEMENT
Penyalahgunaan senjata tajam (sajam), sering kali dijumpai pada sejumlah kasus kriminalitas di Sumatera Selatan. Untuk itu, Polda Sumsel terus melakukan sosialisasi guna meminimalisir kebiasaan membawa sajam di masyarakat 'Bumi Sriwijaya'.
ADVERTISEMENT
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sumsel, Brigjen Pol Rudi Setiawan, mengatakan sajam seperti pisau dan parang sering dijumpai dalam sejumlah kasus kriminalitas di Sumsel. Baik itu tindak pidana pencurian dengan pemberatan, curanmor, hingga pembunuhan.
"Kita ingin melakukan pembedahan terhadap prilaku warga Sumsel yang sering kali membawa senjata tajam dalam setiap aktivitasnya," kata Rudi, usai menggelar kegiatan Forum Grup Diskusi, Kamis (6/2).
Menurutnya, membawa sajam sebenarnya bukan suatu budaya, melainkan kebiasaan orang-orang tertentu saja di Sumsel. Kebiasaan ini muncul dikarenakan wilayah Sumsel dahulunya hutan sehingga warga membawa sajam sebagai alat untuk menjaga diri.
"Tapi seiring berkembangnya zaman, sajam kini digunakan sebagai alat untuk menyakiti atau membunuh, seperti dalam tindak pidana seperti curanmor dan sebagainya," katanya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, pihaknya mengajak seluruh elemen terkait khususnya pemerintah daerah agar dapat bersama-sama memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahayanya kebiasaan membawa sajam tersebut. Sehingga dapat merubah tampilan wajah Sumsel menjadi lebih baik.
"Ini menjadi tanggung jawab kita bersama, guna mencari solusi agar permasalahan ini dapat diselesaikan," katanya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru, mengatakan membawa senjata tajam ini merupakan cara berpikir yang salah, dan juga kurangnya kepercayaan diri seseorang. Karena itu, perlu ada terapi agar kebiasaan ini dapat dikurangi.
"Membawa sajam ini bukan suatu budaya di Sumsel. Hanya pola pikirnya saja yang salah," katanya.
Menurutnya, saat ini kondisi keamanan di Sumsel sudah berangsur baik. Kalau pun ada tindak pidana yang menggunakan sajam, biasanya hanya terdesak sehingga menyebabkan seseorang menjadi kalap atau emosi. Dengan emosi yang memuncak mereka pun tidak sadar menyalahkan gunakan sajam sebagai alat untuk membunuh.
ADVERTISEMENT
"Kita akan bersama-sama mengedukasi masyarakat untuk menghilangkan kebiasaan ini sehingga tidak ada lagi penyalahgunaan sajam ini di Sumsel," katanya. (jrs)