Benarkah DBD Lebih Sadis daripada Corona?

Vinsen Belawa Making
Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Citra Bangsa (FIKes UCB) - Juga Sekretaris Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) NTT - Calon Anggota DPRD Provinsi NTT Dapil 6 (Flotim - Lembata - Alor) Tahun 2024 - Dari Partai PSI Nomor Urut 1
Konten dari Pengguna
12 Februari 2020 13:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vinsen Belawa Making tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tim Universitas Citra Bangsa Bersama dengan Dinas Kesehatan Kota Kupang Melakukan gerakan Gebrak DBD
zoom-in-whitePerbesar
Tim Universitas Citra Bangsa Bersama dengan Dinas Kesehatan Kota Kupang Melakukan gerakan Gebrak DBD
ADVERTISEMENT
(Catatan Kasus DBD di NTT)
Jumlah penderita DBD per 09/02/2020 di NTT mencapai 1.096 kasus dengan korban meninggal mencapai 13 orang. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya, di mana sebanyak 903 orang dengan korban meninggal 12 orang. Tiga kabupaten telah menyatakan hal ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Tiga kabupaten tersebut adalah Sikka, Lembata dan Alor.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Pemerintah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menetapkan status waspada terhadap serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pemerintah Kota Kupang mencatat 193 kasus DBD terjadi dan mengakibatkan tiga anak meninggal.
Kasus memilukan ini ternyata kalah pamor dengan virus Corona. Memang benar Corona saat ini menjadi topik yang paling dibicarakan di seluruh dunia. Banyak korban yang berjatuhan dan penyebarannya begitu cepat ke negara-negara lain. Saat ini setidaknya ada 26 negara yang mengonfirmasi Corona. Selain China dan Filipina, penderita corona terkonfirmasi di Amerika Serikat, Australia, Filipina, Finlandia, India, Inggris. Lalu ada pula Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Nepal, Prancis. Dan juga Russia, Belgia, Singapura, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Uni Emirat Arab.
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah memberikan status gawat darurat untuk wabah virus Corona ini. Virus yang masih satu famili dengan MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) ini telah menyebabkan kepanikan dalam skala internasional. Artinya perlu kewaspadaan tingkat tinggi, perlu penanganan super ekstra dan dengan peralatan kesehatan super canggih.
Semua negara terus memperketat pintu masuk baik warga asing maupun warga negaranya sendiri yang baru pulang dari China. Proses penjemputan dan karantina para warga dari China dilakukan dengan sangat ketat dan hati-hati. Petugas karantina dan para penjemput serta para tenaga medis menggunakan Peralatan pelindung diri (APD) berstandar tinggi. Bukan hanya itu saja saat ini seluruh petugas operasional bandar udara kini diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) mulai dari kacamata pelindung (goggles) masker N95, sarung tangan, serta cairan pembersih tangan atau hand sanitizer.
ADVERTISEMENT
Virus Corona telah menjadi bencana international dan NTT memberikan respons yang luar biasa. Pertanyaannya adalah apakah Corona lebih penting dari DBD yang telah menelan banyak korban? Sudah menjadi rahasia umum, kita lebih tertarik dengan barang impor ketimbang yang sudah ada di depan mata kepala kita. Sejauh mana antisipasi pemerintah dan masyarakat NTT terkait DBD?
Seorang balita menggigil kedinginan. Sekujur tubuhnya gemetar, menggoyangkan tempat ia berbaring. Matanya cekung, mukanya sangat pucat. Sesekali ia menggeliat dan mengeluh sakit dibagian perut. Ia sangat sulit untuk nyenyak dalam tidurnya. Kaki dan tangannya dipenuhi oleh bintik-bintik merah yang mengerikan.
Ketika tidak secara cepat tertangani maka nyawa melayang sia-sia. Penyebaran kasus ini lebih cepat jika tidak tertangani segara. Penyebaran nyamuk yang hidup nyaman di rumah dan lingkungan sekitar membuat korban makin bertambah banyak. Ini adalah kasus yang sudah dan sedang terjadi di sekitar kita.
Ilustrasi Virus Corona
Virus Corona hingga saat ini masih dapat kita cegah namun DBD tidak mampu kita bendung. Setiap tahunnya sudah pasti ada korban yang berjatuhan. Namun, langkah antisipasi kita kalah jauh dari SOP pencegahan Corona.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya kita sudah mampu mengatasi atau minimal meminimalisir DBD dengan penerapan peraturan pemerintah Provinsi NTT No 3 Tahun 2015 tentang Pemberantasan Nyamuk. Dalam Perda tersebut telah dijelaskan secara baik bagaimana upaya pemberantasan saran nyamuk dengan gerakan Empat M Plus artinya menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali, mengubur tempat penampungan air yang tidak terpakai, dan memantau jentik nyamuk seminggu sekali.
Plus di sini artinya menghindari gigitan nyamuk menggunakan repelen anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, melakukan larvasidasi, dan menggunakan kelambu. Juga dalam Perda ini terdapat sanksi yang tegas bagi mereka yang memelihara nyamuk dalam rumahnya atau mereka yang tidak memberantas tempat perlindungan nyamuk.
Namun, fakta berbicara lain. Memang benar untuk perubahan perilaku diperlukan kekuatan ekstra. Pemberian sanksi yang tegas adalah kunci. Juga, hal utamanya ada pada masing-masing keluarga untuk menjaga lingkungannya. Membuang sampah tidak pada tempatnya adalah salah satu penyumbang malapetaka ini. Mari berhenti melihat dunia luar, ayo kembali pada dunia kita. Ingat Corona masih jauh namun DBD sudah ada di sini, di dalam rumah kita.
Ilustrasi virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT