Konten dari Pengguna

Pengaruh Prosedur Bedah Abdominal Terhadap Fungsi Gastrointestinal Tikus Putih

Nabiilah Nur Fajrina
Mahasiswi Pendidikan Biologi UIN Jakarta
22 Juni 2024 12:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabiilah Nur Fajrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : 1.1 Foto Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : 1.1 Foto Penulis

Dampak Yang Akan Terjadi Jika Tikus Putih Mengalami Bedah Abdominal

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada dasarnya prosedur bedah abdominal pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi gastrointestinal mereka, tergantung pada jenis dan luasnya operasi yang telah dilakukan. Setelah dilakukannya prosedur bedah abdominal, tikus putih sering mengalami perubahan dalam motilitas usus mereka. Manipulasi langsung terhadap usus atau jaringan sekitarnya dapat mengganggu kontraksi normal usus atau menghambat pergerakan isi usus. Hal ini berpotensi mempengaruhi proses pencernaan dan penyerapan nutrisi secara keseluruhan. Yang dapat berdampak pada keseimbangan metabolisme tikus putih, dengan gilirannya yangmempengaruhi kesehatan umum dan performa mereka dalam penelitian.
ADVERTISEMENT
Prosedur bedah abdominal juga dapat mengubah komposisi mikrobiota usus tikus putih. Mikrobiota usus memainkan peran penting dalam metabolisme, penyerapan nutrisi, dan perlindungan terhadap patogen. Perubahan dalam komposisi mikrobiota dapat mengganggu kesehatan gastrointestinal dan sistem kekebalan tikus putih. Stres fisiologis pascaoperasi juga sering kali dialami oleh tikus putih setelah bedah abdominal. Stres ini dapat mempengaruhi peristaltik usus, produksi cairan pencernaan, dan keseimbangan mikrobiota usus mereka, semuanya berkontribusi pada fungsi gastrointestinal keseluruhan.
Selain itu, respon inflamasi lokal di sekitar area operasi juga merupakan dampak umum dari bedah abdominal pada tikus putih. Inflamasi ini dapat mempengaruhi fungsi normal organ-organ pencernaan dan proses penyembuhan setelah operasi. Pemahaman mendalam tentang bagaimana prosedur bedah abdominal mempengaruhi fungsi gastrointestinal tikus putih sangat penting dalam konteks penelitian biomedis. Peneliti perlu mempertimbangkan semua dampak ini untuk mengoptimalkan desain studi, merancang perawatan pascaoperasi yang sesuai, dan mengevaluasi dampak jangka panjang terhadap kesehatan umum dari tikus putih yang digunakan dalam eksperimen.
Sumber : 1.2 Foto Penulis

Deskripsi Singkat Prosedur Abdominal

Prosedur bedah abdominal, seperti laparotomi dan laparoskopi, dapat memiliki beberapa efek pada fungsi gastrointestinal tikus putih. Efek-efek ini dapat bervariasi tergantung pada jenis prosedur, durasi operasi, dan teknik yang digunakan. Prosedur bedah abdominal dapat menyebabkan ileus paralitik, yaitu kelumpuhan sementara usus yang menghambat pergerakan makanan dan cairan. Ileus biasanya terjadi dalam 24-48 jam pertama setelah operasi dan dapat berlangsung hingga beberapa hari. Prosedur bedah abdominal dapat menyebabkan penurunan sekresi asam lambung, enzim pencernaan, dan empedu. Hal ini dapat menyebabkan malabsorpsi nutrisi dan diare. Prosedur bedah abdominal dapat mengganggu aliran darah ke usus, yang dapat menyebabkan iskemia dan kerusakan jaringan. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis usus, perforasi, dan sepsis. Prosedur bedah abdominal dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus, yang dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri berbahaya dan meningkatkan risiko infeksi.
ADVERTISEMENT

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efek Gastrointestinal Pada Tikus Putih

Prosedur bedah abdominal yang lebih invasif, seperti laparotomi, umumnya memiliki dampak yang lebih besar pada fungsi gastrointestinal dibandingkan dengan prosedur yang kurang invasif, seperti laparoskopi. Laparotomi, yang melibatkan sayatan besar di perut, dapat menyebabkan lebih banyak trauma pada jaringan, mengganggu aliran darah, dan memperpanjang waktu penyembuhan. Sebaliknya, laparoskopi menggunakan sayatan kecil dan instrumen khusus, sehingga lebih sedikit menyebabkan trauma dan gangguan pada fungsi usus. Durasi operasi juga memainkan peran penting dalam menentukan efek pada fungsi gastrointestinal. Operasi yang berlangsung lebih lama cenderung menyebabkan lebih banyak stres pada tubuh, memperpanjang periode anestesi, dan meningkatkan risiko komplikasi seperti ileus paralitik atau gangguan aliran darah mesenterika. Teknik operasi yang hati-hati dan minimal invasif dapat membantu mengurangi dampak negatif pada fungsi gastrointestinal. Pendekatan yang lebih lembut, penggunaan instrumen yang tepat, dan teknik yang mengurangi trauma jaringan dapat mempercepat pemulihan dan meminimalkan risiko komplikasi pasca-operasi. Dengan demikian, pilihan teknik dan durasi operasi yang cermat sangat penting untuk menjaga kesehatan dan fungsi gastrointestinal setelah prosedur bedah abdominal.
ADVERTISEMENT