Sekira tiga atau empat tahun lalu, saya kabur dari kelas dan pelesiran ke kosan teman. Teman itu—ia punya nafsu begitu besar untuk mengubah dunia—menatap layar gawainya lamat-lamat.
Ia menonton sebuah siniar. Obrolannya tak kalah megah, tentang politik dan negara. Ada dua orang yang mengobrol di siniar itu: Deddy Corbuzier dan Rocky Gerung. Belakangan, saya tahu bahwa siniar itu bernama Close the Door.
Sesekali saya mencuri dengar obrolan siniar itu, kemudian menganggapnya sekadar angin lalu. Itu tahun 2019, tahun politik. Lagipula, Rocky Gerung memang sering mondar-mandir buat diwawancarai di siniar yang makin bejibun jumlahnya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814