Polemik Pendidikan di Masa Pandemi: Banking Education Sebagai Tantangan Pedagogi

Viftina Oktaviani
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ
Konten dari Pengguna
14 Januari 2021 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viftina Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 telah banyak merenggut jutaan nyawa manusia di berbagai belahan dunia. Virus tersebut muncul pertama kali di kota Wuhan Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019 dan kemudian mengganas di awal tahun 2020 hingga saat ini. Akibatnya, di berbagai negara salah satunya Indonesia menetapkan status pandemi akibat wabah Covid-19 yang terjadi. Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, salah satunya aspek pendidikan. Demi memutus rantai penyebaran Covid-19, maka dengan terpaksa kegiatan pembelajaran dialihkan secara daring atau online. Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan akademik yang biasanya terjadi secara konvensional atau tatap muka, kini hanya sebatas melalui video converence. Transformasi pendidikan yang dilaksanakan secara online dimuat dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yaitu Surat Edaran no 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19 yang mengarahkan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ).
ADVERTISEMENT
Pada saat ini, pembelajaran online sangat memanfaatkan adanya teknologi digital yang cukup membantu menunjang pelaksanaan pembelajaran tersebut. Pelaksanaan pendidikan secara online saat ini memanfaatkan aplikasi video converence seperti Zoom Meeting, Google Meet, ataupun aplikasi lainnya. Selain itu, guna pengumpulan tugas biasanya pembelajaran online memanfaatkan fitur Whatsapp Group, Edmodo, maupun Google Classroom. Tentunya dibutuhkan kesiapan yang matang serta penunjang lainnya seperti, akses internet yang memadai, ketersediaan gadget, hingga kesiapan sumber daya manusia (SDM) guna membantu proses pendidikan yang dialihkan secara online.
Perubahan gaya belajar dari konvensional ke pembelajaran digital tentu membutuhkan kesiapan yang cukup matang. Proses pengalihan kegiatan pembelajaran secara daring saat ini tentu terjadi karena desakan yang berasal dari bahaya virus Covid-19. Maka dari itu, kurangnya persiapan yang matang tentu menimbulkan berbagai macam tantangan dalam proses pelaksanaannya. Tantangan tersebut tentu dirasakan baik oleh guru maupun siswa. Tantangan terberat bagi seorang guru tentunya, bagaimana agar proses kegiatan belajar mengajar terjalin dalam dua arah dan tetap dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar, sehingga dalam kondisi pandemi seperti ini tujuan pendidikan kritis tetap dapat tercapai.
ADVERTISEMENT
Banking Education sebagai Tantangan Pedagogis di Era Pembelajaran Digital Dalam Perspektif Paulo Freire.
Adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan sistem belajar secara konvensional diubah menjadi pembelajaran online berbasis digital, tentu menuai banyak polemik di dalam proses pelaksanannya. Gusty, dkk (2020:92) mengatakan bahwa, strategi dunia pendidikan dalam menghadapi Covid-19 awal tahun 2020 adalah ‘me-lockdown’ pembelajaran secara online, bersifat temporer, dan memaksimalkan ‘open up’ dengan memanfaatkan teknologi virtual dan digital. Pembelajaran online yang saat ini dilakukan, dilakukan dengan memanfaatkan teknologi atau media digital sebagai platform pembelajarannya. Media pembelajaran digital tersebut, hadir dengan memberi kemudahan bagi penunjang proses pembelajaran. Dengan kemudahan akses informasi melalui media digital, juga menjadi salah satu penunjang kemudahan proses pembelajaran secara digital saat ini.
