Meski Laku di Pasaran, Buku Tere Liye Tidak Akan Cetak Ulang

6 September 2017 16:52 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toko buku Gramedia. (Foto: Instagram @gramediabooks)
zoom-in-whitePerbesar
Toko buku Gramedia. (Foto: Instagram @gramediabooks)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pihak Hubungan Masyarakat (Humas) Gramedia Pustaka Utama (GPU), Dionisius Wisnu, mengatakan sebenarnya buku-buku Tere Liye masih laku di pasaran. Akan tetapi pihak GPU menghargai keputusan Tere Liye sehingga GPU tidak akan mencetak ulang buku-buku Tere Liye sesuai permintaan sang penulis.
ADVERTISEMENT
Sebab, bagaimanapun, keputusan untuk mencetak ulang suatu buku harus berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, yakni penerbit dan penulis yang bersangkutan.
"Itu biasanya dilihat dari penerbit. Ketika penerbit melihat serapan bukunya di pasar bagus, kemudian permintaaannya banyak, kemudian biasanya akan ada keputusan cetak ulang, tapi ya itu dengan izin penulis," jelas Wisnu kepada kumparan (kumparan.com), Rabu (6/9).
Mengenai pajak yang dikenakan kepada penulis seperti dikeluhkan oleh Tere Liye, pajak itu memang diambil dari royalti sang penulis.
Wisnu menjelaskan untuk setiap buku yang terjual, penulis akan mendapat royalti dari penjualannya. "Royalti ini dilaporkan oleh penerbit kepada penulis secara periodik setiap 6 bulan sekali," katanya.
Adapun pajak royalti, ujar Wahyu, dipotong secara langsung melalui penerbit. "Bukti potongnya (kemudian) dikirim ke penulis untuk laporan pajaknya," terang Wisnu.
ADVERTISEMENT
Wisnu menjelaskan, ketika penulis menerima royalti, otomatis memang ada skema pajak pribadi yang harus dibayarkan penulis kepada pemerintah yang dalam hal ini adalah Ditjen Pajak.
Penerbit melakukan pemotongan pajak dari royalti penulis berdasarkan peraturan pajak, dalam hal ini berdasarkan PPh pasal 23, yang diberlakukan pemerintah.
Darwis 'Tere Liye' (Foto: ub.ac.id/Fb/Tere Liye)
zoom-in-whitePerbesar
Darwis 'Tere Liye' (Foto: ub.ac.id/Fb/Tere Liye)
Sebelumnya, pada kemarin (5/9) malam, Tere Liye melalui lama Facebook-nya mengeluhkan keluhan soal besar pajak royalti 15 persen yang dikenakan kepada penulis. Bagi Tere, itu adalah bentuk ketidakadilan pajak terhadap profesi penulis. Ia pun memutuskan untuk berhenti menerbitkan bukunnya di penerbit-penerbit yang selama ini menerbitkan buku-bukunya, yakni GPU dan Republika.
Sang penulis mengatakan bahwa dirinya memutuskan menghentikan menerbitkan buku di penerbit-penerbit itu per 31 Juli 2017 lalu. "28 buku saya tidak akan dicetak ulang lagi, dan dibiarkan habis secara alamiah di toko buku hingga Desember 2017," tulis Tere Liye.
ADVERTISEMENT
Atas keputusan tersebut, Wisnu mengatakan pihak GPU merasa kehilangan terhadap Tere Liye dan karya-karyanya.
"Jadi di satu sisi kami merasa kehilangan, tapi di satu satu sisi kami tetap menghargai keputusan Bang Tere," ujar Wisnu.
Wisnu juga mengatakan, sebulan sebelum mengumumkan keputusannya di Facebook, Tere Liye sebenarnya sudah curhat lebih dulu kepada GPU terkait keluhannya soal pajak terhadap penulis tersebut.
Toko buku Gramedia di BSD. (Foto: Instagram @gramediabooks)
zoom-in-whitePerbesar
Toko buku Gramedia di BSD. (Foto: Instagram @gramediabooks)