Walhi Sebut Penyebab Teror Harimau di Sumsel Akibat Ekspansi Tambang

Konten Media Partner
6 Desember 2019 20:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hutan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hutan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan menilai, teror harimau di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam karena habitat hewan buas yang semakin sedikit akibat ekspansi industri pertambangan, perkebunan, serta eksploitasi panas bumi.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Selatan, Hairul Sobri, mengatakan, dampak dari aktivitas ini telah menjadi pemicu meningkatnya konflik harimau dengan manusia hingga menimbulkan korban jiwa baru-baru ini.
"Kami mendata, ribuan lahan konsesi tambang di Lahat itu sejak 2010 sampai sekarang masih masif. Lahan perhutanan sosial yang digarap oleh masyarakat adat bukanlah pemicu konflik, namun bisa disebut puncak dari rusaknya ekosistem di hutan lindung yang menjadi habitat harimau," katanya, Jumat (6/12).
Hariul bilang, ekspansi yang dilakukan korporasi tambang dan perkebunan tidak mengindahkan ekosistem sekitar. Bahkan lahan yang dijadikan kebun teh PTPN VII di Pagar Alam masih berkonflik dengan masyarakat lokal.
Hairul mengklaim, ekspansi korporasi tersebut dibiarkan oleh pemerintah dan tidak ada peninjauan ulang dan pencabutan izin penggunaan alih fungsi lahan pada hutan lindung ini. Saat ini Kebanyakan kebijakan pemerintah mengutamakan industri ekstraktif.
ADVERTISEMENT
"Misal, di Lahat itu ada daerah yang masyarakat anggap hutan larangan, tapi tidak diakomodir oleh pemerintah, dan malah diberi izin untuk korporasi mengunakan lahan itu untuk fungsi lain,” katanya.
Pihaknya meminta kepada pemerintah untuk mengerem ekspansi korporasi terhadap kawasan hutan tersebut. Karena apabila tidak dihentikan, konflik manusia dengan hewan buas akan terus terjadi bahkan intensitasnya akan semakin meningkat.
Selain itu harus ada proses pemulihan kawasan hutan seperti pengembalian fungsi hutan lindung, restorasi, penanaman ulang, dan evaluasi perusahaan perkebunan.
Ilustrasi harimau Foto: ZSL London Zoo
Sementara itu, Peneliti Forum Harimau Kita, Yoan Dinata, mengatakan, beberapa faktor yang menyebabkan harimau lebih agresif salah satunya ada degradasi lahan, perburuan, dan berkurangnya mangsa harimau.
Teror harimau sangat berbahaya terhadap masyarakat yang tinggal di perbatasan dengan kawasan hutan sehingga perlu ada sosialisasi. Manusia harus beradaptasi dengan rangkaian serangan yang sudah terjadi saat ini.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kehutanan Sumsel, Panji Cahyanto, mengatakan, ada dua KPH yang ada di wilayah itu, yakni KPH Kikim Pasemah di Kabupaten Lahat dan KPH Dempo di kota Pagaralam yang merupakan kantong harimau.
Untuk KPH Dempo sendiri, sejauh ini sudah melarang kepada warga untuk melakukan aktivitas di kawasan hutan. "Kejadian ini dikarenakan masyarakat yang tetap masuk ke habitat harimau, itu sudah risiko," katanya. (eno)