Mencari Kerang di Lautan Limbah

23 Agustus 2017 9:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Begeng (40) masih ingat betul kondisi Teluk Jakarta pada tahun 1980-an. Saat itu ia masih kanak-kanak--yang hidup pada masa amat jauh berbeda dengan kini.
ADVERTISEMENT
Saat itu ikan segar masih mudah ditangkap, kerang hijau gampang didapat, dan lumut di tepi laut masih berwarna hijau. Tak seperti sekarang.
Sekarang? “Tuh, airnya begitu,” kata Begeng menunjuk air dan lumut hitam yang menempel di pinggir rumah panggungnya.
Begeng telah melaut sejak kecil. Ia mengikuti jejak ayahnya, Tardi (60), yang seorang nelayan.
Tardi pun begitu, sejak kanak-kanak telah menjadi nelayan di Teluk Jakarta mengikuti jejak ayahnya--kakek Begeng.
Ini profesi yang dilakoni turun-temurun oleh keluarga Begeng.
Kerang hijau dari Teluk Jakarta. (Foto: Utomo Priyambodo/kumparan)
Agustus ini seharusnya Tardi panen kerang hijau. Ia telah memasang dua tambak kerang hijau di perairan Teluk Jakarta pada Februari lalu, agar bisa memanen hasilnya bulan ini.
Namun rencana panen itu gagal total. Buruknya kondisi perairan Teluk Jakarta yang tercemar limbah membuat modal jutaan rupiah yang ia pakai untuk memasang tambak kerang hijau, menguap begitu saja.
ADVERTISEMENT
Kini Tardi mencari pendapatan sehari-hari hanya dengan menangkap ikan di Teluk Jakarta menggunakan jaring. Ia tak memiliki modal untuk membeli bambu guna memasang tambak kerang hijau yang baru.
“Bapak punya dua biji (tambak kerang hijau), kena limbah, habis udah,” tutur Begeng menceritakan nasib sial Tardi, sang ayah.
Tardi di depan tambak kerang hijau. (Foto: Utomo Priyambodo/kumparan)
Mencari kerang, pun ikan, di Teluk Jakarta semakin sulit bagi Tardi dan Begeng. Penyebabnya, menurut mereka, limbah yang mencemari perairan Teluk Jakarta.
“Lihat tuh ikannya, pada mati,” kata Tardi sambil menunjuk ke sejumlah ikan yang mati mengambang di tengah laut.
“Walau bagaimana, Teluk Jakarta ini udah nggak bagus airnya, ya karena limbah itu tadi,” ujar Begeng.
Dengan nada getir bercampur marah, Begeng berucap, “Walaupun dimodalin Rp 1 miliar per orang, tapi kalau lautan kita udah tercemar limbah, cari ikan di mana?”
ADVERTISEMENT
Percakapan dengan dua nelayan di Teluk Jakarta itu memunculkan deretan pertanyaan di kepala: apa yang sebenarnya telah terjadi pada Teluk Jakarta? Seberapa tercemar perairan di sana? Apakah benar mengonsumsi hasil laut dari Teluk Jakarta berbahaya? Kalau iya, adakah cara menanggulanginya?
Simak jawabannya di Liputan Khusus kumparan, Kamis 24 Agustus 2017.
Mencari Kerang Laut di Lautan Limbah (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Videografer: Cornelius Bintang, Ridho Robby