Istri Bill Gates Kunjungi Yogyakarta, Belajar Bakteri hingga Nyamuk

23 Maret 2017 7:12 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kegiatan Melinda Gates di Yogyakarta. (Foto: Melinda Gates/Facebook)
Filantropis Melinda Gates sedang berada di Indonesia, tepatnya di Yogyakarta. Pada Rabu (22/3), istri miliarder Bill Gates itu dengan bangga mengumumkan ke publik melalui akun Facebook-nya bahwa ia sedang melakukan rangkaian perjalanan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam akun Facebook-nya, Melinda Gates mengunggah beberapa foto aktivitasnya di Yogyakarta. Wanita dermawan yang juga istri orang terkaya di dunia itu mengatakan, “Saat ini aku sedang dalam kunjungan belajar di Indonesia. Hari pertama cukup luar biasa --penuh dengan pemandangan yang menakjubkan, percakapan yang mengasyikkan, dan pertemuan yang mendebarkan yang membuat aku optimis akan masa depan Indonesia."
Melinda Gates mengunjungi Yogyakarta. (Foto: Melinda Gates/Facebook)
Terkait keberadaanya di Kota Pelajar itu, Melinda Gates menuturkan, “Aku sangat antusias untuk mengunjungi Laboratorium Eliminate Dengue, tempat para peneliti menginfeksi nyamuk dengan bakteri yang disebut Wolbachia. Bakteri itu mencegah virus bereplikasi di dalam tubuh nyamuk, yang memastikan nyamuk itu tak dapat menularkan virus mematikan ke tubuh manusia.”
Melinda menambahkan, “Teknologi ini akan menyelamatkan banyak kehidupan. Ini dapat diaplikasikan ke (kasus penyakit) Zika. Dan ini adalah sebagai bukti kemajuan mencengangkan yang kami buat dalam perang global melawan penyakit.”
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungannya ke Kota Gudeg itu, Melinda Gates ditemani oleh Sue Desmond-Hellmann, seorang ilmuwan yang kini menjabat sebagai CEO dari sebuah yayasan bernama Bill & Melinda Gates Foundation.
Dalam akun Instagram-nya, Sue Desmond-Hellmann juga mengunggah beberapa foto kegiatannya di Yogyakarta. Beberapa foto yang ia unggah pada Rabu (22/3) menunjukkan kebersamaannya dengan Melinda Gates.
Salah satu foto yang diunggah ilmuwan perempuan foto selfie-nya bersama sang bos dengan caption “Selfie dari Yogyakarta, Indonesia bersama bosku, @melindafrenchgates. Aku selalu berharap mendapatakan pengalaman bekerja bersama dan belajar berdampingan satu sama lain!”
Sebelumnya, sebagaimana dikutip dari Reuters, sejumlah peneliti tengah melakukan sebuah proyek ilmiah di Yogyakarta. Proyek ilmiah itu bernama Eliminate Dengue Program (EDP), yang sebagian biayanya didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation, salah satu yayasan sosial terbesar di dunia yang didirikan oleh Bill Gates dan istrinya.
ADVERTISEMENT
Proyek EDP berupaya untuk menemukan terobosan cara memberantas penyakit-penyakit yang dibawa oleh virus yang hinggap di dalam tubuh nyamuk. Upaya pemberantasan ini dilakukan dengan menggunakan bakteri wolbachia. Penelitian di Yogyakarta itu bertujuan khusus untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang marak terjadi di Indonesia.
Jika metode penggunaan wolbachia ini terbukti ampuh dalam memberantas DBD, cara yang sama diharapkan dapat digunakan untuk memberantas Zika. Zika adalah virus penyakit mematikan seperti virus DBD, yang juga dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang banyak ditemui di daerah tropis.
Pada tahun-tahun terakhir, wabah penyakit Zika marak menjangkiti penduduk di berbagai belahan dunia, terutama di Brazil. Pada 2016 lalu, di negeri Samba itu ada puluhan ribu orang dilaporkan terinfeksi virus Zika dan ada ribuan bayi yang lahir dengan kondisi kepala tak proporsional yang diduga disebabkan oleh virus Zika.
Bayi mikrosefalus yang diduga akibat virus Zika. (Foto: Reuters)
Menananggapi wabah penyakit tersebut, pada 1 Februari 2016 lalu WHO menyatakan kondisi darurat kesehatan. WHO menyebut adanya dugaan kuat hubungan antara infeksi Zika dengan kejadian mikrosefalus kongenital.
ADVERTISEMENT
Infeksi virus Zika pada ibu yang sedang hamil diduga kuat mengakibatkan kejadian mikrosefalus pada bayinya yang lahir. Mikrosefalus adalah kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala rata-rata berdasarkan umur dan jenis kelamin.
Meski belum ada bukti ilmiah infeksi virus Zika mengakibatkan kecacatan pada bayi, namun dugaan ke arah itu semakin kuat dan menjadi perhatian serius dunia. Pada 2016 lalu, kondisi mikrosefalus pada bayi yang diduga disebabkan infeksi virus Zika juga dilaporkan terjadi di Thailand, negara yang notabene berada di Asia Tenggara seperti Indonesia.
Sayangnya, sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah virus yang telah menginfeksi lebih dari jutaan orang di dunia sejak 2015 lalu itu.
Mikrosefalus pada bayi di Brazil. (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT