Nama Pelaku Penembakan Massal Sebaiknya Tak Diberitakan

5 Oktober 2017 5:54 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penembakan. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penembakan. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah surat terbuka yang ditandatangani oleh 147 kriminolog, sosiolog, psikolog, dan ahli perilaku manusia lainnya meminta agar media berhenti menerbit nama dan foto-foto pembunuh massal di Las vegas.
ADVERTISEMENT
Dilansir Live Science, Rabu (4/10), riset menemukan bahwa ketenaran adalah sebuah motivasi utama bagi banyak penembak massal.
"Mereka ingin menjadi selebriti," kata Adam Lankford, kriminolog di University of Alabama yang menjadi salah satu penyusun surat terbuka tersebut.
Lankford menjelaskan, "Kami tahu bahwa beberapa pelaku penembakan massal ini telah mengatakan hal-hal seperti, 'Semakin banyak yang Anda bunuh, semakin Anda akan dikenal,' dan 'Seseorang yang tidak dikenal oleh siapa pun dapat dikenal oleh semua orang’.
Penembakan di Las Vegas (Foto: Reuters/Steve Marcus)
zoom-in-whitePerbesar
Penembakan di Las Vegas (Foto: Reuters/Steve Marcus)
Pasca terjadinya pembunuhan massal, identitas pelaku seringkali menjadi pertanyaan pertama yang muncul di benak publik. Tapi menurut Lankford dan para ahli yang menandatangani surat terbuka itu, nama pelaku pembunuhan massal adalah salah satu dari sekian rincian informasi yang paling tidak layak untuk diberitakan.
ADVERTISEMENT
Permohonan yang diajukan dalam surat terbuka itu didasarkan pada sebuah proposal yang diterbitkan pada bulan September 2017 di jurnal American Behavioral Scientist oleh Lankford dan Eric Madfis, seorang sosiolog di University of Washington, Tacoma.
Para peneliti mengusulkan agar media menghindari untuk memberitakan nama pelaku ataupun memperlihatkan foto pelaku. Mereka menegaskan, para reporter harus Wartawan juga harus menghindari menyebutkan nama-nama pembunuh massal di masa lalu ke dalam artikel tentang pembunuhan massal baru-baru ini.
Adapun rincian lainnya seperti kemungkinan motif pelaku, di mana pelaku mendapatkan senjata, catatan kriminal masa lalu pelaku, dan wawancara dengan teman dan keluarga sang pelaku, boleh untuk diberitakan.
Suasana lokasi penembakan di Las Vegas (Foto: Reuters/Steve Marcus)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana lokasi penembakan di Las Vegas (Foto: Reuters/Steve Marcus)
Seperti Bunuh Diri, Pembunuhan Juga Dapat Menular
Setelah data-data penelitian menunjukkan bahwa kasus bunuh diri dapat menular melalui media dan satu kasus bunuh diri dikaitkan dengan lonjakan pada kasus-kasus bunuh diri berikutnya, sebagian besar media yang memiliki reputasi baik mulai mengubah cara mereka dalam melaporkan berita tentang bunuh diri. Munculnya panduan dari American Foundation to Prevent Suicide dalam membuat berita tentang bunuh diri adalah salah satu bentuk respons terhadap data-data hasil penelitian tersebut.
ADVERTISEMENT
Panduan itu memberikan peringatan kepada media agar menghindari berita utama bunuh diri dan cara bunuh diri serta saran untuk mengimbuhkan informasi pada berita tentang bagaimana orang-orang yang memiiliki dorongan untuk bunuh diri dapat segera mendapatkan bantuan.
Adapun terkait pembunuhan massal, Lankford dan para kolega telah menemukan bahwa para pembunuh sering kali saling mereferensi satu sama lain. Penembak di Umpqua Community College di Oregon pada bulan Oktober 2015 misalnya, kata Lankford, menyatakan terinspirasi oleh orang yang membunuh reporter televisi dan juru kamera di Roanoke, Virginia pada bulan sebelumnya. Adapun pembunuh di Roanoke tersebut menyebut penembak supremasi kulit putih yang membunuh jemaat di sebuah gereja Afrika-Amerika di Charleston, South Carolina pada dua bulan sebelumnya sebagai inspirasinya.
ADVERTISEMENT
Lankford menuturkan, para penembak massal juga bersaing untuk mendapatkan perhatian paling banyak dengan membunuh lebih banyak orang. Dalam sebuah studi tahun 2016 yang dipublikasikan di jurnal Agression and Violent Behavior, Lankford menemukan bahwa pembunuh massal yang mengekspresikan motif untuk mencari ketenaran membunuh dua kali lebih banyak orang daripada mereka yang tidak.
Terkait berita, Lankford mengatakan ada pula korelasi langsung antara jumlah korban yang tewas akibat penembakan dengan liputan berita yang diterima, Semakin banyak korban tewas, semakin banyak berita tersebut dan kemudian semakin terkenal sang pelaku penembakan tersebut.
Lankford menjelaskan adanya bukti statistik bahwa penembakan massal telah menginspirasi orang-orang lainnya untuk melakukan hal yang sama. Sebuah studi pada tahun 2015 menemukan bahwa setiap penembakan di sekolah mengilhami 0,22 lebih banyak penembakan sekolah lainnya, dan setiap penembakan massal mengilhami 0,3 lebih banyak penembakan massal lainnya.
ADVERTISEMENT