Anak, Pilkada, dan The Incredible

Vera Itabiliana Hadiwidjojo
A child psychologist & one lucky mom.
Konten dari Pengguna
25 Juni 2018 20:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vera Itabiliana Hadiwidjojo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Vera Itabiliana. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Vera Itabiliana. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Baru saja di akun Facebook saya (yes, saya memang emak-emak yang masih main FB :p), saya dicolek untuk jawab polling tentang membawa atau tidak membawa anak ke bilik nyoblos saat Pilkada nanti. Pilihannya adalah: “Sah-sah saja ajak anak” dan “Jangan ajak anak ah”. Saya memilih yang pertama.
Ilustrasi pilkada Foto: Embong Salampessy/Antara
Mulai dari alasan karena anak tidak ada yang jaga di rumah sampai ingin mengajak anak melihat langsung bagaimana proses demokrasi berlangsung. Menurut saya sah-sah saja membawa anak ke tempat Pilkada berlangsung, bahkan sampai ke bilik nyoblos sekalipun.
ADVERTISEMENT
Apakah anak perlu diterangkan tentang apa yang sedang berlangsung? Apa yang dilakukan orang tuanya di tempat itu? Tentu perlu sekali, tapi tergantung dari usia dan kemampuan pemahaman anak tentu saja.
Untuk anak usia 3 tahun ke bawah, sepertinya mereka belum terlalu paham dengan apa yang sedang berlangsung sehingga penjelasan kadang menjadi tidak begitu diperlukan.
Untuk tingkatan usia selanjutnya, saya tidak bisa terlalu membatasi penjelasannya sampai di mana untuk setiap anaknya karena diskusi atau penjelasan bisa berkembang sejauh kekritisan anak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, di usia mereka juga sudah mulai mampu memahami hal-hal abstrak seperti politik.
Di atas tadi saya menuliskan sah-sah saja anak dibawa sampai ke bilik suara. Jadi apakah anak boleh melihat pilihan yang dicoblos oleh orang tuanya? Saran saya, sebaiknya jangan. Kenapa?
Dulu, ketika saya membawa anak saya ke bilik suara, ketakutan pertama saya adalah dia akan keceplosan ke orang-orang di TPS tentang pilihan saya kalau anak sampai melihat apa yang saya coblos.
“Mamaku pilih nomor X lho...” Ini akan jadi enggak lucu atau merupakan one of those awkward moments banget kalau pilihan Anda bukanlah pilihan yang populer di lingkungan tempat Anda tinggal. :D
Ilustrasi ibu dan anak. (Foto: Thinkstock )
Di luar alasan itu, anak sebaiknya tidak melihat apa yang dicoblos orang tuanya dengan alasan agar anak belajar tentang kerahasiaan. Jadi anak belajar pemilihan memang dilakukan secara rahasia. Kita punya hak untuk memilih siapa yang kita suka dan orang lain tidak perlu tahu siapa yang kita pilih.
ADVERTISEMENT
Yang saya lakukan ketika itu adalah saya minta anak untuk membalikkan badannya agar dia tidak melihat apa yang saya pilih. Dengan demikian dia tahu ini benar-benar dilakukan secara rahasia. Nanti pada saatnya dia akan menggunakan hak pilihnya, dia pun akan menjunjung kerahasiaan itu.
Momen pilkada bisa menjadi momen belajar yang bermakna bagi anak tentang bagaimana demokrasi diterapkan di negeri di mana dia hidup. Diskusi bisa menjadi berkembang tentang kandidat mana yang lebih disukai dari yang lainnya.
Meski anak tidak melihat apa yang dicoblos orang tuanya, tapi seringkali tidak dapat dihindari anak tetap akan tahu juga siapa kandidat yang disukai oleh orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Hati-hati jangan sampai anak terjebak dalam pemikiran kita yang orang dewasa. Belum waktunya bagi anak untuk ikutan kampanye atau ikutan mengiyakan atau mendukung calon yang kita pilih. Diskusi boleh, tapi tidak melibatkan anak lebih jauh dari itu.
Toh mereka masih anak-anak yang dunianya adalah bermain. Jauh lebih menyenangkan dan bermanfaat membicarakan film The Incredibles dengan anak-anak. :D
Incredibles 2 (Foto: Pixar)
Sudah nonton belum?
Selain lebih seru dan menyenangkan ngobrolin film satu ini dengan anak-anak, lewat film ini anak juga bisa belajar menentukan pilihan yang nanti aplikasi jangka panjangnya adalah saat dia menggunakan hak pilihnya kelak. Masa iya? Iya banget.
Di film ini ada lima tokoh superhero yang punya hubungan keluarga, yang masing-masing punya kekuatan tersendiri. Anak bisa memilih mana superhero yang ia paling sukai dan tanyakan apa alasannya. Anak Anda yang lain, juga boleh punya pilihan superhero yang beda dengan alasannya sendiri juga.
ADVERTISEMENT
Semua orang boleh punya pilihan superhero yang beda-beda. Dan coba lihat deh, superhero di film ini saling butuh satu sama lain. Mereka keluarga. Mereka bersatu dan bekerja sama melawan kejahatan. Bukankah itu hakikatnya demokrasi, bukannya saling menjatuhkan.
Oke. Selamat menonton yaaa. Eh, selamat nyoblos :D