Profesor ITB Tunjukkan Seni Matematika dalam Film Harry Potter

21 Februari 2018 13:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof. Marcus Wono Setya Budhi (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Marcus Wono Setya Budhi (Foto: Dok. ITB)
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, matematika mungkin adalah hitung-hitungan angka yang menakutkan. Namun begitu, tidak sedikit juga yang gemar dan terampil menggunakan ilmu ini.
ADVERTISEMENT
Suka ataupun tidak, matematika adalah ilmu yang dianggap sebagai ibu dari semua ilmu pengetahuan. Sebab, di kehidupan sehari-hari, semua permasalahan dapat dimodelkan dengan matematika, bahkan untuk masalah yang tak terlihat sekalipun.
Prof. Marcus Wono Setya Budhi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan banyak contoh menarik dari masalah yang dapat diselesaikan dengan ilmu matematika.
Dikutip dari buku orasi ilmiahnya berjudul “Matematika, Seni Pemecahan Masalah, Bahkan Untuk Hal Yang Tak Terlihat” yang dipublikasikan tahun 2015, Prof. Wono menjelaskan gambaran tentang seni dan manfaat penggunaan matematika di kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah penggunaan prinsip matematika dalam sejumlah film fiksi, antara lain Harry Potter.
Film 'Harry Potter and The Deathly Hallows'. (Foto: Harry Potter)
zoom-in-whitePerbesar
Film 'Harry Potter and The Deathly Hallows'. (Foto: Harry Potter)
Seni Matematika dalam Film Harry Potter dan Star Trek
ADVERTISEMENT
Tentunya kita ingat dengan beberapa film imajiner, seperti Harry Potter dan Star Trek. Banyak orang berpendapat film Harry Potter merupakan film imajinasi karena Harry Potter bisa menghilang dengan menggunakan jubahnya. Penggunaan jubah tidak sekedar membuat Harry Potter tertutup, tetapi tidak terlihat sampai dengan jubahnya juga.
Begitu pula dengan benda tak terlihat dan terlihat yang muncul di film “Start Trek”. Di kapal Romulan, diceritakannya terdapat tameng yang dapat membelokkan cahaya tertentu.
Prof Wono mengatakan, meskipun hal tersebut terlalu rumit untuk dijelaskan dalam hitung-hitungan matematika, namun secara sederhana dengan pembelokan cahaya, benda yang ada akan tidak terlihat oleh mata. Dalam ilmu matematika, masalah ini disebut sebagai cloaking.
Prof. Wono juga menjelaskan tentang teori bagaimana menyembunyikan suatu barang terhadap pantulan gelombang elektromagnetik, mengingat gelombang ini dapat menembus hampir di semua media. Secara teori, orang matematika dan fisika telah melihat bahwa hal tersebut dapat dilakukan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya penjelasan tersebut terlalu teknis untuk dijelaskan dalam rangkaian kata. Bagi orang teknik, masalah ini menjadi “metamaterial” dengan struktur mikro yang sangat khusus.
Prof. Marcus Wono Setya Budhi (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Marcus Wono Setya Budhi (Foto: Dok. ITB)
Matematika dan Karya Budaya Indonesia
Tak hanya terdapat dalam film-film karya luar negeri, penggunaan matematika juga dapat banyak ditemukan dalam karya-karya nusantara.
Di Indonesia, seni penggunaan matematika dapat dilihat dari peninggalan konstruksi bangunan yang ada serta bahasa yang dipergunakan. “Sebenarnya ada banyak sekali peninggalan yang memperlihatkan kita menggunakan matematika, misalkan saja candi-candi istana dari beberapa kerajaan zaman dahulu dan bangunan lainnya,” ungkap Prof. Wono.
Untuk bisa membangun Candi sehingga tidak sampai runtuh tentu perlu perhitungan yang matang. Sebagai contoh Candi Prambanan. Candi ini dikatakan olehnya tidak sekadar merupakan gundukan batu, tetapi ada ruang kosong di dalamnya. Persiapan membuatnya tentu membutuhkan perhitungan matematika, ujarnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa masalah lain menggunakan ilmu matematika disampaikan olehnya, yaitu sifat perambatan gelombang jika melewati masa yang berbeda masa. Balikan atau invers gelombang dari dalam bumi, membuat manusia dapat memprediksi struktur di dalam bumi.
Candi Prambanan Yogyakarta (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Candi Prambanan Yogyakarta (Foto: Munady)
Pentingnya Keterampilan Bermatematika
Ada banyak permasalahan yang dapat dimodelkan dengan rumus-rumus matematika. Untuk itulah, membahas kejadian atau fenomena sehari-hari dengan memodelkannya ke dalam bentuk persamaan matematika, tentu sangat menarik dan akan terus berkembang.
Dikatakan oleh Prof. Wono, bermatematika merupakan kegiatan yang akan selalu berkembang.
Profesor yang sudah menyukai ilmu matematika sejak duduk di bangku Sekolah Dasar ini, mengatakan pada dasarnya matematika merupakan kumpulan ciptaan atau penemuan manusia di waktu yang lalu.
Menurutnya, yang dibutuhkan untuk mempelajari matematika hanya sekadar menghafal kumpulan rumus, tetapi akan lebih menarik jika kita mampu mengembangkannya. Oleh karena itu, kita perlu belajar seperti para pendahulu kita yang mampu menemukan rumus-rumus tersebut.
ADVERTISEMENT
Prof. Wono menegaskan, yang terpenting adalah memahami dan menguasai keterampilan bermatematika, bukan menghafal rurmus.
“Kakak ipar saya itu tak hafal dengan rumus, tetapi dia dapat menyelesaikan soal geometri yang dipandang sangat sulit. Untuk itu, walaupun tujuan kita bukan untuk menjadi seorang ahli matematika, tetapi keterampilan bermatematika akan sangat berguna, apalagi bagi calon saintis, maupun yang akan bekerja di bidang teknologi,” ujar Prof. Wono memberi contoh.
Saat ditanya tentang apa yang mendorong dirinya menekuni bidang matematika, ayah dari dua putri ini menjawab, sebab munculnya pertanyaan-pertanyaan fisika dan kimia yang ia temui saat SMA, hanya bisa diselesaikan dengan matematika.
“Semisal bagaimana menghitung paruh waktu suatu zat yang mempunyai umur ribuan tahun, dan banyaknya gejala di fisika maupun fimia yang tidak dapat dilakukan, tetapi dapat dijawab melalui Matematika,” pungkas Prof. Wono saat diwawancarai di Gedung Program Studi Matematika di ITB, Selasa (20/2), dilansir laman ITB.
ADVERTISEMENT