ADVERTISEMENT
Di balik kemudahan yang ditawarkan oleh media pembelajaran berbasis digital tersebut, pastinya terdapat banyak sekali kelemahan yang juga menjadi faktor penghambat dari keberlangsungan proses pembelajaran digital tersebut. Kelemahan tersebut muncul dan berkembang menjadi sebuah masalah yang cukup memiliki dampak besar terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Menurut Trucano (2014), berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknologi baru memang telah berjalan selama beberapa dekade, akan tetapi dapat dikatakan bahwa dampak transformational sebagaimana yang diharapkan belum tercapai. Hal itu membuktikan bahwa adanya perubahan sistem pembelajaran secara online, belum tentu dapat dikatakan sebagai pilihan yang tepat. Hal ini dikarenakan kurangnya kesiapan yang matang dari segi pengajar hingga penunjang lainnya. Akan tetapi, kondisi darurat saat ini memaksa seluruh elemen pendidikan untuk bertransformasi tanpa adanya kesiapan yang matang sebelumnya. Maka dari itu, permasalahan yang muncul dalam pembelajaran digital ini tidak dapat dihindari.
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan terbesar dalam proses pembelajaran online saat ini yaitu, kurangnya kesiapan guru sebagai tenaga pengajar dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Pembelajaran online di masa pandemi ini, mengharuskan guru lebih kreatif dan inovatif dalam metode pembelajaran yang dilakukannya untuk tetap membuat siswa berpikir kritis dan pembelajaran menjadi terbangun dalam dua arah. Akan tetapi, ketidakmampuan guru dalam melakukan metode pembelajaran dua arah secara daring, menyebabkan proses pembelajaran hanya berdasarkan buku teks dan proses ceramah yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut tentu membuat konsep pendidikan gaya bank menjadi terbangun kembali dalam masa pandemi ini.
Pendidikan gaya bank atau Banking Education merupakan konsep pendidikan yang digagas oleh Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan yang berfokus pada konsep pendidikan kaum tertindas. Freire dalam bukunya yang berjudul “Pedagogy Of The Oppressed”, menjelaskan bahwa pendidikan gaya bank menjadikan ruang gerak yang disediakan bagi para murid hanya terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan. Dalam pandangan Freire (1968:72), pendidikan dengan demikian menjadi tindakan menabung, di mana siswa menyimpan dan guru sebagai penyimpan. Hal tersebut sesuai dengan kondisi pendidikan di masa pandemi saat ini, di mana guru hanya memberikan materi secara terus-menerus dan memberikan tugas secara berlebihan. Akibatnya, ruang dialog dua arah dengan siswa tidak terjalin dan tidak terbangun. Guru lebih sering memberikan catatan atau bahkan hanya sekadar memberikan tugas, tanpa memberi kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi di dalam proses pembelajaran digital yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Menurut Fajar (2020:33), menjelaskan bahwa banyaknya keluhan siswa mengenai materi dan tugas yang banyak, menandakan bahwa guru hanya berfokus pada ranah kognitif, padahal ranah afektif juga penting selama masa pandemi Covid-19 ini berlangsung. Guru yang hanya memberikan materi dan tugas secara terus-menerus tanpa membangun ruang dialog dengan siswa, menjadikan siswa tidak dapat mengkontruksi pemikirannya sendiri. Siswa cenderung dipaksa untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh gurunya dan menerima segala materi yang terus dituangkan dari guru selama proses pembelajaran. Artinya, tidak ada kesempatan bagi siswa untuk berpendapat sesuai dengan pemikiran mereka, sehingga daya kritis siswa tidak dapat terbangun dalam proses pembelajarannya. Padahal tujuan pendidikan seharusnya bisa memberi kebebasan bagi siswanya. Kebebasan tersebut meliputi kontruksi pemikiran siswa yang sesuai dengan potensi dirinya hingga menuangkan ide pemikiran yang dibentuk versi diri mereka sendiri. Afrillia, dkk (2020:7) menjelaskan bahwa, dalam diri seorang anak mereka memiliki kesadaran diri, dia sebenarnya tahu apa yang dia butuhkan untuk belajar, apa yang dia inginkan, dia pelajari, tahu kelemahan dan kelebihan, dan tahu hal apa yang seharusnya dikembangkan. Pendidikan seharusnya menjadi ruang bagi siswa dalam mengembangkan apa yang mereka miliki. Terlebih di masa pandemi seperti saat ini, siswa sangat membutuhkan dampingan guru guna memaksimalkan potensi yang mereka miliki meskipun dengan keterbatasan jarak.
