Pariwisata Bali: Terjatuh Namun Selalu Bisa Bangkit Lagi

Vania Alexandra Lijaya
Diplomat Indonesia, Peserta Diklat Sesdilu angkatan ke-72, Pecinta musik dan penggemar berat kopi, Pelayan masyarakat yang telah ditempa dan dilatih di Negeri Beton (Hong Kong).
Konten dari Pengguna
20 Mei 2022 18:48 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vania Alexandra Lijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang tidak tahu Bali? Saya yakin mayoritas dari kalian pasti pernah ke Bali, bahkan menjadikan Bali sebagai salah satu destinasi wisata favorit kalian. Di tahun 2021 lalu, Bali bahkan mendapat predikat sebagai tempat destinasi wisata terpopuler dunia menurut versi Tripadvisor Travelers' Choice Award.
Tanah Lot, Bali - Sumber: Wonderful Indonesia
Oh ya, Selebgram dan artis ibu kota juga menjadikan Bali sebagai tempat tujuan wisata favorit mereka, dan yang terkini, Bali bahkan menjadi destinasi “healing” warga ibu kota. Saya sendiri belum pernah wisata healing, sih di Bali, meskipun Bali itu kampung halaman saya.
ADVERTISEMENT
Oke, kita lupakan sejenak mengenai healing – meski bayangan akan betapa menyenangkannya healing di Bali membuat saya jadi ingin pesan tiket ke Bali hari ini juga.
Bicara tentang pariwisata Bali, tentu kita semua paham, betapa bergantungnya Bali pada sektor pariwisatanya. Ketergantungan ini lah yang menyebabkan terpuruknya pariwisata Bali dan turunnya pendapatan masyarakat Bali selama pandemi Covid 19.
Pantai Sanur, Bali - Sumber: koleksi pribadi
Menurut data BPS Bali, jumlah wisatawan mancanegara menurun sangat drastis di tahun 2020, yaitu sebanyak 1.069.473 wisman dan tahun 2021 hanya 51 wisman, dibandingkan dengan sebelum covid di tahun 2019 sejumlah 6.275.210 wisman yang berkunjung ke Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali juga mengalami kontraksi yang cukup dalam, yaitu -12,21 di tahun 2020, meskipun di tahun 2021 membaik menjadi -2,91 (data Bank Indonesia).
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, perekenomian Bali sudah sering diuji dengan berbagai peristiwa besar, diantaranya adalah krisis Ekonomi tahun 1998, Bom Bali I tahun 2002, Bom Bali II tahun 2005, dan erupsi Gunung Agung di tahun 2017.
Menurut Kementerian Keuangan, ujian yang paling dikenang masyarakat Bali dan seluruh dunia adalah tragedi Bom Bali I di bulan Oktober 2002. Saat itu, ekonomi Bali anjlok seperti mati suri. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) jatuh hingga hanya 60.836 pengunjung atau 59,6% lebih rendah daripada kondisi di bulan sebelum tragedi Bom Bali, yang menyebabkan naiknya angka pengangguran dan tingkat kemiskinan.
Upacara Adat di Bali - Sumber: Wonderful Indonesia
Meskipun telah beberapa kali mengalami ujian, namun dampak dari pandemi Covid 19 ini dirasakan yang paling parah menerpa Bali. Kebijakan lockdown di banyak negara, penutupan akses masuk bagi wisman untuk masuk ke Indonesia, serta kebijakan penutupan objek-objek wisata telah menyebabkan terhentinya berbagai jenis usaha yang berafiliasi dengan sektor pariwisata seperti perdagangan, penyediaan akomodasi, makanan dan minuman, industri jasa, hingga transportasi.
ADVERTISEMENT
Sungguh sangat membahagiakan, bahwa setelah melewati ujian pandemi selama kurang lebih 2 tahun, memasuki tahun 2022 ini, pariwisata Bali mulai berangsur-angsur pulih. Kebijakan pembukaan pintu-pintu masuk bagi wisman ke Indonesia telah mendorong kunjungan wisman ke Bali. Begitu pula dengan mulai menurunnya kasus covid 19 di seluruh dunia termasuk Indonesia serta kebijakan lockdown berbagai negara yang telah dicabut membuat banyak wisman “gatal” untuk segera terbang ke Bali sebagai salah satu destinasi wisata internasional terfavorit. Kebayang kan, wisman dari negara 4 musim yang lebih sering menggigil kedinginan, pasti sudah tidak tahan membayangkan berjemur di atas pasir putih menikmati teriknya matahari Bali dan indahnya pemandangan Pulau Dewata ini.
Jalanan di Kuta yang sepi dan lengang - Sumber: Tribun Bali
Tahukah kalian, selama keterpurukan pariwisata Bali karena pandemi Covid-19 ini, wisatawan domestik lah yang telah banyak membantu mendorong pulihnya pariwisata Bali. Menurut data BPS Bali, sebanyak 282.248 orang wisatawan domestik berkunjung ke Bali di bulan Januari 2021, dan melonjak 80% di bulan Januari 2022, dimana terdapat 527.447 wisatawan.
ADVERTISEMENT
Rasanya kurang lengkap, ya kalau kita cuma membaca data tanpa mendengar cerita langsung dari pelaku pariwisata Bali. Kali ini saya berkesempatan mendengar cerita Feby Purnamayanti, salah seorang pengusaha muda Bali, yang memiliki 2 buah villa di kawasan yang ramai dikunjungi wisatawan, yaitu Seminyak dan Legian.
Villa Surya Mas - Sumber: koleksi Villa Surya Mas
Menurut Feby, sekitar tahun 2019 sampai awal 2020 sebelum pandemi, tingkat okupansi di villanya cukup tinggi, bahkan lebih dari 50%. Namun begitu pandemi covid 19 menerpa seluruh dunia, usaha villanya pun mengalami kesulitan.
Mulai pertengahan Maret 2020 sampai akhir tahun 2020, keadaan villa sangat terpuruk, dikarenakan tidak ada wisatawan domestik maupun asing yang berkunjung ke Bali. “Villa kami kosong selama lebih dari 1 tahun. Kondisi keuangan perusahaan kami sangat tidak sehat, karena kami juga harus mengembalikan deposit dari tamu-tamu yang sudah reservasi sebelumnya, namun tidak bisa datang berkunjung”, cerita Feby.
ADVERTISEMENT
Pemasukan villa dari pengunjung sama sekali tidak ada, namun di sisi lain pemeliharaan dan perawatan villa juga tetap harus dilakukan agar tidak rusak. Pada akhirnya, villa Surya Mas hanya bergantung dan bertahan dengan tabungan yang dimiliki perusahaan, yang digunakan untuk memelihara villa dan membayar gaji pegawai.
Feby bersama para pegawainya - Sumber: koleksi pribadi Feby
Bisa kita bayangkan, betapa berat perjuangan usaha akomodasi ini. Sebisa mungkin mereka menghindari untuk tidak memberhentikan pegawai, supaya baik pengusaha maupun pegawai sama-sama dapat bertahan hidup.
Lalu upaya apa lagi yang dilakukan oleh pengusaha villa seperti Feby untuk tetap bertahan di tengah pandemi?
Feby mengatakan bahwa di awal tahun 2021, tabungan perusahaan semakin menipis, sehingga mereka terpaksa harus menurunkan harga sewa villa sampai lebih dari 50%. Selain itu, sewa villa yang biasanya harian juga disewakan bulanan atau lebih untuk orang-orang yang pada saat itu mencari tempat tinggal untuk jangka panjang, dan untuk pekerja ibu kota yang ingin work from home (WFH) dari Bali.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang juga dilakukan Feby yaitu mengurangi jam kerja pegawai, menjadi 10-14 hari kerja secara bergiliran untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Suasana Pantai Kuta yang sepi - Sumber: Wonderful Indonesia
Kebetulan, Feby juga memiliki usaha minimarket, sehingga usaha kelontong tersebut cukup dapat membantunya untuk dapat bertahan di tengah pandemi, mengingat usaha itu tidak bergantung dari wisatawan.
Hal menggembirakan yang telah dinanti-nanti seluruh masyarakat Bali pun akhirnya datang juga. Menjelang akhir 2021 hingga awal tahun 2022, kondisi Bali berangsur-angsur membaik. Wisman mulai berdatangan lagi ke Bali.
Ini pun dirasakan oleh Feby. Tingkat okupansi di villanya perlahan-lahan mulai naik, walaupun masih didominasi wisatawan domestik. Mulai ada wisatawan asing yang berkunjung ke Bali menggunakan business visa dan menginap di villanya. Di akhir Maret 2022, dimana Pemerintah sudah menerbitkan kembali visa on arrival dan penerbangan dari luar negeri sudah mulai masuk perlahan-lahan ke Bali, keadaan pun berangsur-angsur semakin baik.
Seminyak - Sumber: Wonderful Indonesia
Feby pun mengaku sangat bahagia bahwa di bulan Mei-Juni 2022 tingkat reservasi di villanya sudah 70%, untuk bulan Juli-Agustus bahkan sudah 95%.
ADVERTISEMENT
Nah, dari kisah Feby ini kita melihat bagaimana perjuangan pengusaha pariwisata di Bali untuk dapat bertahan dan melewati pandemi. Meskipun berat, namun mereka berhasil melewatinya dengan baik.
Yuk, kita bantu dukung terus supaya pariwisata dan para pengusaha pariwisata Bali bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Jangan lupa tetap jadikan Bali sebagai salah satu destinasi wisata favorit kalian ya! Kalau saya sih, auto pesan tiket untuk pulang ke Bali. Gimana dengan kalian?
Bersama kita bisa saling dukung, saling bantu untuk bangkit dari pandemi ini. Indonesia bangkit, Indonesia kuat!