Penelitian: Anak yang Kurang Tidur Lebih Cepat Menua

7 Juli 2017 5:53 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak-anak. (Foto: Max Pixel)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak-anak. (Foto: Max Pixel)
ADVERTISEMENT
Anak yang kurang tidur lebih cepat menjadi tua. Begitulah hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarah James dan kawan-kawan dari Princeton University.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian yang telah dipaparkan ke dalam paper berjudul “Sleep Duration and Telomere Length in Children” dan telah dipublikasikan ke dalam Journal of Pediatrics itu mengungkapkan adanya keterkaitan antara lama tidur anak-anak dengan panjang telomere mereka.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi terkait durasi tidur dari 1.567 anak yang berusia 9 tahun dari kota-kota di Amerika Serikat. Para peneliti kemudian mengekstrak DNA dari sampel air liur ribuan anak itu untuk menguji dan mengetahui panjang telomere masing-masing anak tersebut.
Hasilnya disimpulkan, anak-anak yang tidur lebih lama atau cukup tidur, memiliki telomere lebih panjang ketimbang anak-anak yang tidur lebih sebentar atau kurang tidur.
"Panjang telomere menjadi 1,5 persen lebih pendek untuk setiap berkurangnya satu jam tidur anak-anak tiap malam," terang Sarah James, sebagaimana dikutip dari New Scientist, Rabu (5/7).
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs Majalah Sains Indonesia, seorang pemenang nobel tahun 2009, Elizabeth Blackburn pernah mengungkapkan, rahasia awet muda ada pada telomere. Telomere sendiri adalah bagian paling ujung dari kromosom manusia.
Jika rangkaian kromosom diibaratkan sebagai tali sepatu, maka telomere adalah plastik pembungkus di ujung tali sepatu yang melindungi kromosom agar tidak rusak atau hancur. Ketika telomere menjadi ‘sangat pendek’, maka akan ada konsekuensi seperti peningkatan sejumlah risiko penyakit yang berkaitan dengan usia.
Tak hanya pada anak-anak, beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap orang dewasa juga menunjukkan adanya keterkaitan antara tidur dengan panjang telomere. Adapun telomere yang pendek telah dikaitkan dengan sejumlah penyakit, yakni kanker, sakit jantung dan penurunan kognitif.
ADVERTISEMENT
Meski tanda-tanda sejumlah penyakit itu tidaklah tampak pada anak-anak, James mengatakan mereka bisa saja memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit itu di kemudian hari.
Dalam sejumlah penelitian terhadap orang dewasa, terlalu lama tidur memiliki dampak yang sama buruknya terhadap kesehatan seperti halnya terlalu sebentar atau sedikit tidur. Namun dalam penelitian terhadap anak-anak ini, tidak disebutkan istilah terlalu lama tidur.
Semakin lama tidur, semakin panjang telomere sang anak. Semakin sebentar, semakin pendek. Adapun pendeknya telomere berkaitan dengan lebih cepatnya proses penuaan sel.
Tim peneliti tidak mengetahui apakah pemendekan telomere dapat dipulihkan dengan cara tidur lebih lama setelah pemendekan telomere itu sudah terjadi.
Namun begitu, penelitian ini jelas telah menekankan dan mengingatkan kembali pentingnya tidur yang cukup bagi tubuh. James memaparka, “Rekomendasi saat ini, lama tidur (yang baik) untuk anak-anak antara 9 sampai 11 jam.”
ADVERTISEMENT