Dongeng Kuku dan Ruyu

vendo olvalanda
Bachelor of Literature Education (FBS, UNP) - Penulis di berbagai media seperti Kompas dan Jawa Pos Grup - Aktor Ranah Performing Arts Company
Konten dari Pengguna
30 Juli 2021 20:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari vendo olvalanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cover Dongeng (Cerita Anak) Kuku & Ruyu / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
zoom-in-whitePerbesar
Cover Dongeng (Cerita Anak) Kuku & Ruyu / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
ADVERTISEMENT
Suatu pagi di Hutan Tanimbar, matahari bersinar indah. Cahayanya menembus dinding pondok Nenek Siti. Dan…
ADVERTISEMENT
…tepat mengenai wajahnya. Nenek Siti kaget. Ia lekas bangun dari tidurnya.
“Astagfirullah. Aku ketiduran lagi!” ucapnya bercucuran air mata.
Nenek Siti belum salat Subuh. Ia pun lekas berwudu lalu salat dua rakaat.
Selepas menunaikan salat Subuh, Nenek Siti berdoa. Ia meminta ampun kepada Allah.
“Ya, Allah. Sungguh besar dosaku. Aku telah melalaikan kewajibanku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Amin.”
Nenek Siti memandang ke luar jendela sembari mengenang suaminya / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Semenjak suaminya meninggal, Nenek Siti hidup sebatang kara. Sejak saat itu, ia mulai telat bangun pagi. Sehingga, telat pula mengerjakan salat Subuh.
Nenek Siti mencari kayu bakar di hutan / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Seperti biasa. Pagi ini, Nenek Siti mencari kayu bakar. Jika musim, ia juga memetik beberapa buah segar.
Terkadang, ia bisa membawa pulang beberapa ekor ikan. Itulah yang nantinya akan ia jual di kota. Uangnya untuk membeli beras demi makan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Saat Nenek Siti sedang bekerja. Tiba-tiba ia mendengar seseorang menjerit kesakitan. Nenek Siti pun bergegas menuju sumber suara tersebut.
Burung Maleo sedang berkelahi dengan Elang Alap Halmahera / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Nenek Siti sangat terkejut. Ia menemukan dua ekor unggas tengah berkelahi. Perkelahian seekor induk Maleo dan Elang Alap Halmahera.
Nenek Siti mendekap Induk Maleo yang tengah kesakitan / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Tanpa pikir panjang, Nenek Siti segera melerai keduanya. Si Elang kabur, sedangkan induk Maleo terkapar kesakitan. Dengan penuh iba, Nenek Siti bergegas menyelamatkannya.
Dua ekor anak burung maleo menangisi ibunya yang kesakitan / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Elang Alap Halmahera menghilang. Dari balik pohon, dua anak Maleo tetiba muncul. Keduanya menghampiri Sang Induk.
Mereka mematuk-matuk induknya tersebut. Berharap Si Induk yang tengah tertidur, lekas terbangun. Namun, Induk Maleo itu akhirnya meninggal dunia.
Nenek Siti memutuskan untuk merawat anak Maleo tersebut. Ia pun membuat sarang untuk mereka. Setiap hari, tak lupa ia memberi keduanya makan.
Nenek Siti tengah bermain dengan anak Maleo / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Saat sakit, ia juga mengobati anak Maleo itu. Bahkan, Nenek Siti selalu bermain dengan keduanya. Anak Maleo yang jantan diberi nama Kuku. Sedangkan yang betina, diberi nama Ruyu.
Kuku dan Ruyu tumbuh dewasa / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Lima bulan kemudian. Kedua anak Maleo itu telah tumbuh besar. Kuku sudah menjadi Maleo jantan yang gagah perkasa. Sedangkan Ruyu, menjadi Maleo betina yang sangat anggun.
Kuku dan Ruyu tengah berdiskusi / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Hingga suatu hari. Kuku berkata kepada Ruyu.
ADVERTISEMENT
“Ruyu, sudah saatnya kita membalas semua kebaikan nenek.”
“Apa yang harus kita lakukan?” Ruyu balik bertanya.
“Hmm..apa, ya?” ucap Kuku bingung.
Keduanya saling berpikir.
Beberapa saat kemudian, Ruyu pun memberikan saran.
“Aku punya ide. Bukan kah Nenek Siti sering telat bangun pagi? Akibatnya telat juga salat Subuh. Bagaimana…
Kuku dan Ruyu membayangkan rencana mereka / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
…kalau Kuku setiap pagi bernyanyi untuk nenek?”
Tanpa pikir panjang, Kuku lekas menyetujui saran Ruyu. “Baiklah, Ruyu!
Kalau kamu mau ngapain?” ungkap Kuku balik bertanya.
“Aku tak ingin Nenek Siti bekerja lagi. Jadi aku akan bertelur yang banyak. Lalu nenek tinggal menjualnya saja!” ucap Ruyu semangat.
Keesokan paginya. Kuku dan Ruyu melaksanakan tugas mereka.
“Kuku ayo bangun. Kita punya tugas, kan?” ledek Ruyu.
ADVERTISEMENT
Pada waktu subuh, Kuku mengeluarkan suaranya yang merdu. Berharap Nenek Siti bangun lalu lekas salat subuh.
“Kuuuku, ruyuuu…Kuuuku, ruyuuu…Kuuuku, ruyuuu.”
Ruyu pun begitu. Ia bertelur tiada henti. Ia pun telah menghasilkan telur yang begitu banyak.
Nenek Siti bersama Kuku, Ruyu, anak, dan telur-telur mereka / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Nenek Siti bingung melihat tingkah kedua Maleo kesayangannya. Namun, ia merasa sangat terbantu.
Nenek Siti tidak lagi bekerja di hutan. Kini ia sibuk menjual telur. Ia pun punya banyak uang.
Dengan uangnya yang banyak, Nenek Siti sering bersedakah. Karenanya, Allah selalu memberi Nenek Siti kesehatan.
Kuku yang tengah bernyanyi di atas Pondok Nenek Siti ditemani para ayam / Ilustrasi : FOXBAD (Vendo Olvalanda)
Ia juga tak pernah lagi terlambat salat subuh. Termasuk warga kampung yang mendengar suara Kuku. Ajaibnya, suara Kuku kini ditiru oleh para ayam. Mereka pun ikut bernyanyi.
“Kuuuku, Ruyuuu!”
Kehadiran Kuku dan Ruyu di kehidupan Nenek Siti bak mentari baginya. Mentari Harapan Baru dari Timur!
ADVERTISEMENT