Cerita Susiyani, Pedagang Basreng Online Bangkit Pasca Pandemi

M Arfah
Guru terapis di sekolah anak berkebutuhan khusus(ABK) Batam SMA 1 Reteh
Konten dari Pengguna
29 Maret 2023 5:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Arfah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
basreng yang sudah dikemas
zoom-in-whitePerbesar
basreng yang sudah dikemas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa sangka usaha yang dirintis dan berkembang pesat bisa gulung tikar hingga merugi jutaan rupiah hanya gara-gara virus covid-19. Itulah yang dirasakan oleh Susiyani wanita asal Subang, Jawa Barat ini. Usahanya dulu yang beromset jutaan rupiah bisa tiba-tiba merugi hingga pelanggan pun pada kabur.
ADVERTISEMENT
Ya, badai pandemi memang banyak menghantam kalangan pebisnis. Tak sedikit yang gulung tikar, sepi orderan, bahkan hingga merugi.
Namun demikian, bagi mereka yang terus berjuang keluar dari situasi sulit akan menemukan jalannya. Pandemi bukanlah suatu alasan, dengan melakukan inovasi dan rencana bisnis yang matang semua bisa diraih kembali. Apalagi kemudian badai virus sudah berangsur hilang. Banyak orang kemudian menatap masa depan dengan penuh semangat dan harapan tinggi.
Susiyani misalnya, ibu satu anak ini, kini mulai bangkit memulai bisnis basreng dengan cara online. Usaha yang dirintis sejak pertengahan tahun lalu kini sudah mulai menampakkan hasilnya. Omsetnya pun kadang menyentuh jutaan rupiah. Ia pun tidak menyangka bisa dengan cepat bangkit. "Awalnya saya kan orangnya emang nggak bisa diam. Meski hanya jaga rumah (ibu rumah tangga), saya mikir bagaimana bisa tetap produktif," katanya ketika ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Ia mengisahkan, dulu tidak kepikiran usahanya berdagang tas bisa gulung tikar. Pasalnya, barang dagangannya diminati consumer bahkan ada yang memesan hingga ke Pulau Jawa. Namun, pandemi menghantam semua itu. Awalnya ia sempat kagok juga, tinggal di rumah mengurus rumah tangga, mengurus anak.
Akhirnya, setelah berfikir matang ia mencoba peruntuan dengan berjualan basreng. "Awalnya itu memang nggak online, hanya ke tetangga sekitar, ke teman-teman dekat, maklum juga masih agak trauma merugi. Apalagi kan status saya ibu rumah tangga," ucapnya.
Sebagai pebisnis tentu saja ada kendala yang dihadapi dalam menjalankan unit bisnis, hal itu juga dialami wanita kelahiran Subang itu. Masalah yang ia hadapi yakni sulitnya menjual basreng. Bagi masyarakat Batam, olahan bakso ikan itu kurang familiar di Kota Teh Obeng—julukan Batam. Sehingga awal-awal memulai usaha, ia kerap merugi. Bukan saja merugi, bahkan suami menyuruh untuk berhenti saja dan fokus membesarkan anak.
ADVERTISEMENT
Basreng bagi masyarakat Batam memang masih kurang familiar. Untuk itu, Susiyani berusaha agar bagaimana bisa memperkenalkan basreng bagi masyarakat Batam. "Saya dulu kalau ketemu kawan-kawan suka heran mereka apa itu basreng. Itu tantangannya memang. Paling-paling yang tau mereka yang berasal dari Sunda aja, selebihnya ya kami Kenalkan," jelasnya.
Setelah dirasa memasarkan basreng dengan cara konvensional kurang memuaskan, ia lalu mencoba berjualan dengan sistem online. Menurutnya, dengan berjualan online konsumen yang dijangkau bisa jauh. Menurutnya, menjajakan dagangan di online memang benar-benar harus telaten dan rajin. Jangan sampai malu menawarkan barang di online.
"Kalau saya khususnya di Facebook hampir semua grup saya pajang basreng di situ. Masa bodoh dibilang nyampe, yang penting barang yang kita jual laku."
ADVERTISEMENT
Menurutnya, para pebisnis saat ini memang seharusnya melirik bisnis secara online. Selain mudah, sebaran konsumen juga bisa jauh. Hanya memang ia lagi-lagi mengingatkan untuk tetap fokus dan tak gampang menyerah.
"Setelah saya coba masuk di online, alhamdulilah perkembangan bisnis saya meningkat tajam. Kuncinya bagaimana kita fokus dan ulet saja. Tak gampang menyerah," ujarnya.
Setelah bisnisnya kian menanjak, ia kadang kelabakan dengan banyaknya permintaan konsumen. Bahkan sampai stok basreng ludes. Kalau sudah demikian, mau tak mau ia harus menunggu sampai kiriman dari kampung halamannya tiba. Maklum saja harus menunggu jasa pengiriman yang kadang kala tidak tepat waktu.
Belakangan untuk jasa pengiriman barang, ia mempercayakan kepada JNE. Jasa pengiriman yang sudah berdiri JNE32TAHUN ini terbilang cukup memuaskan. "Dulu saya kadang gonta-ganti, tapi sejak pakai JNE, alhamdulilah sangat memuaskan. Barang juga tak pernah telat. Bahkan saya bisa memonitor barang sudah berada di mana hanya dengan pakai HP."
ADVERTISEMENT
*
Setelah masa sulit berhasil dilewati, wanita yang dulu pernah bekerja sebagai TKW ini berharap kedepannya ada banyak pengusaha yang muncul, utamanya pebisnis online. Ia juga kini tengah mengajak kaum ibu-ibu untuk tidak diam saja di rumah menunggu suami pulang. Banyak hal yang bisa diperbuat salah satunya dengan memanfaatkan HP.
"Beberapa tetangga dekat saya, saya jadikan semacam reseller. Mereka jualan meski nggak punya barang," ucapnya sambil terkekeh. "Nanti berapa yang terjual, tinggal dihitung berapa persennya. Yang penting kita sama-sama enak. Ketimbang nggak ngapa-ngapain, kan mending jualan. Posting sana, posting di mana-mana. Kalau laku kan jelas ada dapat persen," imbuhnya.
"Saya sering bilang ke tetangga, untuk tetap bisa produktif mesti kita di rumah. Asal ada kemauan pasti ada jalan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT