Sejarah Diplomasi Panda China dan Negara-negara yang Menerimanya

22 September 2017 18:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Giant Panda (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Giant Panda (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Sepasang panda raksasa pinjaman dari pemerintah China akan tiba di Indonesia pada Kamis (28/9). Bukan hanya Indonesia, sebelumnya China juga pernah meminjamkan panda kepada beberapa negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, setidaknya sudah 16 negara yang mendapatkan peminjaman pengembangbiakan (breeding loan) panda raksasa dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Indonesia sendiri akan menjadi negara ke-17 yang akan diberikan peminjaman untuk pengembangbiakan hewan khas endemik dari China tersebut.
Peminjaman panda oleh China kepada negara-negara lain di dunia ini erat kaitannya dengan upaya diplomasi China dengan negara yang bersangkutan. Tidak salah jika peminjaman panda ini dikenal juga dengan istilah “diplomasi panda”.
ADVERTISEMENT
China sendiri tidak malu-malu mengakui diplomasi panda tersebut. Pada tahun 2013, Duta Besar China untuk Amerika Serikat Cui Tiankai pernah menulis sebuah opini editorial yang dimuat di Washington Post yang mengatakan, "Sebenarnya ada dua duta besar China di Washington: saya dan anak panda di National Zoo."
Dikutip dari History.com, diplomasi panda oleh China ini diperkirakan telah berlangsung sejak Dinasti Tang pada abad ke-7 ketika Permaisuri Wu Zeitan mengirim sepasang beruang yang diyakini sebagai panda kepada Jepang.
Kebijakan untuk mengirim panda sebagai hadiah diplomasi ini dihidupkan kembali pada tahun 1941. Pada tahun itu China mengirimkan dua ekor hewan bercorak khas hitam-putih itu kepada Amerika Serikat di awal Perang Dunia II. Sepasang panda itu kemudian dipelihara di Kebun Binatang Bronx, New York City.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1950-an Ketua Mao juga kerap melakukan diplomasi panda dengan mengirimkan hewan-hewan lucu itu kepada beberapa negara yang menjadi sekutu China saat itu, seperti misalnya Korea Utara dan Rusia.
Giant Panda (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Giant Panda (Foto: Shutterstock)
Pada tahun 1972, dua bulan setelah kunjungan Presiden Richard Nixon ke China, pemerintah China mengirimkan sepasang panda menggemaskan berusia 18 bulan yang bernama Hsing-Hsing dan Ling-Ling. Kunjungan Nixon saat itu mengakhiri ketegangan selama 25 tahun antara Amerika Serikat dan China.
Dua tahun berselang, tahun 1974, Perdana Menteri Inggris Edward Heath meminta pinjaman panda kepada pemerintah China saat melakukan kunjungan ke Tiongkok. Sepasang panda bernama Chia-Chia dan Ching-Ching akhirnya tiba di Kebun Binatang London beberapa minggu kemudian.
Tradisi peminjaman panda itu mengalami persegeran yang signifikan pada 1984 ketika China mengubah protokol peminjam panda tersebut. Dalam protokol yang baru disebutkan, panda-panda dari China selanjutnya hanya kan dipinjamkan dalam jangka waktu selama sepuluh tahun dan China akan meminta pembayaran untuk biaya tahunan kepada negara-negara yang dipinjami panda oleh China tersebut. Untuk AS misalnya, biaya tahunan itu adalah sebesar 1 juta dolar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, protokol itu menyebutkan bahwa anak-anak panda yang lahir di negara mana pun akan dianggap sebagai warga negara China alias milik China.
Giant Panda (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Giant Panda (Foto: REUTERS)
Pada tahun 2008, gempa besar terjadi di provinsi Shicuan, China. Gempa tersebut menghancurkan 67 persen habitat panda liar di China.
Akibat adanya bencana alam yang dahsyat itu, populasi panda di China berkurang drastis, yakni hanya tersisa 60 ekor. Bencana alam tersebut membuat China merasa perlu menemukan habitat-habitat baru untuk 60 panda yang masih bertahan hidup itu.
Pergeseran kebijakan terkait peminjaman panda kembali terjadi. China kemudian mengatakan bahwa mereka hanya akan mengirim panda ke negara-negara untuk tujuan pengembangbiakan dan penelitian biologi.
Dalam prosesnya, kebijakan peminjaman panda oleh pemerintah China ini dapat dilihat sebagai kedekatan antara China dengan negara yang bersangkutan. Tujuannya tidak sebatas pada pengembangbiakan dan penelitian biologi semata, dan lama peminjamannya pun tidak sebatas hanya sepuluh tahun.
ADVERTISEMENT
Pada 24 Juni 2017, misalnya, sepasang panda dari China bernama Meng Meng dan Jiao Qing tiba di Kebun Binatang Berlin, Jerman. China meminjamkan dua ekor hewan tersebut kepada Jerman selama jangka waktu lima belas tahun.
Giant Panda (Foto: REUTERS/Hyungwon Kang)
zoom-in-whitePerbesar
Giant Panda (Foto: REUTERS/Hyungwon Kang)
Lama waktu peminjaman panda dari China kepada negara-negara di dunia bisa berbeda beda. Namun satu yang hal yang sama di antara negara-negara penerima pinjaman panda tersebut adalah semua negara itu sedang memiliki hubungan bilateral yang baik atau bahkan mesra dengan China ketika menerima pinjaman tersebut.
Begitu pula yang terjadi pada Indonesia saat ini. Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dikenal memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah Beijing.
Dari segi perdagangan atau impor-ekspor barang misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang tahun 2016 China menjadi negara pengimpor nomor satu bagi Indonesia dengan nilai 30,69 miliar dolar Amerika Serikat. Peran impor China bagi Indonesia sepanjang tahun lalu itu adalah sebesar 26,24 persen.
ADVERTISEMENT
Tak hanya barang impor dari China yang banyak masuk ke Indonesia, Indonesia pun tercatat mengekspor banyak komoditas ke China. Pada Agustus 2017 misalnya, BPS mencatat bahwa China merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia dengan nilai sebesar 1,94 miliar dolar Amerika Serikat. Angka itu meningkat sekitar 21,59 persen atau sebesar 1,60 miliar dollar Amerika Serikat dibanding Juli 2017.
Secara kumulatif, sejak Januari hingga Agustus 2017, China juga masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia dengan nilai sebesar 12,67 miliar dollar AS.
Angka-angka di bidang perdagangan tersebut menunjukkan, keberadaan Indonesia sangatlah penting bagi China, begitu pula sebaliknya. Adapun peminjaman sepasang panda dari China ke Indonesia pada akhir September 2017 ini melambangkan betapa eratnya hubungan antarkedua negara.
Presiden Joko Widodo dan Xi Jinping (Foto: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo dan Xi Jinping (Foto: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
ADVERTISEMENT