5 Fakta Penjual Kue Putu, Modal Rp 30 Ribu Kini Beromzet Rp 390 Juta per Bulan

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
17 April 2020 23:39 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Putu Belanda. Foto: Website Eden Bakery & Cake
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Putu Belanda. Foto: Website Eden Bakery & Cake
ADVERTISEMENT
Siapa yang mengira berbisnis kuliner kue putu bisa membuahkan hasil yang tidak sedikit? Seperti kisah yang dijalani oleh Umi Kulsum atau wanita yang kerap disapa Eden ini.
ADVERTISEMENT
Berkat niat dan kreasinya, makanan peninggalan zaman Belanda ini kini masih bisa dinikmati. Namun ia tidak mengakui perjalanannya bisa mulus sejak awal hingga sekarang. Eden sempat mengalami ketidak percayaan diri ketika membuat kue pertamanya dulu.
Seperti apa kisah perjuangannya selama ini sehingga bisa membangun bisnis kuliner ini hingga sekarang?

1. Memulai usaha dengan modal Rp 30 ribu dengan resep sendiri

Setiap usaha tentu memiliki titik nol yang berbeda setiap awalnya. Begitu pula dengan Eden yang berasal dari Surabaya ini. Ia memulai semua usahanya dengan modal Rp 30 ribu di tahun 2013 silam.
Semula ia hanya membuat kreasi kue smakelijk atau putu belanda yang merupakan salah satu sajian jadul khas Indonesia. Setelah melalui proses yang panjang, semula ia tidak percaya diri dengan resep yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Namun sebagian orang berusaha meyakinkannya untuk tetap memproduksi kue ini karena memiliki cita rasa yang pas di lidah mereka. Kemudian Eden memberanikan diri untuk membuat varian yang lebih banyak, dan kini sudah bisa menerima pesanan sendiri. Bahkan tak sedikit yang memesan kuenya setiap bulan.

2. Pertama memasarkan dapat proyek dari pemerintah

Setelah meyakinkan diri dengan resep yang dimilikinya, ia memulai pintu bisnis kulinernya dengan pesanan yang diminta oleh Pemerintah Kota Surabaya. Pemkot memintanya untuk membuat kue untuk para tamu yang berkunjung.
Dari sana, ia mulai membuka gerai pertamanya di Surabaya, kota kelahirannya. Ia juga melakukan inovasi rasa, saat awal ia mengangkat rasa red velvet dan daun semanggi. Kedua hal tersebut memiliki ciri khas, red velvet yang sedang disukai, daun semanggi sendiri adalah tanaman khas Surabaya.
ADVERTISEMENT
Ia membutuhkan waktu 3 bulan untuk bisa membuat resepnya menjadi sempurna dan bisa diterima di pasaran. Meskipun ia harus tetap bekerja keras untuk mengenalkan produknya.

3. Belajar dari banyak orang

Karena banyak yang mengira produknya adalah sesuatu yang baru, itu menjadi pekerjaan ekstra bagi Eden untuk lebih bisa memasarkan produknya secara masif. Di awal, ia mengikuti komunitas Pahlawan Ekonomi yang turut membantunya dalam merintis bisnis kuliner ini.
Dari sana ia belajar untuk bisa semakin percaya diri akan resep yang diangkat, serta bagaimana cara pemasaran yang baik untuk produk yang dimilikinya. Ia mulai meyakinkan konsumen bahwa produknya adalah salah satu oleh-oleh khas Surabaya.
Hal tersebut terus dilakukannya untuk bisa mendapatkan hati para penyuka putu belanda miliknya. Dan benar saja, orang tentu kurang berminat untuk mencoba makanan lain ketika sudah memilih putu ini.
Ilustrasi gerai Eden Bakery saat pameran. Foto: Facebook Eden Bakery Cake

4. Kini berhasil dapatkan omzet Rp 390 juta

Karena usaha dan kerja kerasnya dalam membangun bisnis sendiri, ibu satu anak ini bisa memproduksi 3.000 box kue setiap bulannya. Setiap box-nya dibanderol dengan harga minimal Rp 60 ribu.
ADVERTISEMENT
Ia bisa meraup untung Rp 390 juta dengan aneka pilihan menu yang berhasil diangkatnya hingga kini. Bukan angka yang sedikit, ya?

5. Ikuti banyak pameran

Belajar dari semua kenalan dalam berbisnis, setelah ia bisa mengeksplorasi varian menu yang akan diangkatnya, kini ia rajin mengikuti pameran. Hal tersebut dilakukannya untuk bisa mendapatkan lebih banyak pelanggan.
Ia juga merasa hal itu masih efektif untuk dilakukan, karena bisa bertemu dengan konsumen yang mencicipi produknya. Setelah lama berjalan, kini ia bisa menciptakan produk baru, termasuk boeterkoek. Tak hanya itu, ia juga sempat memperbaiki kemasannya. Dari sana, ia bisa mendapat omzet lebih tinggi.
Salah satu pameran yang sempat diikutinya yakni diadakan oleh Telkom Indonesia. Saat itu, produknya banyak diserbu konsumen dan tentunya memiliki banyak pasar baru.
ADVERTISEMENT
Keren ya, perjalanan bisnis yang dilakukan wanita satu ini. Apakah kamu juga ingin membuat produk kuemu sendiri untuk dijadikan bisnis kuliner di era sekarang?