Analisis: Kandidat Terkuat Juara Liga 1 2018

Konten dari Pengguna
7 Mei 2018 23:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Utomo Priyambodo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melihat dari komposisi pemain, ada tujuh tim yang layak diunggulkan untuk jadi juara.
ADVERTISEMENT
1. Persija
2. Persib
3. PSM
4. Madura United
5. Persipura
6. Sriwijaya FC
7. Bali United
Ketujuh tim di atas punya komposisi pemain yang bagus, baik di lini pertahanan, tengah, maupun penyerangan. Bisa dibilang mereka adalah klub-klub yang bertabur bintang.
Tapi klub yang baik haruslah memiliki pelatih yang juga bagus karena yang mengatur susunan dan strategi tim adalah pelatih.
Pelatih yang bisa diandalkan tentunya adalah pelatih yang jago taktik dan strategi, punya jam terbang tinggi, bermental juara, dan adalah nilai plus jika ia berpengalaman dalam membawa tim menjadi juara. Maka dari sini kita terpaksa harus mencoret Bali United.
Widodo Cahyono Putro memang merupakan pemain yang hebat dan bermental juara di eranya. Namun untuk jadi pelatih yang mumpuni, ia masih butuh jam terbang lebih tinggi lagi, beberapa tahun lagi misalnya dalam melatih Bali United.
ADVERTISEMENT
Saat ini Widodo belum bisa disebut pelatih bermental juara yang ahli taktik dan strategi. Ia sering kali terlihat kebingungan ketika timnya berada di bawah tekanan maupun menemui kebuntuan.
Jadi kini pilihannya mengacu hanya pada enam tim.
1. Persija
2. Persib
3. PSM
4. Madura United
5. Persipura
6. Sriwijaya FC
Berkaca pada Liga 1 tahun lalu, tim yang juara adalah tim yang mampu memaksimalkan kesempatannya dalam merekrut pemain asing. Ada kuota empat pemain asing yang semestinya bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masing-masing tim.
Jika melihat kondisi keenam tim di atas, masih ada tim yang rupanya tidak memanfaatkan betul kesempatan tersebut, yakni Persipura.
Padahal, Liga 1 adalah bentuk kompetisi yang panjang dan menguji daya tahan sehingga butuh banyak pilihan pemain untuk rotasi agar tim bisa konsisten tampil dengan baik.
ADVERTISEMENT
Jika tak ada perubahan berupa penambahan maupun pergantian pemain asing, maka Persipura sepertinya tak akan cukup kuat untuk menjadi juara di akhir kompetisi. Maka kali ini tinggal lima tim yang tersisa.
1. Persija
2. Persib
3. PSM
4. Madura United
5. Sriwijaya FC
Sebuah tim akan lebih berkesempatan untuk juara jika ia memiliki lini tengah yang begitu kuat. Melihat karakter permainan di liga Indonesia dari masa ke masa, sebuah tim yang kokoh perlu sedikitnya tiga pemain tengah yang tangguh.
Dari lima tim di atas, hanya Persib yang tidak memakai skema dengan tiga pemain tengah yang tangguh. Setidaknya jika dilihat dari skema permainan mereka hingga saat ini, mereka hanya mengandalkan Dedi Kusnandar dan Oh In-Kyun. Sisanya, mereka menggunakan dua pemain sayap dan dua striker dengan empat bek.
ADVERTISEMENT
Jika skema mereka terus demikian, maka kini pilihannya tinggal empat tim berikut.
1. Persija
2. PSM
3. Madura United
4. Sriwijaya FC
Sebuah tim butuh pemain yang bagus di tiap posisinya, termasuk di posisi penjaga gawang. Keempat tim di atas sebenarnya memiliki kiper dengan nama besar di sepak bola Indonesia.
Namun begitu, ada satu tim dari empat tim tersebut yang saat ini punya kiper yang kurang meyakinkan, yakni PSM.
Performa dan kemampuan penjaga gawang utama PSM, Rivky Mokodompit (29), tampak berada di bawah kiper-kiper utama dari tiga tim lainnya yang berusia lebih muda. Di Persija ada Andritany Ardhiyasa (26), di Sriwijaya FC ada Teja Paku Alam (23), dan di Madura United ada Satria Tama (21).
ADVERTISEMENT
Maka dari sini kemudian, tersisalah tiga tim.
1. Persija
2. Madura United
3. Sriwijaya FC
Ketiga tim ini memiliki kedalaman skuad yang benar-benar mumpuni. Tiga tim ini sama-sama bertabur pemain bintang. Tiga nama kiper di atas adalah salah satu contohnya.
Tak hanya di posisi penjaga gawang, ketiga tim ini juga punya pemain-pemain berkualitas di lini pertahanan, tengah, juga penyerangan.
Akan tetapi, ada satu tim dari tiga tim tersebut yang memiliki striker yang masih patut dipertanyakan ketajamannya. Yakni penyerang utama Madura United, Alberto Antonio de Paula.
Sebagaimana tugas kiper adalah menangkap dan menepis bola agar tak terjadi gol, maka sudah menjadi keharusan bahwa tugas striker adalah mencetak gol dengan menendang dan menyundul bola ke gawang atau bagaimanapun caranya. Tapi sayangnya, striker Madura United itu tak menjalankan tugasnya dengan baik.
