Si Paling Serius, Peran Mahasiswa Teknik Industri di Desa

Diana Elisia
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Negeri Malang yang semoga aja sukses terus. Amiinnn
Konten dari Pengguna
8 Juli 2022 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diana Elisia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Sambil Menyelam, Minum Air. Peribahasa tersebut mewakili kehadiran mahasiswa KKN UM di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur.

Salah satu tempat produksi tahu di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur (Dok. KKN Tinalan UM)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu tempat produksi tahu di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur (Dok. KKN Tinalan UM)
Tinalan merupakan tempat penghasil tahu terbesar di Kediri, Jawa Timur. Puluhan kepala keluarga turun-temurun menggantungkan hidupnya membuat tahu. Dalam sehari, masing-masing produsen dapat memproduksi sebanyak ratusan tahu.
ADVERTISEMENT
Menurut Pak Yusuf Iswanto selaku Kepala Kelurahan Tinalan. Peningkatan bisnis yang cukup tinggi dengan produksi tahu dengan jumlah yang banyak berpotensi menimbulkan masalah pencemaran lingkungan.
Dalam sehari rata-rata limbah yang dihasilkan oleh satu produsen bisa mencapai kurang lebih 5 drum dengan volume masing-masing adalah 90 liter.
“Untuk limbah tahu yang padat dialihkan menjadi pakan ternak atau membuat tempe gembos. Dan limbah cairnya langsung dibuang ke sungai”, kata Pak Supingi, salah seorang pengrajin tahu di Kelurahan Tinalan.
Limbah cair tahu mengandung Total Suspended Solid (TSS), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Biological Oxygen Demand (BOD) yaitu zat berbahaya bagi lingkungan terutama pencemaran air sungai dan air tanah disekitar pemukiman warga.
“Limbah cair tahu secara teknis sangat bermasalah bagi lingkungan, sehingga kita mencoba mencari solusinya melalui sebuah teknologi yang berkelanjutan. Tentu perlu adanya agen pengubah di lapangan,” tutur Pak Jamalludin sebagai ketua Paguyuban Kelurahan Tinalan.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah dahulu pernah memfasilitasi alat pengolahan limbah berupa septic tank, cuma kok tidak bisa bertahan lama dan air limbah justru meresap ke sumur warga,” lanjutnya.
Hal ini yang menjadi landasan bagi Diana Elisia dan Iqbal Ali Firdaus, mahasiswa KKN UM untuk menyelesaikan masalah terkait limbah.
Pupuk organik cair hasil pengolahan limbah oleh mahasiswa KKN UM 2022 (Dok. KKN Tinalan UM)
“Kami sudah melakukan beberapa literature review dan menemukan solusi yang diharapkan dapat berguna bagi warga sekitar sini (Kelurahan Tinalan). Ternyata limbah cair tahu berpotensi untuk di daur ulang menjadi pupuk,” jelas Diana
Pupuk cair organik mampu menghasilkan panen berupa sayur dan buah yang lebih segar dan enak, juga merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Bahan baku berupa limbah cair tahu sudah tersedia dan pengolahannya hanya membutuhkan modal yang minim.
ADVERTISEMENT
Adapun pembuatannya dengan mencampurkan limbah cair tahu (1L) dengan EM4 (50ml), air gula merah (50ml), air kelapa (300ml), dan air cucian beras (400ml) dalam wadah tertutup. Proses fermentasi akan memakan waktu selama 14 hari. Pada hari ke-10, tutup dibuka untuk membantu proses penurunan kadar BOD, COD dan TSS.
“Iya, pengolahan limbah memang memakan waktu relatif lama dan butuh trial error pada sistemnya. Kami yakin ini akan membawa banyak hal baik, menyambung yang masih mungkin diperbaiki,” tegas Iqbal Ali