Wiko, Korban Penganiayaan di SMA Taruna yang Ususnya Terlilit, Wafat

Konten Media Partner
19 Juli 2019 21:34 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua TP PKK Sumsel, Febi Deru, bersama Wakil Ketua, Fauziah Mawardi Yahya, saat mengunjungi Wiko Jerianda di RS Charitas Palembang. (Dok. istimewa).
zoom-in-whitePerbesar
Ketua TP PKK Sumsel, Febi Deru, bersama Wakil Ketua, Fauziah Mawardi Yahya, saat mengunjungi Wiko Jerianda di RS Charitas Palembang. (Dok. istimewa).
ADVERTISEMENT
Wiko Jerianda (14 tahun), siswa yang diduga merupakan salah satu korban penganiayaan saat Masa Orientasi Siswa (MOS) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Taruna Indoensia, Palembang, Sumatera Selatan, wafat.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Wiko sempat menjalani perawatan intensif selama satu minggu karena tak sadarkan diri pasca-operasi di Rumah Sakit RK Charitas, Palembang. Wiko wafat sekitar pukul 20.00 WIB, Jumat (19/7). Dengan begitu, Wiko merupakan korban kedua yang wafat setelah teman seangkatan korban, Delwyn Berli Juliandro (14 tahun), yang juga wafat pada Minggu (14/7).
Kuasa hukum keluarga korban, Filri Darta, membenarkan kabar wafatnya Wiko Jerianda. Menurutnya, saat ini pihak keluarga masih berada di rumah sakit untuk memutuskan langkah apa yang akan ditempuh selanjutnya.
“Keluarga masih berembuk, bakal melakukan visum atau langsung dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan,” katanya, Jumat (19/7).
Firli mengatakan pihaknya akan melanjutkan proses hukum dan akan segera melaporkan secara resmi ke kepolisian, apabila keluarga korban memutuskan untuk divisum. Namun jika tidak, artinya keluarga langsung membawa jenazah ke rumah duka di Komplek Perumahan Sri Mas, Jalan Pertanahan, Kelurahan 16 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang.
ADVERTISEMENT
“Belum diputuskan, keluarga masih mendiskusikan jalan yang terbaik,” kata Firli.
Diberitakan sebelumnya, usai mengikuti kegiatan MOS di SMA Taruna Indonesia, korban sempat dibawa ke RS Karya Asih Palembang oleh pihak sekolah, Sabtu (13/7). Korban harus menjalani operasi karena masalah usus terlilit.
Selepas operasi, kondisi kesehatan korban ternyata terus menurun hingga tak sadarkan diri, hingga pihak keluarga merujuk korban ke Rumah Sakit RK Charitas untuk mendapatkan perawatan intensif. Sebelum operasi, menurut Firli, korban sempat mengaku kepada orang tuanya bahwa dirinya mengalami kekerasan saat pelaksanaan MOS tersebut.
Kasat Reskrim Polresta Palembang, Kompol Yon Edi Winara, mengatakan laporan keluarga Wiko baru sebatas lisan dan penyidik kepolisian menunggu korban sadarkan diri untuk menindaklanjuti laporan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kita sudah ketemu dengan keluarga korban dan sudah kami sampaikan kalau ini juga sudah jadi perhatian kami," katanya. (jrs)