ADVERTISEMENT
Ia seolah berperan hanya sebagai pemantul bola, bukan pencetak gol. Padahal tugas striker adalah menciptakan gol.
Maka jika keadaan lini depan Madura United terus begini, pantaslah kiranya tim ini dicoret dari daftar kandidat juara yang tersisa. Jadi kini tinggal dua tim yang tersisa.
1. Persija
2. Sriwijaya FC
Dua tim di atas punya kekuatan yang merata di semua lini. Keduanya punya striker yang sama-sama sudah unjuk gigi menjadi top skorer di turnamen pra-musim 2018.
Di Persija, Marko Simic sukses jadi top skorer Piala Presiden 2018. Di Sriwijaya FC, Alberto Beto Goncalves sukses jadi pencetak gol terbanyak Piala Gubernur Kaltim 2018.
Di sektor sayap Sriwijaya FC punya Esteban Vizcarra dan Manuchekhr Dzhalilov. Sementara Persija punya Riko Simanjuntak dan Novri Setiawan. Keempatnya adalah pemain yang sama-sama andal menciptakan peluang.
ADVERTISEMENT
Tiga di tengah, Sriwijaya FC punya Yoo Hyun-Goo, Zulfiandi, dan Makan Konate, sedangkan Persija punya Sandi Sute, Rohit Chand, dan Rizki Ramdani Lestaluhu. Keenam pemain ini sama-sama andal dalam mengolah dan mempertahankan bola.
Di lini pertahanan, Persija punya Jaimerson da Silva dan Maman Abdurahman. Adapun di Sriwijaya FC ada Hamka Hamzah dan Mohamadou N'Diaye. Selain karena adanya Andritany dan Teja di posisi kiper, dua pasang bek tengah itu adalah alasan kenapa Persija dan Sriwijaya FC akan masuk ke dalam daftar tim yang paling banyak melakukan cleansheet alias tidak kebobolan dalam tiap pertandingan di sepanjang musim 2018 ini.
Lalu pertanyaannya, mana yang lebih diunggulkan untuk jadi kampiun Liga 1 2018?
ADVERTISEMENT
Selain menganalisis dari faktor teknis seperti kemampuan pemain dan pelatih dari masing-masing klub, yang harus juga selalu diperhatikan dan disimak dari liga Indonesia adalah faktor non-teknis.
Banyak orang tentu masih tak bisa menerima sepenuhnya ketika Bhayangkara FC ditetapkan menjadi juara Liga 1 2017 setelah klub itu mendapatkan dua poin tambahan di akhir kompetisi dari Komdis PSSI. Padahal jika Bhayangkara FC tak mendapat dua poin tambahan tersebut, seharusnya Bali United lah yang menjadi jawaranya.
Di musim lalu banyak sekali keputusan wasit dan perangkat pertandingan yang kontroversial. Di awal musim yang sedang berjalan Liga 1 kali ini pun masih kerap ditemukan hal-hal keliru, mulai dari keputusan wasit memberikan atau tidak memberikan penalti, menentukan off side atau tidak, dan lain-lain
ADVERTISEMENT
Selain itu, jadwal pertandingan pun masih kerap berganti-ganti dan digeser seolah menguntungkan tim-tim tertentu.
Jadi, berdasarkan hasil analisis terakhir dari sisi nonteknis ini, maka yang akan jadi juara Liga 1 2018 ini seharusnya adalah Persija.
Kenapa? Bagi yang belum tahu, pemilik saham terbesar Persija saat ini adalah Joko Driyono yang tidak lain adalah PLT Ketua Umum PSSI sekarang.
Entah Jokdri mendapatkan uang dari mana untuk membeli saham mayoritas klub ibu kota itu, tapi yang jelas nama pejabat PSSI tersebut tercatat dalam dokumen yang sah sebagai pemegang saham terbesar klub Macan Kemayoran.
Jadi jangan heran misalkan di awal musim ini sudah banyak saja keputusan dari PSSI dan tim penyelenggara liga yang menguntungkan Persija, misalnya saja dari sisi perubahan jadwal pertandingan.
ADVERTISEMENT
Jika di musim lalu banyak keputusan yang menguntungkan Bhayangkara FC, di musim ini, jika bukan Bhayangkara FC lagi, maka kemungkinan besar Persija lah yang berpotensi tinggi untuk mendapatkan banyak keuntungan yang serupa.
Bila sudah begini, tidakkah Anda malas menyaksikan liga yang sejak awal sudah ketahuan pemenangnya?
Anda-Anda yang masih terus mengikuti setiap pertandingan di Liga 1 2018 barangkali hanyalah orang-orang yang sudah jadi terlalu fanatik dengan sepak bola nasional atau mungkin hanya terpaksa karena punya kepentingan tertentu sehingga perlu menyimaknya, misalnya saja karena sedang ikut taruhan bola atau sekadar sedang memainkan game Liga Fantasi Labbola.
Game memang bisa bikin candu, seperti halnya sepak bola.