Konten dari Pengguna

Kehidupan Rumah Tangga: Menantu yang Suka Menceritakan di Media Sosial

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
6 September 2024 17:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam era digital ini, media sosial menjadi platform utama bagi banyak orang untuk berbagi berbagai aspek kehidupan, mulai dari momen bahagia hingga tantangan pribadi. Salah satu fenomena yang cukup sering terjadi adalah menantu yang suka menceritakan kehidupan rumah tangganya di media sosial. Hal ini tentu menimbulkan beragam reaksi, terutama dari pihak keluarga besar, suami, maupun masyarakat luas. Artikel ini akan membahas fenomena ini secara rinci, mencakup alasan di balik perilaku tersebut, dampaknya, dan solusi yang bisa diambil untuk menjaga keseimbangan antara privasi dan kebutuhan mengekspresikan diri.
ADVERTISEMENT
Alasan Menantu Menceritakan Kehidupan di Media Sosial
1. Kebutuhan Akan Validasi dan Pengakuan
Banyak menantu yang merasa media sosial adalah tempat untuk mendapatkan dukungan moral dan validasi dari orang lain. Dengan membagikan kisah hidupnya, baik itu mengenai kebahagiaan atau kesulitan yang dialami dalam pernikahan, mereka berharap mendapatkan simpati atau pujian yang pada akhirnya meningkatkan rasa percaya diri. Hal ini sering kali menjadi pelarian ketika mereka merasa kurang didengar oleh suami atau keluarga.
2. Curahan Hati dan Penyembuhan Diri
Media sosial juga sering berfungsi sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati. Bagi sebagian orang, menulis di media sosial adalah bentuk terapi untuk meredakan stres atau ketegangan yang dialami dalam hubungan pernikahan. Dengan berbagi, mereka merasa beban emosi mereka berkurang, meskipun risikonya adalah privasi mereka menjadi lebih terbuka.
ADVERTISEMENT
3. Pengaruh Lingkungan dan Tren
Tidak bisa dipungkiri, tren di media sosial mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk menantu. Ada anggapan bahwa kehidupan yang diunggah ke media sosial adalah cerminan kesuksesan atau kepuasan dalam hidup. Menantu yang sering menceritakan kehidupannya mungkin merasa terdorong untuk mengikuti tren ini, untuk menunjukkan bahwa mereka juga memiliki kehidupan yang menarik.
4. Kurangnya Komunikasi di Lingkungan Keluarga
Dalam beberapa kasus, menantu mungkin merasa sulit untuk berkomunikasi langsung dengan suami atau keluarga mertua tentang masalah yang mereka hadapi. Media sosial kemudian menjadi ruang yang lebih “aman” untuk mengekspresikan perasaan mereka, meskipun dampaknya justru dapat memperkeruh hubungan di dalam keluarga.
Dampak Menceritakan Kehidupan di Media Sosial
ADVERTISEMENT
1. Timbulnya Konflik dalam Keluarga
Salah satu dampak terbesar dari kebiasaan ini adalah munculnya konflik dalam keluarga, terutama dengan suami dan mertua. Keluarga besar mungkin merasa terganggu dengan privasi mereka yang terbuka untuk konsumsi publik. Suami, terutama, mungkin merasa tidak nyaman dengan kehidupan rumah tangga yang seharusnya bersifat pribadi, tetapi menjadi bahan perbincangan di media sosial.
2. Kehilangan Kepercayaan
Menantu yang sering membagikan kehidupan pribadinya di media sosial berisiko kehilangan kepercayaan dari suami maupun keluarga besar. Mereka mungkin dianggap tidak bisa menjaga rahasia keluarga atau tidak mampu memisahkan antara kehidupan pribadi dan dunia maya. Hal ini bisa merusak hubungan yang sebelumnya baik.
3. Tekanan Sosial dari Pihak Luar
ADVERTISEMENT
Dengan membagikan kehidupan pernikahan di media sosial, menantu dapat menghadapi tekanan sosial dari orang lain. Masyarakat sering kali cenderung menilai dan menghakimi kehidupan orang lain berdasarkan apa yang mereka lihat di media sosial, yang pada akhirnya menambah beban psikologis bagi menantu tersebut.
4. Terganggunya Kesehatan Mental
Kecenderungan untuk membagikan terlalu banyak informasi pribadi dapat menyebabkan menantu tersebut merasa terjebak dalam tekanan untuk selalu tampak bahagia atau sukses di mata orang lain. Kebutuhan untuk terus-menerus memperbarui dan memamerkan kehidupan di media sosial bisa menjadi beban mental yang signifikan.
Solusi untuk Menjaga Privasi dan Keseimbangan
1. Membangun Komunikasi yang Baik dengan Pasangan
Salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah membangun komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pasangan. Menantu perlu merasa bahwa mereka bisa berbagi apapun dengan suami tanpa harus mencari dukungan dari media sosial. Dengan komunikasi yang baik, banyak masalah bisa diselesaikan tanpa perlu diekspos ke publik.
ADVERTISEMENT
2. Menetapkan Batasan dalam Berbagi di Media Sosial
Menantu sebaiknya mulai memikirkan batasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dibagikan di media sosial. Hal-hal yang sangat pribadi, terutama yang melibatkan kehidupan rumah tangga, sebaiknya disimpan untuk diri sendiri atau dibicarakan secara pribadi dengan orang-orang terdekat. Media sosial bukanlah tempat yang tepat untuk menyelesaikan konflik rumah tangga.
3. Mencari Dukungan Profesional
Jika menantu merasa stres atau tertekan dalam pernikahannya, daripada melampiaskannya di media sosial, lebih baik mencari dukungan dari profesional, seperti konselor atau psikolog. Mereka dapat membantu menantu mengatasi masalah yang dihadapinya dengan cara yang lebih sehat dan konstruktif.
4. Menggunakan Media Sosial dengan Bijak
Media sosial bisa menjadi tempat yang positif jika digunakan dengan bijak. Menantu bisa memilih untuk menggunakan media sosial sebagai sarana inspirasi, edukasi, atau hiburan tanpa harus selalu membagikan kehidupan pribadinya. Dengan cara ini, menantu bisa tetap terhubung dengan dunia luar tanpa harus mengorbankan privasi.
ADVERTISEMENT