Konten dari Pengguna

People Come and Go: Seni Menerima Kehadiran dan Kepergian dengan Mindfulness

Vania Arya Talitha
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
8 Desember 2024 0:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vania Arya Talitha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sad Illustration (Source: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Sad Illustration (Source: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kehidupan ini memang penuh dengan pertemuan dan perpisahan yang mengajarkan kita bahwa orang-orang datang dan pergi sepanjang perjalanan hidup kita. Setiap individu yang hadir, baik teman, keluarga, maupun pasangan yang memberi warna dalam hidup kita. Kehadiran mereka seringkali memberi makna yang mendalam, mengisi hari-hari kita dengan kebahagiaan, tawa, dan rasa aman. Namun, terkadang kehadiran mereka juga membuat kita membangun ekspektasi tinggi, berharap mereka akan selalu ada, hingga kita lupa bahwa perpisahan itu adalah bagian alami dari kehidupan.
ADVERTISEMENT
Pada titik tertentu, kita harus siap menghadapi kenyataan bahwa orang-orang di sekitar kita memiliki perjalanan mereka sendiri. Mereka bisa pergi kapan saja, entah karena jarak yang memisahkan, pilihan hidup yang berbeda, atau bahkan karena takdir yang memanggil mereka. Pada saat itu, perasaan kehilangan datang begitu mendalam dan kita mungkin merasa seolah dunia berhenti. Tetapi, meskipun perpisahan itu menyakitkan, kita harus menerima bahwa kehadiran dan kepergian adalah dua hal yang saling melengkapi dalam kehidupan ini. Mindfulness mengajarkan kita untuk hadir dalam setiap momen, untuk menghargai setiap detik bersama orang-orang yang kita cintai tanpa terjebak dalam ekspetasi berlebihan atau rasa takut kehilangan. Inilah mengapa mindfulness itu penting.
Apa Itu Mindfulness?
Mindfulness Illustration (Source: Canva)
Mindfulness dapat diartikan sebagai “sadar penuh hadir utuh” (Silarus, 2015). Menurut Kabat-Zinn (1990), mindfulness adalah kesadaran diri yang muncul saat individu memberikan perhatian penuh pada peristiwa yang sedang terjadi saat ini, dengan cara yang sadar dan tanpa memberikan penilaian. Mindfulness merupakan suatu bentuk atensi yang diberikan seseorang terhadap pengalaman yang sedang dialaminya, dengan sikap menerima pengalaman tersebut apa adanya (Hayes, Follette, & Linehan, 2004). Dengan mindfulness, setiap pengalaman yang hadir pada saat ini mendapatkan atensi sepenuhnya, tanpa adanya usaha untuk mengubah pikiran, sensasi tubuh, atau perasaan yang timbul sebagai reaksi terhadap pengalaman tersebut (Yusainy, 2018). Ini menunjukkan bahwa dalam praktik mindfulness, seseorang berusaha untuk benar-benar hadir dan fokus pada aktivitas yang sedang dilakukan, tanpa terlarut dalam pikiran mengenai masa lalu atau kekhawatiran tentang masa depan.
ADVERTISEMENT
Relevansi Mindfulness dalam Menghadapi People Come and Go
Ketika seseorang hadir dalam hidup kita, kita cenderung menaruh ekspektasi tinggi kepada orang lain, sehingga sering kali kita merasa kecewa ketika harapan tersebut tidak terpenuhi. Penelitian menunjukkan bahwa dengan berlatih mindfulness, individu dapat mengurangi reaktivitas emosional terhadap situasi yang tidak sesuai harapan mereka (Yusainy, 2018). Hal ini memungkinkan individu untuk menghadapi berbagai situasi dengan lebih tenang dan bijaksana, termasuk dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selain itu, mindfulness dapat membantu kita untuk menerima kenyataan, termasuk perpisahan atau kehilangan orang terdekat. Hardiyanti (2024) menyatakan bahwa salah satu cara untuk beralih dari masa lalu dan lebih berani untuk melanjutkan hidup setelah kehilangan adalah dengan mindfulness. Dengan menerapkan mindfulness, kita dapat merasakan kesedihan akibat perpisahan atau kehilangan tanpa terjabak dalam overthinking yang merugikan, karena kita menyadari bahwa emosi yang kita alami bersifat sementara dan akan berlalu seiring waktu, mengurangi perasaan terjebak dalam kesedihan.
