news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Meningkatkan Kemandirian Anak Pengidap Autisme

Adella junia
Saya seorang karyawan dilembaga sosial (SKH Sayap ibu), tepatnya profesi saya sebagai (Guru) bagi anak-anak berkebutuhan khusus
Konten dari Pengguna
8 November 2021 15:30 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adella junia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika bicara tentang anak yang mandiri, pasti mudah saja bagi anak-anak dengan kondisi normal pada umumnya. Tapi terbayang tidak? bagaimana dengan anak yang intelektualnya rendah atau dengan keterbatasan seperti anak autisme.
ADVERTISEMENT
Sebelum masuk ke pembicaraan, tentang mengajarkan atau bagaimana cara untuk anak autisme ini semakin mandiri dalam segi bina dirinya. Mari kita mengenal jauh lebih dekat apa itu anak dengan autisme?
Anak autisme merupakan anak yang memiliki gangguan perkembangan yang menyebabkan kemampuan komunikasi dan sosialisasinya terganggu.
Autisme memiliki banyak tingkatan atau levelnya, mulai dari autisme ringan, sedang, sampai berat. Biasanya anak dengan autisme yang berat bisa melakukan hal-hal yang bisa menyakiti dirinya ataupun melukai orang lain dengan sering tantrum bahkan mengamuk.
Pada dasarnya, anak dengan autisme punya pola hidup yang konsisten. Mereka adalah anak yang on time dalam segala hal yang memang sering dilakukan sehari-hari.
Misal, saya berikan contoh ketika jam 09.00 pagi dia konsisten untuk meminum jus, maka pada saat itu tidak diberikan jus dia akan tantrum. Banyak faktor yang menyebabkan anak dengan autisme ini tantrum.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu saya sudah membuktikan dan melihat langsung bagaimana anak dengan autisme ini diajarkan kemandirian sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Saya belajar dengan Salah satu guru di Sekolah Khusus Sayap Ibu.
Sangat penting untuk mengajarkan anak pengidap autisme tentang kemandirian. Kenapa begitu? Karena dengan kita mengajarkan kemandirian, bisa mengasah kemampuannya secara motorik kasar atau pun motorik halusnya. Kita mempunyai target agar perlahan-lahan kita tidak lagi mendampingi anak sepenuhnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang memang sebetulnya mereka bisa dan mampu asalkan kita sebagai orang tua atau guru selalu konsisten dalam mengajarkan kemandirian, dan kita pun harus optimis anak mampu mandiri.
Saya berikan contoh yang sudah dijalankan atau dilakukan oleh anak dengan autisme di Sekolah Khusus Sayap Ibu. Ia seseorang gadis cantik berusia 12 tahun dengan kondisi autisme, masih bisa komunikasi satu arah, artinya bisa paham akan perintah, namun non verbal (tidak bisa berbicara), perilakunya suka merobek-robek kertas apa pun yang Ia temukan, mengapa demikian? Mungkin dikarenakan kurangnya aktivitas yang membuat Ia sibuk, maka terlintaslah kita membuat kelas fungsional atau kemandirian, di kelas tersebut diajarkan seperti kegiatan: membuat (jus) secara mandiri.
dokumentasi diambil dari ponsel pribadi
Ketika kita akan membuat jus, langkah pertama kita komunikasi pembukaan terhadap anak bahwa kita anak membuat jus, kedua kita secara bersama-sama dengan anak menyiapkan alat dan bahan, ketiga kita dan anak memotong buah atau mengupas, keempat proses membuat jus bersama, keenam meminum jus bersama, ketujuh anak membereskan peralatan membuat jus yang kotor seperti gelas, blender, dan lain-lain, kedelapan mencuci peralatan, kesembilan penutupan dan mengucapkan terima kasih terhadap anak karena sudah mau dan ikut berpartisipasi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian proses yang ada sebisa mungkin kita tidak banyak membantu, hanya saja perintah dan sedikit bantuan, dan selalu memberikan kesempatan anak dalam melakukan proses tersebut, dengan begitu anak merasa terlibat dan bisa diandalkan, dilakukan berulang-ulang hingga anak sudah tidak lagi butuh pendampingan sepenuhnya dengan kita.
Memang terlihat sulit agar anak mampu mandiri, tapi kita memiliki target 2 minggu pertama setelah itu 3 bulan lalu 6 bulan ke depan, kita akan mengevaluasi setiap minggunya, sejauh mana anak berkembang? Apakah sudah bisa melakukan sendiri atau masih perlu banyak bantuan.
Dan akhirnya setelah seringnya dilakukan kegiatan tersebut, anak mampu, walau masih dalam dampingan tapi anak sudah mampu melakukannya secara mandiri.
Selama kita optimis dan konsisten maka keberhasilan akan datang. Semangat!
ADVERTISEMENT