Cerita Rakyat Indonesia: Asal Usul Terbentuknya Danau Toba

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
19 Januari 2021 13:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Danau Toba di Sumatera Utara. Foto: Dok. KBRI Paris
zoom-in-whitePerbesar
Danau Toba di Sumatera Utara. Foto: Dok. KBRI Paris
ADVERTISEMENT
Danau Toba kini menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik wisatawan dalam dan luar negeri. Terlebih, kini Danau Toba juga masuk dalam lima destinasi super prioritas yang membuatnya semakin menarik untuk dikunjungi.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik pesonanya yang indah, Danau Toba juga memiliki cerita rakyat yang menarik untuk disimak. Kisah ini juga disebut-sebut sebagai asal mula terbentuknya Danau Toba.
Kisah bermula ketika zaman dahulu hidup seorang pemuda bernama Toba yang merupakan yatim piatu. Sehari ia bekerja sebagai petani dan sesekali mencari ikan di sungai yang berada tak jauh dari gubugnya.
Hasil tangkapan ikan itu yang biasanya ia jadikan sebagai lauk untuk makan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar.
Pada suatu hari, saat Toba memancing ke sungai, ia sangat berharap mendapat ikan besar agar bisa segera dimasak dan dijadikan lauk. Harapan Toba akhirnya terpenuhi, karena tak lama setelah melemparkan pancingnya ke sungai, mata kailnya disambar ikan.
ADVERTISEMENT
Melihat hal itu, Toba sangat gembira dan langsung menarik tali pancingnya, kemudian mendapati seekor ikan besar tersangkut di mata pancingnya. Sejenak, Toba memperhatikan ikan besar yang berhasil dipancingnya itu.
"Ikan yang aneh," gumam Toba.
Ya, Toba merasa ikan itu aneh, karena seumur hidupnya belum pernah melihat ikan yang memiliki warna kekuningan dengan sisik berwarna kuning keemasan. Sisik-sisik di ikan itu juga terlihat berkilauan ketika terkena sinar matahari.
Ketika Toba melepaskan mata kail dari mulut ikan tersebut, sebuah keajaiban mendadak terjadi. Ikan itu menjelma menjadi seorang perempuan dengan paras cantik jelita.
Melihat hal tersebut, Toba terheran-heran dan berdiri dengan mata membulat, serta mulut melongo.
"Tuan. Aku adalah kutukan dewa karena telah melanggar larangan besarnya. Telah ditakdirkan kepadaku bahwa aku akan berubah bentuk menyerupai makhluk apa saja yang memegang atau menyentuhku. Karena tuan telah memegangku, maka aku pun berubah menjadi manusia seperti tuan," kata perempuan jelmaan ikan itu.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Toba memperkenalkan namanya. Begitu juga dengan perempuan tersebut yang memperkenalkan namanya sebagai Putri.
Terpesona dengan kecantikan Putri, Toba akhirnya menjelaskan keinginannya untuk menikahi perempuan tersebut.
"Bersediakah kau menikah denganku," tanya Toba.
"Baiklah, aku bersedia tuan. Selama tuan bersedia pula memenuhi satu syarat yang aku ajukan," jawab Putri.
"Syarat apa yang kau kehendaki? Sebutkan. Niscaya aku akan memenuhinya?," kata Toba.
"Permintaanku hanya satu, hendaklah tuan menutup rapat-rapat rahasiaku. Jangan sekali-kali tuan menyebutkan jika aku berasal dari ikan. Jika tuan menyatakan kesediaan tuan untuk menjaga rahasia ini, aku bersedia menjadi istri Tuan," Putri meminta.
Danau Toba di Sumatera Utara. Foto: Dok. KBRI Paris
"Baiklah. Aku akan menutup rapat-rapat rahasia ini. Rahasia ini hanya kita ketahui berdua saja," ujar Toba.
ADVERTISEMENT
Setelah memenuhi permintaan tersebut, Toba dan Putri akhirnya menikah. Keduanya hidup berbahagia meskipun dalam kesederhanaan. Kehidupan mereka semakin lengkap dengan kelahiran anak lelaki mereka yang diberi nama Samosir.
Samosir tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat. Namun, sayangnya ia agak nakal dan pemalas. Kerjaannya hanya tiduran saja.
Ia juga tidak peduli atau ingin membantu ayahnya yang sibuk bekerja di ladang. Bahkan, untuk sekadar mengantar makanan dan minuman untuk ayahnya pun, Samosir kerap menolak.
Tak hanya itu, Samosir juga memiliki nafsu makan yang besar. Jatah makanan keluarganya untuk sehari bisa ia habiskan dalam sekali makan. Toba merasa harus bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi keinginan makan anak laki-lakinya.
Hingga akhirnya pada suatu hari, Samosir diminta ibunya untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya. Meskipun awalnya Samosir malas untuk mengantarkan makanan tersebut, ia akhirnya mau melakukannya setelah ibunya memaksa, meskipun dengan wajah tersungut-sungut.
ADVERTISEMENT
Samosir akhirnya membawa makanan dan minuman itu menuju ladang. Di tengah perjalanan, Samosir merasa lapar. Ia kemudian menghentikan langkahnya dan memakan makanan yang seharusnya untuk ayahnya, dan hanya disisakan sedikit.
Dengan makanan dan minuman yang tersisa sedikit, Samosir melanjutkan perjalanan menuju ladang. Setibanya di ladang, Samosir memberikan makanan dan minuman itu kepada ayahnya.
Toba yang merasa sangat lapar karena bekerja sejak pagi langsung membuka bekal tersebut. Namun, ia terperanjat melihat makanan untuknya tinggal sedikit.
"Mengapa jatah makanan dan minumanku tinggal sedikit," tanya Toba dengan raut wajah kesal.
"Tadi di jalan aku sangat lapar, Ayah. Oleh karena itu, jatah makanan dan minuman Ayah telah kumakan sebagian. Tapi, tidak semua kuhabiskan, bukan? Masih tersedia sedikit makanan dan minuman untuk Ayah," jawab Samosir dengan wajah polos.
ADVERTISEMENT
"Anak tidak tahu diuntung," maki Toba kepada anaknya.
Kemarahan Toba kian meninggi dan akhirnya tidak tahan untuk menahan kesabaran.
"Dasar kau anak keturunan ikan," umpat Toba.
Mendengar umpatan tersebut, Samosir sangat terkejut dan langsung berlari ke rumah. Pada saat bertemu ibunya, Samosir langsung menceritakan umpatan dan cacian ayahnya yang menyebutkan dirinya keturunan ikan.
Mendengar pengaduan anaknya, ibu Samosir sangat sedih. Tidak disangka jika suaminya melanggar sumpah untuk tidak menyebutkannya berasal dari ikan.
Kemudian, Samosir dan ibunya saling berpegangan. Dalam hitungan sekejap, keduanya menghilang.
Lalu, keajaiban pun terjadi. Dibekas pijakan kaki Samosir dan ibunya, menyembur air yang sangat deras.
Dari dalam tanah, air disemburkan seolah tiada henti. Semakin lama, semburan itu semakin besar. Dalam waktu cepat, permukaan tanah tergenang.
ADVERTISEMENT
Permukaan air terus meninggi dan tak berapa lama kemudian, lembah tempat tinggal Toba telah tergenang air. Kemudian, terbentuk sebuah danau yang sangat luas di tempat itu.
Penduduk kemudian menamakan danau itu sebagai Danau Toba. Adapun pulau kecil yang berada di tengah-tengah Danau Toba disebut Pulau Samosir untuk mengingatkan kepada anak lelaki Toba.