ADVERTISEMENT
Konsep pendidikan gaya bank atau Banking Education tersebut, apabila terus-menerus terjadi maka akan menutup ruang diskusi bagi suatu proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh Freire dalam bukunya, bahwa pendidikan yang hanya berfokus pada ceramah serta pemberian materi secara satu arah, menandakan bahwa pendidikan sudah menderita sebuah penyakit narasi. Pendidikan yang seharusnya dibangun dengan komunikasi yang baik, ruang diskusi yang menyenangkan, serta bertukar pikiran antar guru dan siswa berubah menjadi ruang yang sangat hampa. Terlebih dalam masa pembelajaran digital ini, komunikasi atau ruang dialog menjadi salah satu elemen penting sebagai penunjang proses pembelajaran. Zein (2016) berpendapat bahwa, guru berperan untuk mengarahkan dan memberi fasilitas belajar kepada peserta didik (directing and facilitating the learning) agar proses belajar berjalan secara memadai, tidak semata-mata memberikan informasi. Maka dari itu, dengan adanya komunikasi guru dapat memonitor proses pembelajaran siswa meskipun secara tidak langsung.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan dan saran
Perubahan transformasi pendidikan tersebut tentu menuai banyak kritik didalamnya, melihat kondisi pembelajaran digital yang cenderung banyak menimbulkan polemik dalam proses pelaksanaannya. Pembelajaran dengan memanfaatkan media digital tentu membutuhkan analisis yang panjang, guna mengetahui seberapa jauh sistem pembelajaran tersebut memberikan efisiensi dalam perubahan gaya belajar. Terlebih, guru memiliki peranan penting dalam proses pelaksanannya. Pendidikan gaya bank atau Banking Education hendaknya menjadi perhatian khusus dalam sistem pendidikan, terutama dalam masa pandemi sekarang ini. Guru harus lebih memahami perannya sebagai fasilitator belajar siswa, bukan hanya sekedar pemberi materi secara terus-menerus. Banking Education semestinya menjadi sebuah gambaran bagaimana pendidikan seharusnya berjalan. Guru dan siswa dalam proses pembelajaran, seharusnya memiliki ikatan komunikasi yang kuat didalamnya. Guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, harus mampu mengarahkan siswanya dalam ruang akademik walaupun dalam kondisi keterbatasan seperti sekarang ini. Keterbatasan saat ini, seharusnya tidak menjadi sebuah halangan bagi guru dalam membangkitkan ruang diskusi dan ruang dialog yang efektif dalam sebuah proses pembelajaran. Dengan ini diharapkan konsep Banking Education tidak terjadi lagi dalam ruang akademik, baik secara tatap muka maupun dalam ruang belajar virtual. Sehingga ranah pendidikan yang ada dapat berjalan sesuai dengan tujuannya dan dapat mewujudkan pedagogis kritis yang humanis.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Absor, N. F. (2020). Pembelajaran Sejarah Abad 21: Tantangan dan Peluang dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. CHRONOLOGIA, 2(1), 30-35.
Fahrina, A., Amelia, K., & Zahara, C. R. (Eds.). (2020). Minda Guru Indonesia: Peran Guru dan Keberlangsungan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19. Syiah Kuala University Press.
Freire, P. (1972). Pedagogy of the Oppressed. 1968. Trans. Myra Bergman Ramos. New York: Herder.
Gusty, S., Nurmiati, N., Muliana, M., Sulaiman, O. K., Ginantra, N. L. W. S. R., Manuhutu, M. A., ... & Warella, S. Y. (2020). Belajar Mandiri: Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19. Yayasan Kita Menulis.
Trucano, M. (2014). Education & technology in an age of pandemics (revisited). EduTech.
ADVERTISEMENT
Wahyono, P., Husamah, H., & Budi, A. S. (2020). Guru profesional di masa pandemi COVID-19: Review implementasi, tantangan, dan solusi pembelajaran daring. Jurnal pendidikan profesi guru, 1(1), 51-65.