Grab Bungkam Soal Isu Akuisisi Bisnis Uber di Asia Tenggara

24 Februari 2018 10:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan transportasi online, Grab. (Foto: Grab)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan transportasi online, Grab. (Foto: Grab)
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu kemarin ramai beredar kabar yang mengatakan Uber menjajaki rencana untuk menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab, sebuah perusahaan penyedia jaringan transportasi online terbesar di kawasan ini.
ADVERTISEMENT
Rumor itu mencuat setelah Uber bersiap melakukan penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) dan salah satu langkah yang disiapkan adalah menjual unit bisnisnya di Asia Tenggara, guna menyehatkan struktur keuangan. Uber sendiri menginginkan sejumlah saham di perusahaan pengelola aplikasi transportasi, Grab.
CNBC melansir informasi tersebut, mengutip dua sumber yang enggan diungkap identitasnya. Sejauh ini kesepakatan soal penjualan tersebut belum tercapai dan masih dalam proses pembicaraan.
Grab sejauh ini enggan berkomentar dan menilai hal itu adalah spekulasi belaka.
"Itu hanya spekulasi. Kami tidak menanggapi spekulasi seputar hal itu," katanya Medio Azwar, Marketing Director Grab Indonesia, saat ditemui di acara peresmian GrabRewards Festival Poin di Jakarta, Jumat (23/2).
Jika dibanding dengan Uber, Grab yang berbasis di Singapura telah menyediakan layanan transportasi online berupa mobil pribadi, sepeda motor, taksi, dan carpooling di lebih dari 100 kota di Asia Tenggara. Grab mengklaim telah menguasai 95 persen pangsa pasar di kawasan ini.
ADVERTISEMENT
Grab juga menyediakan layanan kurir instan dan pembelian makanan di sejumlah kota, sementara Uber tidak melakukan ekspansi yang cukup serius untuk layanan ini di Asia Tenggara.
Logo Uber. (Foto: Astrid Rahadiani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Uber. (Foto: Astrid Rahadiani/kumparan)
Uber dan Didi di China
Pola penjualan unit bisnis yang ditukar dengan saham, sebelumnya dilakukan Uber dengan Didi Chuxing di China. Uber melepas unit bisnisnya di Negeri Tirai Bambu ke Didi, dengan imbalan 20 persen saham di Didi.
Hal serupa juga dilakukan di Rusia, Uber bermitra dengan Yandex yang kini 37 persen sahamnya dimiliki Uber.
Pada konferensi Technology dan Internet di San Francisco yang digelar Goldman Sachs beberapa waktu lalu, CEO Uber Dara Khosrowshahi, mengungkapkan beratnya mengelola bisnis melawan para pemain lokal di sejumlah pasar.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat perusahaan harus mengambil langkah strategis memanfaatkan peluang serta mengambil untung dari pasar yang dinilai strategis. Bukan tidak mungkin Uber juga melakukan hal serupa di kawasan Asia Tenggara yang dikuasai Grab, termasuk pasar Indonesia yang kini dikuasai pemain lokal, Go-Jek.
Uber sejauh ini belum meraup laba dari bisnis yang telah berada di berbagai belahan dunia. Kerugian Uber melonjak 61 persen sepanjang 2017 menjadi 4,5 miliar dolar AS. Meski demikian, kerugian di kuartal IV 2017 menurun dibandingkan periode sama setahun lalu.