Pastikan Seluruh Syarat Terpenuhi untuk Sekolah Tatap Muka

Wahana Visi Indonesia
https://wahanavisi.org/id
Konten dari Pengguna
5 Mei 2021 20:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahana Visi Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjelang pelaksanaan pembelajaran atau sekolah tatap muka di sekolah pada Juli 2021, Wahana Visi Indonesia (WVI) mendorong setiap satuan pendidikan dapat memastikan terpenuhinya persyaratan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan anak, guru dan tenaga kependidikan. Pertemuan tatap muka akan memberi dampak lebih baik bagi anak dan juga lebih memudahkan guru yang selama ini menghadapi kesulitan dalam pembelajaran jarak jauh.
ADVERTISEMENT
Demikian terungkap dalam Webinar "Mendorong Persiapan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas" yang diadakan oleh WVI pada Rabu (5/5). Kebijakan pembukaan sekolah tertuang dalam Salinan Keputusan Bersama Menteri No 03/KB/2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa COVID-19. Keputusan ini mewajibkan dilaksanakannya Pertemuan Tatap Muka (PTM) Terbatas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk satuan pendidikan yang para pendidik dan tenaga kependidikannya telah mendapat vaksinasi COVID-19 secara lengkap. PTM disebutkan dilakukan secara terbatas, dengan tetap menyediakan pilihan pembelajaran jarak jauh.
Suasana pembelajaran tatap muka di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Berdasarkan hasil kajian cepat pandemi Covid-19 dan pengaruhnya terhadap anak di Indonesia Wahana Visi Indonesia, menunjukkan dampak pandemi COVID-19 berpotensi menimbulkan dampak sosial negatif yang berkepanjangan pada anak. "Semakin banyak anak berisiko ketinggalan pelajaran, terjadi kesenjangan capaian belajar, perbedaan akses, kualitas dan fasilitas yang berbeda terutama anak dengan latar belakang sosial ekonomi berbeda. Selain itu, semakin banyak anak berisiko mengalami tekanan psikososial dan kekerasan," ujar Lia Anggiasih, Analis Kebijakan Publik WVI.
ADVERTISEMENT
Penting bagi anak untuk bisa kembali belajar di sekolah. Untuk itu, ada lima hal yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pembelajaran tatap muka, yaitu: sekolah berada pada zona risiko penularan rendah, memenuhi daftar periksa (ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan, mampu menngakses layanan kesehatan, kesiapan wajib masker, memiliki pemetaan warga sekolah yang memiliki comorbid dan transportasi yang aman), ada pernyataan kesiapan dari kepala satuan pelaksana pendidikan, pemda mengizinkan, dan orangtua dapat menyatakan keberatan.
"Orangtua dapat memantau kesiapan sekolah berdasarkan daftar periksa. Kemudian, orangtua juga harus memastikan anak-anak dalam kondisi sehat jika mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka," tutur Anggi.
Spesialis Pendidikan Wahana Visi Indonesia, Adhimas Wijaya, menambahkan beberapa kegiatan untuk mendorong penyelenggaran pembelajaran dapat dilaksanakan baik dengan Belajar dari Rumah atau Tatap Muka Terbatas diantaranya sosialisasi Salinan Keputusan Bersama di level kabupaten terutama daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T), menyiapkan dan menilai daftar periksa yang dimiliki, sekolah melakukan komunikasi rutin dengan komite sekolah dan pemerintah dan materi komunikasi ramah untuk anak terkait pendidikan kesehatan dan pandemi COVID-19 di sekolah disediakan termasuk terkait SOP.
ADVERTISEMENT
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud Iwan Syahril mendorong sekolah-sekolah yang seluruh pendidik dan tenaga kependidikannya telah mendapat vaksinasi COVID-19 secara lengkap, untuk membuka opsi pembelajaran tatap muka secara terbatas dengan persetujuan orangtua. "Tahun lalu sebenarnya kami sudah mendorong untuk sekolah-sekolah di zona hijau mulai lakukan pembelajaran tatap muka. Sekolah-sekolah di daerah 3T yang selama ini kesulitan melakukan PJJ, seharusnya lebih siap dan lebih aman untuk PTM. Saat ini, kami mendorong akselerasi vaksinasi agar seluruh tenaga pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi mendapat vaksin, sehingga semakin banyak satuan pendidikan memulai PTM" kata Iwan.
Iwan menyebutkan, untuk PTM terbatas dapat dikombinasikan dengan PJJ, sehingga guru dapat mengatur untuk memprioritaskan materi-materi yang membutuhkan praktik, interaktif, diskusi, reflektif dan umpan balik ketika masuk sekolah. Namun, jika sekolah ternyata belum siap melaksanakan PTM, maka sekolah dapat tetap melakukan PJJ. Rekomendasi pilihan strategi pembelajaran PTM Terbatas dapat dilaksanakan dengan diskusi, praktik, refleksi dan pemberian umpan balik, sedangkan apabila sekolah masih PJJ dapat menggunakan tugas kolaborasi dan kontekstual, dan penguasaan materi individu (self-paced)
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur Vinsensius Burmanse, Sebelum melaksanakan PTM, ada beberapa hal yang menjadi catatan penting yang harus disiapkan oleh sekolah. Sekolah-sekolah pun diminta melakukan sosialisasi ke orangtua murid agar orangtua mengizinkan PTM terbatas.
Koordinator Pendidikan Wilayah Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, NTT, Urbanus Bei, menyebutkan PTM di Bajawa Utara yang termasuk zona hijau COVID-19 sudah dimulai sejak 1 Maret 2021. PTM dilakukan dengan sistem shift baik hari maupun jam dengan jumlah siswa per kelas maksimal 20 anak. Berbagai persiapan dilakukan sejak minggu ke-2 Januari hingga Februari dan mengadakan pertemuan orangtua.
"Sampai saat ini kegiatan PTM masih berjalan, semua pihak tertib menerapkan protokol kesehatan. Mulai masuk gerbang sekolah, semua warga sekolah wajib mencuci tangan, melalui pemeriksaan masker, pengukuran suhu tubuh, hingga masuk kelas pada jam 08.00-11.30 tanpa jeda istirahat. Anak-anak juga harus membawa bekal dari rumah. Sampai saat ini belum ditemukan suhu tubuh di atas 37,5 derajat," kata Urbanus.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Sambas, PTM terbatas telah berlangsung sejak Januari 2021, namun saat ini kembali dilakukan PJJ karena adanya surat edaran dari gubernur dan bupati terkait peningkatan kasus COVID-19. Kepala SDN 32 Tanjung Bakau, Nur'ainun mengungkapkan, "PJJ ini sangat menyulitkan bagi kami, karena adanya berbagai kendala seperti keterbatasan gawai, kesulitan sinyal internet, dan kendala sulitnya transportasi guru-guru yang harus mendatangi siswa ke lokasi-lokasi yang tidak mudah dijangkau," kata Nur'ainun.