ADVERTISEMENT
Target Pengaplikasian Mindfulness
Dalam konteks ini, target yang ingin dicapai dari pengaplikasian mindfulness adalah untuk membantu individu menyadari dan menerima tanpa reaksi berlebihan bahwa “people come and go” merupakan bagian alami dari kehidupan kita. Melalui mindfulness, individu diharapkan dapat mengurangi stres, kecemasan, serta depresi yang sering kali muncul akibat kehilangan orang-orang yang berarti dalam hidup mereka. Mindfulness mengajarkan fokus pada momen kini dan penerimaan emosi tanpa penilaian, sehingga kesedihan dapat dirasakan sebagai bagian dari hidup, bukan sesuatu yang harus dihindari. Praktik ini membantu individu mengelola emosi dengan baik, mencegah rasa sedih yang berlarut atau nostalgia berlebihan. Mindfulness juga membangun ketahanan emosional dengan mengajarkan penerimaan perubahan, sehingga individu dapat menghargai momen tanpa terbebani ketidakpastian masa depan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Cara Menerapkan Mindfulness dalam Menghadapi People Come and Go?
Berdasarkan teori Kabat-Zinn (1990), terdapat beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan untuk menerima kehadiran dan kepergian seseorang dengan mindfulness:
1. Mengakui dan Menerima Perasaan
Beri ruang untuk merasakan perasaan yang muncul saat seseorang hadir atau pergi, entah itu perasaan sedih, kehilangan, atau kebahagiaan, tanpa penilaian negatif atau positif. Alih-alih menekan perasaan tersebut, izinkan diri Anda merasakannya sepenuhnya.
2. Fokus pada Momen Saat Ini
Fokuslah untuk hadir sepenuhnya dalam interaksi Anda. Hal ini melibatkan secara aktif mendengarkan dan terlibat dengan orang lain tanpa gangguan. Ketika pikiran tentang masa lalu atau masa depan muncul, arahkan perhatian Anda kembali ke momen saat ini.
ADVERTISEMENT
3. Mengamati Pikiran Tanpa Menghakimi
Ketika pikiran tentang hubungan yang hilang muncul, amati mereka tanpa terjerat di dalamnya. Kabat-Zinn menyarankan untuk melihat pikiran-pikiran ini sebagai awan yang berlalu, bukan sebagai fakta yang mendefinisikan realitas Anda. Hal ini dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan penerimaan.
4. Berlatih Meditasi
Luangkan waktu untuk meditasi duduk atau berjalan dengan tenang dan fokus pada emosi yang Anda rasakan. Alihkan perhatian ke napas Anda dan biarkan pikiran tentang kehadiran atau kepergian seseorang muncul tanpa mencoba menolaknya. Dengan cara ini, Anda dapat menerima dan merasakan emosi tersebut sepenuhnya tanpa tekanan untuk segera “move on”.
Daftar Pustaka
Hardiyanti, A. D. (2024). Mengatasi perpisahan dan kehilangan strategi untuk menghadapi grief dan trauma. Circle Archive, 1(4).
ADVERTISEMENT
Hayes, S. C., Follette, V. M., & Linehan, M. (2004). Mindfulness and acceptance: Expanding the cognitive-behavioral tradition. Guilford Press.
Kabat-Zinn, J. (1990). Full catasthrope living: Using the wisdom of your body and mind to face stress, pain and illness. Delacolte Press.
Silarus, A. (2015). Sadar penuh, hadir utuh. TransMedia Pustaka.
Yusainy, C., Nurwanti, R., Dharmawan, I. R. J., Andari, R., Mahmudah, M. U., Tiyas, R. R., ... & Anggono, C. O. (2018). Mindfulness sebagai strategi regulasi emosi. Jurnal Psikologi, 17(2), 174-188.