Semula Hanya Bisnis Rumahan, Kini Jadi Dodol Legendaris yang Untung Rp 24 Juta

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
30 Mei 2020 13:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kue keranjang Foto: Antara/Oky Lukmansyah
zoom-in-whitePerbesar
Kue keranjang Foto: Antara/Oky Lukmansyah
ADVERTISEMENT
Siapa bilang Tangerang tak punya makanan khas ikonik? Nyatanya ada satu bisnis kuliner dodol yang melegenda sejak tahun 1962 silam.
ADVERTISEMENT
Dodol menjadi salah satu kudapan yang enggak kalah menarik untuk dijadikan oleh-oleh. Teksturnya yang lembut dan rasanya yang enak membuat dodol dan kue keranjang ini menjadi kegemaran masyarakat. Kira-kira seperti apa kisah perjalanan usaha dodol dan kue keranjang Nyonya Lauw?
Proses Pembuatan Kue Keranjang (Foto: Dok. Novan Nurul Alam )
Bisnis kuliner kue dodol legendaris ini semula dirintis sejak tahun 1950 oleh kakek dari Ci Iin Lauw atau yang kerap disapa Winanti. Kemudian dilanjutkan oleh kedua orang tuanya sejak 59 tahun silam. Kue dodol betawi dan kue keranjang Nyonya Lauw ini terletak di Jalan Bouraq, Gang SPG Nomor 55, Tangerang, Banten.
Selain berjualan dodol di hari biasa, mereka hanya menerima pesanan kue keranjang selama menjelang hari raya Imlek. Di awal merintis usahanya, Ibu Lauw Nyim Keng atau Ibu Siti tidak memiliki merek khusus sehingga membatasi pesanannya. Alias hanya sebagai usaha sampingan saat awal merintis.
ADVERTISEMENT
Karena rasanya yang manis nan legit yang bisa membuat konsumen ketagihan, semakin hari pesanan yang datang pun kian membanjiri. Pemasaran pertama kali justru melalui mulut ke mulut. Dari sanalah kepercayaan pelanggan mulai terbangun.
Proses Pembuatan Kue Keranjang (Foto: Dok. Novan Nurul Alam )
Alhasil, produk dodol ini mengambil nama keluarga Lauw sebagai merek untuk mematenkan hasil produknya. Hingga kini mereka mempekerjakan 100 karyawan dan memiliki dua pabrik untuk memaksimalkan produksi mereka.
Dengan dibanderol mulai dari Rp 23–25 ribu setiap kilogramnya, hasil produksinya pun tak main-main. 10 ton dodol terjual saat menjelang perayaan Imlek dan mendapatkan omzet Rp 24 juta dari hasil bisnis kuliner tersebut. Jika hari biasa, mereka bisa memproduksi 300–400 kg dodol setiap bulannya.
Hal unik yang dimiliki dodol Ny. Lauw ini adalah balutan daun pisang yang membuat aromanya semakin memikat. Berbeda dengan dodol pada kebanyakan yang hanya menggunakan plastik sebagai bungkusnya.
Proses Pembuatan Kue Keranjang. (Foto: Dok. Novan Nurul Alam )
Kini usaha dodol Ny. Lauw sudah dilanjutkan oleh generasi ke-3 dan menghasilkan variasi mulai dari cempedak, durian, kacang mete hingga wijen yang mampu bertahan hingga lima bulan. Pantas saja kue ini semakin digemari orang, ya?
ADVERTISEMENT
Meskipun pemesanan paling banyak tersebar di Jabodetabek, kini kuliner Ny. Lauw khas Tangerang ini mulai masuk ke supermarket, lho. Dengan proses pembuatan yang masih tradisional, rumah produksi kue dodol ini menjadi tempat favorit yang banyak disambangi fotografer untuk hunting foto sekaligus berbelanja di sana.
Dengan kerja kerasnya, kakek Winanti pun bisa membuat bisnis kuliner rumahan ini menjadi salah satu makanan legendaris khas Tangerang yang enggak ada duanya. Keren, ya!
Semoga setelah ini kamu pun turut termotivasi untuk mendirikan usaha yang enggak kalah enaknya. Syukur-syukur bisa legendaris seperti dodol Ny. Lauw ini!