Retorika Aidit Dalam Melawan Kapitalisme Barat

Andien Maulidya
Mahasiswa Universitas Jember
Konten dari Pengguna
6 Mei 2024 7:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andien Maulidya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar: Illustrasi Revolusi Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Gambar: Illustrasi Revolusi Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak peristiwa-peristiwa kelam yang terjadi di masa lalu, terkhususnya pada masa Orde Lama. Dalam kurun waktu tahun 1959-1965 memiliki tendensi dalam sosial ekonomi yang di gambarkan masih belum stabil. Bagaimana tidak jika Presiden Revolusioner pada saat itu Bung Karno sedang menggalang proyek nasional yang tidak lain “Proyek Mercusuar” membuat tekanan terhadap kas negara. Segala upaya dan cara yang dibuat untuk menstabilkan perekonomian kala itu membuat D.N. Aidit selaku ketua dari CC PKI menggerakan maklumat untuk tidak ketergantungan terhadap pihak asing, yang tidak lain adalah IMF
ADVERTISEMENT
“Hanya si pander manipulis munafik yang banyak omong tentang bangsa imperialis ingin membantu dan membangun ekonomi bangsa kita, agar bersih dari imperialis dan feodalisme”. Ucap Aidit. Hal itu memberikan reaksioner yang cukup memberikan tendensi ke bangsa barat yang notabenenya adalah bangsa yang menganut sistem ekonomi liberal, sedangkan Negara Indonesia kala itu menggunakan sistem ekonomi sosialis yang tentu memiliki pertentangan yang cukup signifikan.
“Negara pada saat ini sedang mengalami kesulitan dalam ekonomi yang berdikari, sehingga bangsa imperialis ingin membuat simpati ke bangsa kita ini agar tergiur dengan bantuan yang diberikan kepada bangs ini, tentu hal ini merupakan sebagai bentuk Neo-Kolonialisme” ucap Aidit.
Dalam konsep retorika yang diberikan D.N. Aidit untuk menanggulangi ketidakstabilan perekonomian yang ada di Indonesia, Aidit mencetuskan tiga tuntunan agar kebijakan Dekon bisa di menangkan di tahun 1963. Isi dari Dekon itu antara lain :
ADVERTISEMENT
1. Untuk mencapai kemenangan Dekon diperlukan adanya pengintegrasian antara pemerintah dengan rakyat agar bisa masuk ke struktur-struktur yang menyeluruh dengan membentuk Kabinet Gotong Royong dengan berporoskan NASAKOM;
2. Dalam pasca untuk memenangkan Dekon haru memenangkan tafsiran yang konkrit agar bisa memberikan kepercayaan ke khalayak publik;
3. Untuk mewujudkan Dekon perlu adanya perlawanan yang serius untuk siapa saja yang menantang Dekon, demi rakyat. Juga tindakan-tindakan revolusioner kepada masyarakat agar bisa lebih menekankan produksi yang tinggi yang tidak lain adalah sebagai tujuan Dekon.
Dengan hal tersebut Aidit memberikan kiprah dalam usaha untuk kesetabilan ekonomi di masa Orde Lama.
“Bangsa ini jika bergantung dengan negara-negara asing untuk menyelesaikan krisis ekonomi bukan menjadi solusi yang tepat” Ucap Adit. dikutip dari buku Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru (2003) karya Daniel Dhakidae, Indonesia harus kembali kepada kekuatan bangsa sendiri (halaman 183).
ADVERTISEMENT
Pandangan Aidit Terhadap IMF
Aidit meyakini dalam IMF dipastikan memiliki kepentingan sendiri dibalik bantuan yang diberikan IMF. Menurutnya IMF dan Lembaga-lembaga lainnya tidak tulus dalam membantu Bangsa Indonesia dan menganggap pihak asing hanya mencari kesempatan dalam kesempitan untuk membantu negara yang kesulitan dalam perekonomian.
Dalam tudingan Aidit dikatakan bahwa IMF memiliki suara yang condong ke negara-negara liberal, seperti Amerika yang memiliki suara dan pengaruh sebesar 28 persen suara, sedangkan Inggris memiliki suara 13,4 persen suara belum lagi negara-negara kapitalis lainnya. Dari hal tersebut memberikan gambaran secara jelas bahwa IMF tidak lain hanyalah alat kapital untuk merasuki negara-negara berkembang untuk di eksploitasi kekayaan alamnya.
“Jangan ditanya berapa persen suara yang di dapat oleh Indonesia, 1,5 persen pun tidak sampai” ucap Aidit.
ADVERTISEMENT
Dalam pemaparannya Aidit memberikan penjelasan bahwasannya, sebelum ditipu oleh IMF alangkah lebih baiknya bekerja sama dengan negara seperti Uni Soviet dan Cina yang memiliki kesamaan dengan bangsa Indonesia yang menganut ekonomi sosialis.
Kondisi Indonesia saat itu sudah kacau membuat pengusulan dari Aidit dan PKI berhasil membujuk Bung Karno untuk menarik Indonesia dari IMF pada tanggal 17 Agustus 1965 tepat pada tanggal hari kemerdekaan Indonesia.
Namun harapan yang diimpikan oleh Ketua CC PKI, D.N. Aidit tidak bisa tercapai dikarenakan selang beberapa bulan kekuasaan Bung Karno kala itu runtuh dan digantikan oleh Rezim Orde Baru. Sehingga perencanaan Dekon yang digagas D.N. Aidit tidak terwujudkan.
Refrensi
D.N. Aidit. (1963) Dekon Dalam Ujian. Jakarta. Penerbit Yayasan Pembaruan.
ADVERTISEMENT
Daniel Dhakidae. (2003) Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru. Jakarta. Gramedia Pustaka Indonesia