Ada Apa dengan Dwi Hartanto?

9 Oktober 2017 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ada Apa dengan Dwi Hartanto? (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ada Apa dengan Dwi Hartanto? (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Selama dua hari terakhir barangkali anda terheran-heran dan bertanya-tanya mengapa banyak sekali berita soal Dwi Hartanto. Memangnya dia siapa? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?
ADVERTISEMENT
Atau, lebih tepatnya, apa yang sebenarnya telah dia lakukan?
Dwi Hartanto yang biasa disapa Dwi sebelumnya pernah berbalas surel dengan kumparan sejak Agustus 2017. Saat itu kumparan mencoba mewawancarainya cerita kehidupan dan segala pencapaiannya secara panjang.
Pada akhir Agustus, Dwi mengabarkan, “Saya minta tolong di-hold dulu ya perihal berita saya, sebab dalam wawancara tersebut saya banyak sekali memberikan informasi mengenai beberapa project dan produk defense and military weaponry yang sangat sensitif. Project-project tersebut rencananya dirilis September oleh tim gabungan kami dari Airbus Defence and Space, ESA, dan Kementerian Pertahanan Belanda. Saya akan kasih tahu langsung begitu tanggal official release-nya sudah di-set dan definite."
Namun hingga bulan September berakhir, Dwi tidak juga memberikan kabar.
ADVERTISEMENT
Pada awal Oktober ini, Dwi kemudian memberikan kabar yang di luar dugaan. “Berhubung saya sedang mendapat musibah dan cobaan, saya minta tolong dengan sangat untuk meng-cancel saja semua artikel tentang saya. Mohon maaf yang sebesar-besarnya," tulisnya dalam surel.
Berselang beberapa hari kemudian, kumparan menerima Surat Klarifikasi dan Permohonan Maaf dari Dwi Hartanto. Surat sepanjang lima halaman itu tertempel materai dan ditandatangani langsung oleh Dwi Hartanto, pria asal Yogyakarta berusia 35 tahun.
Sebenarnya apa yang terjadi atau dilakukan oleh Dwi? Melalui infografis di bawah ini, kumparan merangkum lini masa kronologi skandal Dwi sejak permulaan namanya dikenal hingga ia membuat surat klarifikasi yang mengejutkan tersebut.
Ada Apa dengan Dwi Hartanto? (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ada Apa dengan Dwi Hartanto? (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Bagiamana nasib Dwi saat ini? Pada bagian akhir surat klarifikasi tersebut, Dwi menuliskan:
ADVERTISEMENT
Dimulai pada tanggal 25 September 2017, pihak TU Deflt melakukan serangkaian sidang kode etik terhadap saya, berkaitan dengan informasi-informasi yang telah sampai ke mereka... Hingga klarifikasi ini saya sampaikan, TU Delft masih berada dalam proses pengambilan sikap/keputusan.
Sebagai penutup, sekali lagi saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah dirugikan atas tersebarnya informasi-informasi tidak benar terkait pribadi, kompetensi, dan prestasi saya.
Saya mengakui dengan jujur kesalahan/kekhilafan dan ketidakdewasaan saya, yang berakibat pada terjadinya framing, distorsi informasi atau manipulasi fakta yang sesungguhnya secara luas melebih-lebihkan kompetensi dan prestasi saya. Saya sangat berharap bisa berkenan untuk dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Untuk itu saya berjanji:
1. Tidak akan mengulangi kesalahan/perbuatan tidak terpuji ini lagi,
ADVERTISEMENT
2. Akan tetap berkarya dan berkiprah dalam bidang kompetensi saya yang sesungguhnya dalam sistem komputasi dengan integritas tinggi,
3. Akan menolak untuk memenuhi pemberitaan dan undangan berbicara resmi yang di luar kompetensi saya sendiri, utamanya apabila saya dianggap seorang ahli satellite technology and rocket development, dan otak di balik pesawat tempur generasi keenam.
Klarifikasi ini saya sampaikan dan tanda tangani atas kesadaran sepenuhnya dari diri saya tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Saya juga ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat alumni dan mahasiswa TU Delft yang telah mengutamakan pendekatan persuasif dalam menyelesaikan permasalahan ini, dan telah berperan aktif membantu memfasilitasi saya dalam melakukan klarifikasi.
Perbuatan tidak terpuji/kekhilafan saya seperti yang tertulis di dokumen ini adalah murni perbuatan saya secara individu yang tidak menggambarkan perilaku pelajar maupun alumni Indonesia di TU Delft secara umum.
ADVERTISEMENT