Manusia Jakarta adalah manusia yang terdesak. Urbanisasi dan pembangunan menguasai ruang secara agresif, mengabaikan hak-hak asasi warga, baik yang bermukim di kawasan urban maupun rural, atas kota ini. Namun, sebagaimana tercermin dari pengalaman pribadi yang akan saya ceritakan, saya yakin kita dapat merebut kembali hak tersebut.
Dalam esai “The Right to the City” (2008), David Harvey menyatakan kekhawatirannya bahwa penataan kota-kota di dunia semakin banyak jatuh ke tangan-tangan swasta dan quasi-swasta. New York, misalnya, dibentuk sesuka hati miliarder Michael Bloomberg, perusahaan-perusahaan pengembang, dan para pemodal di lingkar elite Wall Street, bukan oleh warga.
Kota tersebut dipromosikan sebagai situs optimal bagi bisnis-bisnis raksasa sekaligus tujuan fantastik untuk wisatawan. Cara ini, kata Harvey, menjadikan Manhattan sebagai wilayah eksklusif orang-orang kaya. Tiada tempat bagi warga kota yang papa dan tak punya tempat bernaung.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814