Memahami Tantrum pada Anak di Film Layangan Putus

Uswah SahaL
Student of Literary and Cultural Studies Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
26 Desember 2021 11:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uswah SahaL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika kalian penggemar serial drama layangan putus berarti kalian tidak asing dengan sosok Brandon yang diperankan oleh Rayhan Cornelis. Brandon dalam drama film ini diceritakan sebagai anak yang mengalami tantrum akibat masalah orang tuanya. Sosok Miranda Ibu Brandon yang diperankan oleh Frederika Cull diceritakan berpisah dengan Eros suaminya.
ADVERTISEMENT
Brandon diceritakan mengalami tantrum atau kebiasaan meluapkan emosi dengan cara menangis kencang, menjerit, berteriak-teriak, memukul, menendang, berlari menjauh, berguling-guling di lantai hingga melempar barang. Kondisi tantrum yang dialami Brandon diceritakan tidak lepas dari kondisi lingkungan keluarga akibat orang tuanya berpisah.
Beberapa tantrum yang dialami Brandon digambarkan jelas pada episode 4B dan 6A saat di sekolah. Beberapa kali dia histeris dan marah hingga mendorong temannya sampai terjatuh. Saya pernah membaca sebuah penelitian yang dilansir The Guardian yang mengungkapkan bahwa kondisi mental anak ternyata juga ditentukan oleh usia. Sejalan dengan film tersebut perceraian orang tua ternyata berdampak lebih besar pada anak yang berusia setidaknya 6-7 tahun ketika hal itu terjadi.
Brandon digambarkan anak yang berada di rentang usia 6-7 tahun hingga saat orang tuanya berpisah, ia berisiko lebih tinggi mengembangkan masalah emosional seperti kecemasan dan depresi yang berisiko lebih tinggi dan berdampak pada gangguan perilaku. Dampak perceraian benar-benar bisa dirasakan pada rentang usia ini, karena pada usia ini anak sudah mengenal pola hubungan manusia. Brandon mengerti jika perceraian bisa mengakibatkan mereka kehilangan orang tuanya. Tentunya hal tersebut mempengaruhi jiwanya, mulai dari kedekatan orang tuanya berkurang, kasih sayang berkurang, intensitas bertemu juga berkurang, sehingga berpengaruh pada psikologinya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, melansir penelitian dari laman Verywell Family juga mengungkapkan bahwa anak-anak mengalami kesulitan paling berat dalam satu atau dua tahun pertama setelah perceraian orang tuanya. Anak cenderung tertekan, mudah marah, cemas berlebihan hingga tidak memiliki kepercayaan diri. Selain itu, perceraian juga berdampak pada risiko kesehatan mental dan peningkatan masalah psikologis. Banyak anak yang pulih setelah mengalami tantrum dan trauma yang mendalam, namun juga tidak sedikit dari mereka yang benar-benar tidak bisa pulih kembali karena dampak perceraian pada anak memiliki efek yang berbeda.
Lantas apakah penyebab tantrum pada anak di film layangan putus hanya terjadi karena faktor perceraian saja? Tentunya tidak.
Tantrum pada anak bisa juga terjadi ketika anak memiliki keluarga yang utuh namun anak tidak mampu mengungkapkan keinginannya kepada orang tua sehingga ia frustrasi. Kondisi anak yang kurang mendapatkan perhatian, anak yang terlalu dimanja, tahap perkembangan anak yang belum matang hingga kondisi anak ketika lapar atau terlalu lelah bisa mengakibatkan tantrum.
ADVERTISEMENT
Lantas apa yang perlu dilakukan orang tua untuk mengurangi terjadinya tantrum pada anak?
Sebagai orang tua kita bisa melakukan banyak hal seperti memberikan penghargaan kepada anak saat ia bersikap positif misal dengan memberikannya apresiasi atau pujian, lebih sering mengajaknya berdiskusi, libatkan anak dan berikan ia pilihan agar anak merasa dilibatkan, hindari memberikan ancaman atau hukuman yang berat pada anak, hindari kata-kata negatif seperti mengatakan anak bodoh atau nakal. Terakhir ketika anak mengalami tantrum jauhkan anak dari benda berbahaya, hal ini sebagai bentuk antisipasi kejadian yang tidak diinginkan.
Untuk mengatasi tantrum mengasuh dengan pola otoritatif lebih cocok untuk diterapkan. Orang tua jangan sampai mencubit atau memukul, hal ini justru dapat membuat anak suka memukul untuk menyampaikan keinginannya. Sebagai gantinya orang tua bisa memeluk atau mencium, hal tersebut lebih mungkin untuk menenangkan emosinya. Selain menenangkan pelukan dan ciuman juga bisa menjadi cara untuk menunjukkan dan meyakinkan perasaannya bahwa orang tua sebenarnya peduli dan anak akan merasa dicintai.
ADVERTISEMENT
Setidaknya tidak hanya tentang intrik perselingkuhan dan pengkhianatan di film layangan putus. Ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita ambil sebagai orang tua tentang memahami anak dan bagaimana sebagai orang tua terus menjalin komunikasi yang positif dengan anak, terus mendukung perkembangan emosi anak, menumbuhkan dan menanamkan sikap disiplin serta sikap positif hingga berdampak sampai ia dewasa.
Ilustrasi anak tantrum-(Freepik)