5 Fakta Pemilik Gerai Roti Beromzet Rp 225 Juta, Semula Hanya Sopir Taksi

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
30 Maret 2020 23:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi roti. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi roti. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kamu pernah membayangkan suatu hari, berkat semua kerja keras yang kamu perjuangkan sekarang maka mimpimu akan terwujud? Buchori sudah membuktikannya.
ADVERTISEMENT
Semua perjuangannya harus dibayar demi bisa menjadi pebisnis kuliner. Kini ia bisa menghasilkan Rp 225 juta per bulan dari omzet toko rotinya. Semua pekerjaan sudah dijalankannya untuk bisa mendapatkan modal bisnis ini.
Seperti apa perjalanan susah senang yang dialami Buchori hingga bisa di titik sekarang?

1. Pernah menjadi seorang sopir taksi

Ilustrasi taksi. Foto: pixabay
Semua mimpinya harus terwujud suatu hari nanti, demikian semangat yang membakar motivasi Buchori Al Zahrowi untuk bisa di titik sekarang. Lelaki ini sudah mencoba berbagai peruntungan untuk mengumpulkan modal semasa SMA hingga kuliah. Hal tersebut juga membantunya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Mulai dari menjadi loper koran, sopir taksi, usaha sablon, jualan pakaian, stiker, serta pernak-pernik. Sosok yang saat itu berkuliah di UIN Sunan Kalijaga, Jogja ini mengambil jurusan Dakwah. Tidak sempat menyelesaikan kuliahnya, ia justru berminat untuk menjalankan aktivitas sebagai pebisnis.
ADVERTISEMENT

2. Mengawali bisnis bersama sang istri

Ilustrasi pasangan memasak. Foto: pixabay
Di masa kuliahnya, Buchori menikahi wanita yang kini menjadi partnernya dalam berbisnis, Tin Khotimah. Mereka berdua mencoba peruntungan untuk berjualan keripik. Namun, ternyata bisnis tersebut tidak berjalan dengan baik.
Hal tersebut tidak membuat mereka patah semangat, mereka kemudian mencoba membuat roti bersama. Alasannya sederhana, karena roti sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia zaman sekarang.
Dari percobaan roti tersebut, mereka berhasil memasarkannya di sekitar Jogja dan Jawa Tengah.

3. Merupakan mantan aktivis di kampus

Ilustrasi mahasiswa saat menuju DPR RI, Jakarta, Selasa (24/9/2019). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Buchori dulunya merupakan mantan aktivis sebuah LSM dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di bidang bisnis. Melalui pengalamannya tadi, ia berhasil mendapatkan pasar untuk bisnis kulinernya. Semula ia memang memasarkan produknya lewat jaringan teman-teman di LSM tersebut.
ADVERTISEMENT
Ia juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berbisnis dari kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya dulu. Ia rela memasarkan roti buatannya dengan menggunakan angkutan umum, karena di masa itu ia belum memiliki kendaraan pribadi.
Di awal penjualan, ia memasarkan roti dengan menggunakan kemasan kardus. Roti pertama yang diproduksinya adalah roti mandarin, lapis legit, dan juga roll cake, kemudian dipasarkan pada teman-teman kuliahnya.

4. Berhasil miliki 7 gerai kue

Ilustrasi katering Aflah. Foto: website Aflah Catering
Setelah berhasil mendapatkan modal yang cukup besar dan pasar yang baik, ia mulai mendirikan gerai di kota besar seperti di Kutoarjo, Purworejo, Grabag, Purwodadi, dan tentunya Yogyakarta. Ia juga memasarkan produknya secara online melalui situs www.aflahcake.com yang membantu mendongkrak penjualannya.
Roti yang dipasarkan kini juga beraneka macam yang dibanderol mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 250 ribu untuk aneka varian. Ia juga sudah memiliki karyawan dan tentunya koki untuk membantunya memproduksi kue. Bahkan ia mengakui bahwa koki yang dimiliki jauh lebih andal dibandingkan dirinya.
ADVERTISEMENT
Ia juga berhasil mematenkan merek usahanya, lho. 'Aflah' kini telah terdaftar di Dirjen HAKI dan mengantongi sertifikat halal dari MUI Jogja. Keren, ya?

5. Rencananya akan mendirikan restoran China tapi Halal

Ilustrasi restauran China. Foto: pixabay
Tak cukup berhenti di peruntungan kue, kini ia memberanikan diri untuk mendirikan restoran ala China di Jogja. Ia hendak menyasar para pencinta masakan China namun tetap halal yang ada di kota pelajar ini.
Rencananya di akhir tahun ini, ia hendak memperluas bisnis kulinernya dengan mendirikan kedai pertamanya. Hal ini dilakukannya bekerja sama dengan mitra bisnisnya yang juga merupakan seorang pengelola restoran China.