Lelahnya Jadi Seorang Sosok Buruh Wanita

Vidiana Lihayati
Mahasiswa program studi Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
15 Juli 2021 16:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vidiana Lihayati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustasi foto di dalam pabrik | Sumber: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustasi foto di dalam pabrik | Sumber: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Memiliki pekerjaan dan menghasilkan uang merupakan suatu keinginan setiap manusia. Demi memenuhi kebutuhan, manusia rela kerja keras tanpa memikirkan kesehatan. Hal ini yang mungkin sering juga dilakukan oleh buruh pabrik wanita. Tidak dapat dipungkiri jumlah wanita yang terlibat dalam sektor produktif sangatlah banyak.
ADVERTISEMENT
Di bulan Juni 2019, aku pernah mendaftar pekerjaan di sebuah pabrik bernama PT. Blue Star Anugerah. Pabrik ini beroperasi pada bidang makanan laut (seafood) khususnya bahan baku rajungan.
Rajungan merupakan sejenis kepiting kepiting yang memiliki sepasang kaki kolam renang untuk mendayung. Hasil dari pengolahan rajungan tersebut akan di ekspor ke negara-negara Amerika.
Awalnya, aku mengetahui informasi loker dari temanku yang sudah bekerja di PT. BSA. Segera aku membuat cv dan lamaran. Sekitar dua hari pihak HRD memberi pesan melalui SMS. Aku membalas bersedia hadir. Di hari Jumat, aku melakukan tes dan wawancara. Selain itu, aku juga menandatangani perjanjian magang 3 bulan dan wajib membeli masker ninja yang digunakan bekerja.
ADVERTISEMENT
Hari Senin aku sudah diperbolehkan bekerja menjadi staff sortir. Iya, tugasku sebagai penyortir daging rajungan. Memisahkan daging dari suatu kepingan elastis yang disebut dengan shell. Shell terdiri dari satu atau dua bagian (kepingan) yang tumbuh bersama dengan tubuh hewan pemiliknya sehingga berada di dalam.
Jadwal kerja dari Senin hingga Sabtu. Setiap harinya bekerja selama 8 jam dimulai dari pukul 07.30-15.30 WIB. Tiga hari pertama bekerja, aku di-training oleh supervisor. Sistemnya kami membentuk kelompok enam orang. Setiap kelompok diberikan target jumlah daging yang harus diselesaikan. Jika berhasil akan mendapat bonus tambahan. Sayangnya, jumlah target sangat banyak sehingga kami hanya dapat upah minimum.
Pergi-pulang bekerja aku selalu bersama teman menggunakan motor. Jarak dari rumah lumayan dekat butuh waktu sekitar 15 menit. Sebelum masuk ke ruangan, kami wajib menggunakan pakaian seragam. Terdiri dari hair net, masker ninja, jas lab lengan panjang, sepatu boots, dan juga sarung tangan medis.
ADVERTISEMENT
Ketentuan lain saat bekerja bagi wanita di antaranya tidak boleh menggunakan make up, wewangian, menggunakan perhiasan, dan dilarang membawa hp. Di dalam ruangan tersebut sangatlah dingin, kami bekerja di meja yang penuh es batu. Setiap harinya bekerja dengan posisi berdiri, tangan memegang pinset, dan mata fokus mencari shell di dalam daging.
Hanya satu kali istirahat disaat jam makan siang. Untungnya kami mendapat nasi bungkus gratis. Kami hanya perlu membawa botol saja. Sekitar 30 menit waktu istirahat, setelahnya kami akan dipanggil untuk bekerja kembali.
Terkadang kami bekerja lembur hingga menjelang maghrib. Hal itu disebabkan jumlah daging yang mencapai 1 ton harus diselesaikan tiap harinya. Padahal jumlah pekerja sedikit dan tidak tetap. Banyak pekerja dari rombongan ibu-ibu yang tidak bertahan lama. Rata-rata mereka jatuh sakit karena suhu yang rendah.
ADVERTISEMENT
Kami menerima gaji dua kali dalam sebulan setiap tanggal 1 dan 15. Upah yang diperoleh yaitu Rp50.000/hari untuk pekerja magang dan Rp60.000/hari untuk yang melebihi 3 bulan bekerja.
Banyak kenangan suka duka yang terjadi. Tentunya aku menambah relasi meskipun dengan ibu-ibu. Memang di sana hanya sekitar 5 orang yang seumuran denganku. Aku sering menjadi pendengar kisah mereka yang harus tetap bekerja buruh meninggalkan anaknya. Biasanya faktor gaji suami yang masih kurang.
Setelah beberapa minggu, aku mendapat panggilan dari HRD. Aku segera menuju ke ruangannya. Ternyata aku ditawarkan menjadi staff HRD, namun aku menolak. Aku memberi tahu alasan bekerja untuk mengisi kegiatan sambil menunggu waktu berangkat kuliah. Akhirnya, setelah dua bulan bekerja, aku resign. Gaji yang aku terima untuk membeli kebutuhan pokok di rumah.
ADVERTISEMENT
Yang paling terasa bagiku ketika malam hari. Kaki sangat pegal berdiri seharian. Terlebih bau amis yang susah hilang di badan. Aku selalu memanfaatkan hari libur untuk istirahat penuh. Aku sangat menikmati pekerjaan tersebut meskipun sering mengeluh.
(Vidiana Lihayati/Politeknik Negeri Jakarta)